Pelatih timnas Indonesia, Simon McMenemy, telah mengumumkan skuat yang akan ia bawa untuk melakoni kualifikasi Piala Dunia 2022 bulan September mendatang. Kombinasi nama baru dengan para pemain lama, pemain muda dengan senior, kembali menjadi kekuatan dari mantan pelatih Bhayangkara FC ini.
Nama-nama seperti trio PS TIRA-Persikabo Osas Saha, Angga Saputra, Manahati Lestusen yang menghiasi skuat Garuda kali ini sedikit menimbulkan kejutan. Tapi kejutan terbesar dari tim ini bukan hal itu.
Kejutannya adalah dicoretnya Rizky Pora dari nama-nama yang dipanggil, dengan jarak kurang dari sehari setelah nama-nama pemain yang mengisi skuat dirilis. Hal ini disebabkan adanya pertengkaran antara dia dengan Bayu Gatra di akhir pertandingan PSM Makassar vs Barito Putera beberapa hari silam.
Sebuah tindakan yang tak dapat dimaafkan tentu saja, mengingat ia saat ini adalah penggawa timnas sekaligus kapten dari Barito Putera. Alhasil ia harus rela namanya digantikan oleh pemain muda Persib Bandung, Febri Hariyadi.
Pemanggilan Febri inilah yang sesungguhnya menjadi kontroversi. Banyak pengamat meyakini bahwa masih banyak sosok lain yang penampilannya lebih baik dari Febri. Sebut saja Riko Simanjuntak yang sudah mengoleksi empat asis untuk Persija Jakarta atau pemain PS TIRA-Persikabo lain yang sedang dalam performa terbaiknya, Wawan Febrianto.
Baca juga: Setengah David de Gea di Raga Teja Paku Alam
Mereka berdua dianggap lebih layak mendapatkan satu slot di timnas daripada Febri yang gagal mengangkat performa Persib Bandung musim ini. Akan tetapi, pilihan tetap saja jatuh pada pemain asli Bandung ini.
Tentu menarik untuk menganalisis, kenapa sosok Febri yang belum menemukan performa terbaiknya musim ini kembali dipanggil oleh coach Simon.
Febri Hariyadi sendiri, apabila melihat ke belakang, cukup menarik bagaimana namanya bisa muncul dalam kancah sepak bola Tanah Air. Ia tidak muncul karena telah mengantarkan timnya meraih gelar juara atau ia mencapai prestasi top skor maupun top asis. Namanya muncul karena skill yang ia pertontonkan di satu pertandingan.
Saya ingat saat itu pertandingan Persib Bandung melawan PSM Makassar di lanjutan Torabika Super Championship (TSC) A 2016. Kala itu di satu momen, sebuah umpan lambung mendatangi Febri yang berada di sisi kanan lapangan. Febri yang saat itu masih berusia 20 tahun, melihat sosok senior Zulvin Zamrun mengawalnya, segera menggeser bola sedikit ke belakang.
Dengan satu gerakan cepat nan rumit, ia memutar badan sembari melakukan rabona layaknya seorang penari. Setelah itu segera ia langsung melakukan sprint cepat meninggalkan Zulvin di belakang.
Memang satu permainan brilian tersebut tak menyebabkan peluang berbahaya bagi Persib saat itu. Namun sebuah skill ajaib yang dipertontonkan oleh pemuda berusia 20 tahun cukup membuat namanya melambung di jagat sepak bola Indonesia. Satu unggahan tentang skill Febri saat itu bisa disaksikan oleh ribuan orang di media sosial. Sebuah hal yang luar biasa tentu bagi Persib Bandung.
Setelah itu kariernya terus meroket. Ia menjadi pilihan utama di tim Persib Bandung, sembari menjadi salah satu pemain kesayangan Luis Milla di timnas Indonesia. Ia juga dipuja oleh banyak suporter di Indonesia, bahkan sempat dijuluki sebagai ‘Messi Indonesia’, sebelum akhirnya julukan ‘RX Bow’ melekat pada dirinya. Sesuatu yang tentunya tak pernah Febri bayangkan sebelumnya.
