Membaca judul di atas pasti Tribes mengernyitkan dahi, yang benar saja tom yam yang terkenal itu, ‘kan berasal dari Thailand, kenapa ditulis Filipina? Judul tersebut bukanlah sebuah kesalahan karena memang ada semangkuk tom yam dari Filipina, setidaknya tak disajikan di restoran melainkan di dalam lapangan.
Skuat The Azkals untuk dua pertandingan perdana kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 dan Piala Asia Cina 2023 memang memiliki cita rasa khas Thailand. Bayangkan, 12 dari 23 pemain Filipina saat ini berlaga di kasta tertinggi Thailand. Meski untuk urusan klub Ceres-Negros menjadi penyumbang terbanyak, dan uniknya satu-satunya klub dari Liga Filipina yang menyumbangkan pemainnya ke skuat asuhan Scott Cooper ini.
Sebagian besar bahkan baru melakukan debutnya di Thai League 1 seperti pemain sayap serba bisa Daisuke Sato yang bermain di Muangthong United, serta Kevin Ingreso penggawa Buriram United, bek senior Martin Steuble (Port FC), hingga duet Suphanburi FC, kiper Patrick Deyto dan bek Alvaro Silva.
Namun tak semua pemain Filipina yang berlaga di Thailand yang diikutsertakan Cooper di laga kontra Suriah dan Guam. Tak ada nama Stephan Palla, bek Buriram United yang biasa mengisi posisi bek kiri ini. Selain Palla, duo Younghusband dan Neil Etheridge juga tak lagi dipanggil ke skuad The Azkals.
Thai League Most Represented in Philippines Squad https://t.co/FCWFGHeIwO
— Football Tribe Asia (@FootballTribeEN) September 2, 2019
Scott Cooper juga memanggil tiga pemain yang bermain di Eropa untuk barangkali dapat mencicipi debut bersama The Azkals. Mereka adalah kiper Kevin Ray Mendoza yang bermain untuk HB Køge di kasta kedua liga Denmark, bek berusia 19 tahun Justin Baas yang tergabung bersama Jong AZ Alkmaar, serta gelandang Yrik Galantes yang masih berusia 18 tahun dan kini bermain di kasta kelima liga Skotlandia bersama Gala Fairydean Rovers.
Namun ketimbang memainkan para pemain yang masih ‘hijau’ tersebut, Cooper bisa saja memasukkan seluruh pemain yang bercita rasa asam manis seperti kuah tom yam yang menggoyang lidah sebagai susunan sebelas pertama di dalam lapangan.
Kiper keturunan Denmark, Michael Falkesgaard, yang piawai menggantikan peran Etheridge kini bermain untuk Bangkok United. Ia bahkan membantu Bangkok United bertengger di posisi keempat dan mencatatkan 4 nirbobol dalam 20 penampilan.
Menduetkan Steuble dan Silva di jantung pertahanan, ditambah satu pemain muda Marco Casambre yang membela Chainat Hornbill cukup ideal dengan skema tiga bek yang sempat dicoba Filipina di era Sven Goran Erikson, di mana Cooper merupakan asisten pelatih kenamaan asal Swedia tersebut di Piala AFF 2018.
Ketiganya mampu disokong Sato dan Ingreso di dua sisi sayap berbeda. Duet gelandang pekerja keras Manuel Ott (Ratchaburi Mitr Phol) dan Iain Ramsay (Sukhothai FC) akan menjadi bumbu pelengkap bagi trio striker Angel Guirado (Chonburi), Mark Hartmann (Nakhon Ratchasima), dan Javier Platino (Ratchaburi Mitr Phol), maka jadilah semangkuk tom yam dari Filipina di atas lapangan hijau!
Thai League, sudah layak dan sepantasnya…
Tak perlu heran jika Thai League menjadi kawah candradimuka bagi para pemain Filipina dalam beberapa musim ke belakang. Sudah layak dan sepantasnya karena sebenarnya Thai League adalah liga terbaik di Asia Tenggara.
Coba saja tengok, semegah-megahnya prestasi Ceres-Negros yang kerap jadi mimpi buruk wakil Indonesia di kompetisi regional toh mereka hanya berlaga di Piala AFC, di saat beberapa klub seperti Buriram ataupun Muangthong United sudah berkiprah di Liga Champions Asia menghadapi klub-klub dari Cina, Jepang dan Korea Selatan.
Belum lagi fakta bahwa Thai League merupakan satu-satunya liga di Asia Tenggara yang menjadi surga bagi para pemain asing. Di kasta tertinggi saja ada total maksimal 7 slot yang dapat digunakan tiap klub, di mana terbagi menjadi maksimal 3 pemain asing bebas, 1 pemain asing Asia, dan 1 pemain asing Asia Tenggara.
Jadi sungguh layak dan sepantasnya jika Thai League menjadi kawah candradimuka bagi para pemain Filipina terlebih saat liga sepak bola Filipina kini hanya menyisakan 7 klub saja dan dengan superioritas Ceres-Negros beberapa tahun ke belakang pun tak menjadikan iklim kompetisi di Filipina cukup baik.
Melimpahnya kuota pemain asing asal Asia Tenggara di Thai League 1 justru menjadi berkah bagi para pemain Indonesia, Laos, Myanmar, dan Singapura untuk ikut berguru di sana musim ini. Namun tetap saja pemain Filipina menjadi primadona di sana.
Terhitung ada 17 pemain Filipina dari total 25 pemain asing Asia Tenggara di Thai League 1 2019 yang sebagian tentu memiliki darah Eropa yang tentu jadi keuntungan tersendiri bagi klub Thailand ‘mengakali’ regulasi yang ada.
Pun di musim ini beberapa bintang jebolan klub-klub Eropa seperti Hajime Hosogai (Jepang, eks Stuttgart), Rasmus Jonsson (Swedia, eks Wolfsburg), Jean-Philippe Mendy (Prancis, eks Maribor), dan Yannick Boli (Pantai Gading, eks Anzhi Makhackhala), turut mewarnai Thai League 1. Belum lagi Mike Havenaar (Jepang, eks ADO Den Haag) dan Modibo Maiga (Mali, eks West Ham) yang sempat singgah di putaran pertama.
Keputusan para pemain Filipina ke Thailand pun juga terbilang tepat, karena jika sepak bola mereka ingin maju di kancah regional maka berguru ke negara yang memiliki koleksi gelar Piala AFF terbanyak yakni sebanyak lima kali adalah jawabannya.
Namun untung saja The Azkals tak segrup bersama Thailand di babak kualifikasi kali ini, maka jika tidak semangkuk tom yam dari Filipina ini tentu akan kalah cita rasanya jika dibanding sang empunya resep utama. Karena meski sebentar lagi sinar terang Sang Gajah Tempur mulai redup digantikan generasi emas Vietnam, tetap saja Thailand adalah Thailand yang mampu memberikan teror kepada The Azkals.
Hmm bicara tom yam sedikit membuat saya lapar… kalian sudah makan, Tribes? Saya jadi kangen Indomie rasa tom yam nih!
*Artikel ini merupakan terjemahan dari tulisan editor Football Tribe Asia, Gian Chansrichawla, berjudul “Thai League Most Represented in Philippines Squad” yang diterjemahkan dan dikembangkan lebih mendalam oleh penulis.