Beberapa pekan lalu publik dikejutkan dengan gol indah Alex Collado, penggawa Barcelona B, di laga kontra Atletico Levante. Di tengah krisis identitas yang kini tengah melanda Barcelona, La Masia masih jadi tempat menaruh harap untuk membangun generasi baru yang sejalan dengan ideologi klub, “Mes Que Un Club“.
Barcelona memang dikenal sebagai salah satu klub sepak bola yang memiliki akademi terbaik dalam diri La Masia. Puluhan pesepak bola yang lahir dari La Masia pun ikut menjadi bagian besar kedigdayaan Blaugrana dalam puluhan tahun terakhir. Misalnya Carles Puyol dan Andres Iniesta. Sayang beberapa tahun ke belakang La Masia sedang kering diterpa arus zaman dan perubahan manajemen.
Namun di musim 2019 ini muncul sedikit harapan. Salah satunya Alex Collado yang beberapa pekan lalu mencetak gol indah yang dibicarakan seantero negeri. Beberapa media bahkan melabeli sang pemain memiliki kesamaan teknik dengan Lionel Messi, kapten Barcelona yang juga menjadi salah satu lulusan terbaik La Masia.
Collado yang kini berusia 20 tahun sudah masuk La Masia sejak berusia 10 tahun. Pada bulan Mei lalu ia bahkan mencicipi debut bersama tim senior saat menggantikan Ousmane Dembele di pertandingan kontra Celta Vigo. Sayang anak asuh Ernesto Valverde kehilangan poin lantaran kalah 2-0 dari O Celtiña, meski di akhir musim berhasil merengkuh gelar LaLiga.
Alih-alih disamakan dengan Messi, karakteristik permainan Collado sebenarnya lebih mirip Xavi atau Iniesta yang lebih menjelajah area lapangan tengah. Satu nama generasi baru La Masia yang mungkin cocok jika disandingkan dengan Messi adalah Ansu Fati. Pemuda kelahiran Guinea-Bissau berpaspor Spanyol ini adalah salah satu bintang Barcelona B.
Pada usia 16 tahun 298 hari, di musim ini Fati mendapat kesempatan melakukan debut bersama tim senior Barcelona bahkan menjadi salah satu pencetak gol termuda dalam sejarah LaLiga. Meski di awal perjalanan kariernya Fati tak terlalu bersinar karena rentetan cedera yang mengganggunya, pemain yang bergabung di La Masia sejak 2012 ini bermain baik di bawah asuhan Victor Valdes.
Selain Fati ada pula nama Hiroki Abe yang di musim ini baru bergabung dengan Barcelona dari Kashima Antlers. Di usianya yang baru 20 tahun, ia tak langsung masuk ke skuat utama melainkan digembleng lebih dulu di La Masia, bersama Barcelona B. Kemampuan dribel, kecepatan, dan tipikal pekerja keras menjadi nilai lebih pemain asal Jepang ini.
Tak hanya Collado, Fati, dan Abe, beberapa nama seperti Ricard “Riqui” Puig, Alejandro Marques, Abel Ruiz, dan Carlez Perez adalah beberapa penggawa Barcelona B yang juga kerap disertakan Valverde ke dalam tim utama. Di musim ini nampaknya generasi baru La Masia banyak yang mendapat kesempatan, meski Barcelona juga tak berdiam diri di bursa transfer dengan mendatangkan pemain sekaliber Antoine Griezmann untuk memperkuat tim.
Idealis atau realistis
Di awal tulisan sudah disinggung bahwa Barcelona memiliki akademi sepak bola kelas wahid, sehingga tak perlu ragu mengatasi krisis pemain berbakat di dalam klub, karena regenerasinya berjalan aman tentram. Tapi nyatanya statistik menunjukkan angka pemain Barcelona B yang dipromosikan ke tim utama semakin menurun dari tahun ke tahun.
Uniknya pada April 2018 lalu saat menjamu Celta Vigo untuk pertama kalinya susunan sebelas pertama Barcelona tanpa pemain binaan Barcelona sejak 16 tahun terakhir. Di laga yang berakhir 2-2 tersebut dari penjaga gawang (Marc Andre Ter-Stegen) hingga penyerang (Paco Alcacer) tak satu pun yang lulusan La Masia.
Seiring perkembangan sepak bola sebagai bisnis, Barcelona mulai menunjukkan wajah barunya sebagai klub kaya yang gemar mengoleksi pemain-pemain bintang dari berbagai negara atau klub, bukan lagi mempromosikan para pemain muda. Sebut saja duo Brasil Neymar Jr. dan Philippe Coutinho dan duo Prancis Ousmane Dembele dan Antoine Griezmann, yang dibeli bukan dicetak oleh La Masia.
Baca juga: Philippe Coutinho dan Para Penakluk Eropa
Selain membeli, Barca juga lebih memilih menjual para pemain binaan La Masia yang sebenarnya mampu bersaing di tim, seperti pada kasus Thiago Alcantara di 2013 lalu. Digadang-gadang sebagai penerus Xavi Hernandez, dia hanya bertahan tiga musim sejak promosi dari Barcelona B, dan dilego ke raksasa Jerman, Bayern Muenchen. Meskipun tak jarang juga lulusan La Masia tak mampu berbuat banyak di luar Spanyol, seperti Bojan Krkic salah satunya.
Filosofi dan wajah Blaugrana beberapa tahun ke belakang boleh berubah, namun kini yang tersisa setidaknya ban kapten masih melingkar di lengan para pemain asli Katalunya ataupun binaan La Masia sendiri. Tahun ini dengan banyaknya bintang seperti yang disebutkan di atas seperti Alex Collado Barcelona siap membangun generasi baru agar kembali ke fitrahnya untuk menjadi “Lebih dari Sekadar Klub,”
*Artikel ini disunting dan dialihbahasakan dari artikel asli yang disusun Davide Ucheddu. Pranala artikel asli dapat dilihat di sini.