Namun untuk saat ini Febri Hariyadi belum menunjukkan performa terbaiknya sebagaimana dulu awal kemunculannya di sepak bola Indonesia. Kecepatan larinya memang masih sama seperti dulu, namun untuk akurasi umpan silang, pengambilan keputusan penting, serta kepercayaan dirinya masih belum terasah kembali.
Banyak faktor yang menyebabkan penurunan performanya. Namun apabila diteliti lebih dalam, inkonsistensi adalah faktor utama. Harus diakui, permainan putra daerah Bandung ini memang cukup angin-anginan.
Di satu pertandingan, ia bisa tampil luar biasa berlari menusuk pertahanan sepanjang permainan tanpa kenal lelah dan menciptakan banyak peluang berbahaya. Namun di pertandingan lain, ia bisa hanya berlari tanpa arah dan mengirim banyak umpan silang tak akurat di sepanjang pertandingan.
Inkonsistensi inilah yang membuat banyak pihak meragukan kemampuannya.
Padahal ketika Febri dalam performa terbaiknya, sedikit pemain belakang lawan yang bisa mengawalnya. Kecepatan yang menjadi senjata utama, kemampuan kaki kiri dan kanan yang sama baiknya, diiringi umpan silang terukur dan pengambilan keputusan pentingnya (yang meskipun tidak konsisten, apabila di puncak performanya bisa jadi sangat berbahaya) membuat ia layak ditakuti oleh fullback manapun.
Tambahkan lagi tendangan roket yang kerap ia lontarkan dari luar kotak penalti, membuatnya jadi salah satu winger dengan kemampuan komplet di Indonesia.
Hal itulah yang membuatnya dulu sempat dielu-elukan oleh para suporter timnas Indonesia di era Luis Milla. Hal itu pulalah yang membuatnya kali ini dipanggil oleh coach Simon menuju timnas Indonesia sekali lagi, meskipun banyak yang meragukannya.
Dan Febri seakan ingin menunjukkan semua kemampuannya kepada mereka yang meragukannya ketika Persib Bandung menjamu Borneo FC, Rabu (14/8) lalu.
Ketika itu, dari skema serangan balik cepat, Febri yang menerima sodoran panjang dari rekannya memutuskan untuk melakukan sprint cepat melewati beberapa pemain belakang Borneo, sebelum mengirimkan umpan silang akurat yang berhasil dikonversi menjadi gol oleh Esteban Vizcarra.
Sebuah skema serangan balik cantik yang seakan ingin menunjukkan kemampuan Febri. Meskipun pertandingan tersebut gagal dimenangkan oleh Persib, permainan Febri menjadi salah satu yang terbaik di laga itu.
Inilah yang bisa menjadi satu kekuatan dari Febri Hariyadi. Motivasi untuk menunjukkan kemampuannya yang ia tunjukkan ketika melawan Borneo FC dengan berbagai tusukan berbahayanya. Motivasi yang bisa meningkatkan permainan Febri secara drastis. Hal yang jarang Febri tunjukkan sebelumnya.
Selalu bermain sebagai sebelas pemain pertama di Persib Bandung memang agaknya membuat Febri sedikit berada pada zona nyaman. Tak memiliki saingan sepadan di posisi sayap Persib tahun ini memang bisa jadi membuat motivasinya turun, yang berdampak pada permainannya secara keseluruhan. Itulah sebabnya kali ini ia membutuhkan suntikan motivasi baru lagi untuk bersaing di timnas Indonesia.
Dulu di awal kemunculannya, Febri Hariyadi banyak dipuja sebagai pendatang baru potensial bagi Indonesia. Setelah beberapa lama, permainannya yang menurun membuatnya dicerca banyak pihak, terlebih karena ia bermain bagi tim sebesar Persib Bandung.
Kali ini ia telah diberi kesempatan kedua. Semua kembali tergantung pada Febri. Apabila ia berhasil menemukan motivasi dan menunjukkan permainan terbaiknya, ia akan kembali dipuja, sekaligus membungkam banyak orang yang meragukannya.
Namun apabila ia gagal, tak akan ada yang berubah. Ia hanya akan makin dicerca oleh banyak pihak yang selama ini memang meragukannya.
*Penulis merupakan seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang gemar menganalisis sepak bola Indonesia. Bisa dihubungi di ID LINE: achmzulfikar