Suara Pembaca

Istiqomah dalam Mengasuh Atlet

Banyak pepatah, kata-kata bijak, ataupun kutipan dari para tokoh yang meyakini bahwa hal besar dimulai dari yang kecil atau sesuatu hasil berangkat dari berproses. Mulai dari sedikit-sedikit, lama kelamaan menjadi bukit; rajin pangkal pandai, menabung pangkal kaya; berakit-rakit ke hulu, berenang kemudian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian; dan sebagainya.

Tentu saja ada beberapa kasus pengecualian di kehidupan ini yang merupakan keajaiban atau berkah dari Tuhan terhadap orang-orang yang tidak benar-benar dari berusaha dari “bawah”. Orang-orang “spesial” ini meskipun dianugerahi melakukan sesuatu pekerjaan dengan memulainya lebih mudah, bukan berarti hasilnya akan langsung bagus, sesuai yang dia inginkan dan bertahan stabil, atau berkembang lebih baik dalam waktu yang lama.

Di dalam dunia pembinaan sepak bola, banyak faktor yang menentukan si atlet akan meraih hasil sesuai dengan yang diinginkan dalam waktu 5, 10, dan 15 tahun. Apakah grafik si atlet naik seiring waktu? Apakah naik dalam kurun 10 tahun, lalu menurun? Atau stagnan dalam 5 tahun pertama, lalu berhenti bermain sepak bola.

Apapun bentuk dari grafik si atlet, itulah gambaran “hasil” dari proses dalam rentang waktu tertentu. Seorang anak mulai berlatih sepak bola di usia 9 tahun misalnya, kemudian dalam rentang 5 tahun pertama si atlet mendapat 15 piala dari 20 kejuaraan yang diikutinya, sebuah pencapaian yang bagus.

Baca juga: 5 Barang Aneh yang Dibeli Pesepak Bola dengan Gaji Pertamanya

Namun, apakah pencapaian dalam 5 tahun itu akan menjamin pencapaian yang sama di 5 tahun kedua? Lalu di 5 tahun selanjutnya, atau 15 tahun kemudian sejak awal atlet berlatih sudah mempunyai karier profesional yang stabil dan mencapai puncaknya bergabung dengan timnas?

Coach Rasiman, pelatih Madura United saat ini, di perjumpaan saat jeda libur putaran pertama Liga 1 Indonesia lalu, mengungkapkan bahwa tidak mudah baginya, sekalipun sebagai pelatih dalam melatih putra beliau sendiri.

Berperan ganda sebagai ayah dan pelatih bagi putranya membutuhkan sesuatu keseriusan dan ekstra pengasuhan tersendiri dibandingkan orangtua pada umumnya. Namun beliau juga mengungkapkan dan meyakini bahwa beban juga ada pada diri sang anak, Syahrian Abimanyu.

Secara umum hasil apapun yang didapat dari Abi, akan sering disangkutkan dengan sang ayah. Padahal lebih lanjut coach Rasiman menyampaikan, bahwa apa yang diperoleh Abi dan beberapa teman seangkatan dia dari Jakarta Football Academy yang didirikan ayahnya adalah buah dari proses berjenjang dari program latihan selama beberapa tahun.

Abimanyu dan beberapa temannya saat ini telah berkarier di sepak bola profesional merupakan buah ketekunan berlatih dan istiqomah dari para orangtua dalam mendukung anak.

Baca juga: Syahrian Abimanyu, Si Kecil yang Tidak Malu-Malu

Ada satu kata di percakapan kami tersebut, yang menarik perhatian saya, yaitu saat coach Rasiman menyebut kata istiqomah. Dari beberapa sumber, disarikan bahwa istiqomah bermaksud lurus dan benar dalam niatan, ucapan dan perbuatan.

Tentunya jika kita berbicara tentang sepak bola, yang dilakukan oleh para orangtua selain menjalankan ”lurus” menurut kaidah agama dan norma hukum formal, juga melakukannya dalam norma sepak bola secara terus menerus.

Menurut beliau, hal utama yang telah melekat pada diri Abimanyu dari pengasuhan istiqomah adalah sikap profesional. Sikap ini berproses dan ditanamkan terus menerus, sehingga sekarang Abi sudah paham akan apa yang mesti dia lakukan dan tidak dilakukan sebagai pemain profesional tanpa diminta atau diingatkan.

Hal senada juga disampaikan oleh pelatih kiper Madura United, coach Kurnia Sandy dalam perjumpaan yang tidak lama berselang. Pencapaian jangka pendek tidak menjamin seorang atlet akan berhasil mencapai tingkat profesional yang stabil di rentang usia produktifnya pada usia 20-30 tahun.

Proses pembinaan atau pendidikan yang benar, program-program yang sesuai dengan usianya dan dukungan orangtua yang tepat akan mulai nampak wujudnya seiring waktu. Pengenalan iklim kompetisi khususnya pada usia dini tidaklah salah dilaksanakan, namun tujuannya bukanlah untuk mengkoleksi piala-piala. Fokus tetaplah pada proses sesuai jalur untuk mencapai tujuan akhir pada masanya.

Baca juga: Membangun Hubungan yang Efektif dengan Orang Tua Atlet

Menurut beberapa sumber, yang mengupas tentang Long Terms Players Development (Pengembangan Pemain Jangka Panjang), kebanyakan olahraga yang menjalankan program ini membagi beberapa bagian, yang meskipun berbeda namun intisarinya sama, yaitu :

  1. Tahap pengenalan dasar/Fundamental
  2. Tahap pengembangan bakat/Learning to train
  3. Tahap pengembangan lanjutan/Learning to compete
  4. Tahap persiapan pengembangan puncak/Elite development
  5. Tahap berkompetisi untuk menang/Top level

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa terdapat proses yang semestinya dilalui untuk mencapai puncak prestasi, yaitu prestasi pada tingkatan profesional. Para orangtua, menurut coach Rasiman, harus berani bermimpi untuk masa depan anaknya.

Namun untuk mencapai apa yang diinginkan menuju pemain sepak bola profesional, haruslah total. Memberikan yang  terbaik bagi sang anak, pendidikan terbaik, asupan gizi anak dan sebagainya. Namun, yang terbaik di sini jika tidak dilandasi makna istiqomah, maka bisa menjadi salah kaprah, yaitu terbaik menurut pedoman apa?

Apakah pindah SSB dalam setiap 1 tahun adalah baik? Makan makanan dari restauran ternama adalah pasti bergizi? Oleh karenanya, orangtua wajib untuk menambah wawasan dalam mengasuh anak-anak yang bercita-cita menjadi atlet. Dengan tujuan, dukungan yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan anak pada masa tumbuh kembangnya.

Baca juga: Tribe Tank: Peran Orang Tua, Sekolah, dan Klub Sepak Bola dalam Membentuk Pemain sebagai Manusia yang Utuh

Berikut intisari istiqomah sebagai orangtua atlet :

  1. Berani bermimpi, karena mimpi (cita-cita) adalah gambaran tujuan akhir yang ingin dicapai.
  2. Tetapkan tujuan antara (berjenjang), sebagai penopang mewujudkan tujuan akhir.
  3. Fokus, sabar dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan rencana.
  4. Banyak menambah wawasan tentang pola pengasuhan atlet dan sebagainya yang mendukung kelancaran program pembinaan anak secara tepat dan baik.
  5. Selalu membicarakan dan memutuskan bersama dengan pasangan tentang langkah-langkah dalam mendukung pencapaian cita-cita anak.
  6. Banyak introspeksi dan berdoa mohon bimbingan, bantuan serta kemudahan jalan kepada Allah SWT dalam mendukung pencapaian cita-cita anak.

 

*Penulis adalah pegiat edukasi sepak bola Manager Stamford Indonesia FC Malang.