Marko Simic langsung menjelma pujaan di musim pertama bersama Persija Jakarta. Laki-laki 31 tahun asal Kroasia tersebut memberi kesan manis di awal kebersamaannya dengan Macan Kemayoran. 11 gol yang disarangkan berhasil menjadikannya top skor dan pemain terbaik Piala Presiden 2018, sekaligus mengantar gelar juara ke ibu kota.
Keberingasan pemain yang menjuluki dirinya Super Simic terus berlanjut. Pada Piala AFC 2018, 9 gol dari 7 laga membantu Persija melangkah jauh di keikutsertaan pertamanya di pentas Asia.
Di Liga 1 Simic juga terus memebayar dukungan yang diberikan seisi setadion. 17 gol sepanjang musim tercatat atas namanya. Kerja sama dengan Riko Simajuntak, Novri Setiawan, dan kawan-kawan lainnya membuat seolah gol mudah dicipta klub ibu kota. Sundulan kepala, sepakan kaki kanan maupun kaki kiri, menjadi senjata sempurna yang dimiliki.
Kehadiran Simic musim lalu seolah jawaban doa pendukung Persija yang selama ini kesulitan memiliki penyerang tajam. Mulai dari nama-nama lokal hingga pemain asing yang pernah didatangkan sebelumnya, tak ada yang mampu menjadi solusi lini penyerangan.
Hingga akhirnya Simic hadir ke Jakarta. Seisi stadion tidak jarang mengelukan namanya. Simic menjelma jadi sosok yang dipuja lebih dari sekedar dipuji. Terlebih di akhir musim, gelar juara yang lama dinanti akhirnya singgah di ibu kota. Tanpa mengecilkan peran pemain lain, semua tidak lepas dari kontribusi besar pemain asing asal Kroasia itu.
Baca juga: Simic Ohh… Simic
Musim berganti, cerita pun berubah
Cerita manis Simic di tahun 2018 cepat berubah di tahun ini. Baru menjalani laga kedua di kancah Asia, Simic harus berpisah dengan rekan-rekannya. Dalam lawatan menuju Australia di lanjutan kualifikasi Liga Champions Asia, Simic membuat ulah.
Setibanya di Negeri Kanguru, Minggu (10/2), Simic ditahan pihak Polisi Federal Australia. Asal-muasalnya dia dituduh melakukan pelecehan seksual pada wanita yang duduk di sebelahnya selama penerbangan.
Setelah kasusnya dilimpahkan ke pengadilan Downing Center, pemain setinggi 187 centimeter itu didakwa melakukan tindakan tak senonoh pada seorang wanita. Kemudian pengadilan meminta Simic menyerahkan paspor dan terpaksa ditinggal rekan-rekannya kembali ke Jakarta usai menghadapi Newcastle Jets, guna menjalani rangkaian persidangan di sana.
Kasus di Australia bukanlah ulah pertama Marko Simic. Tahun lalu, Simic sempat melakukan perbuatan tidak jauh berbeda. Meski tidak sampai pada kasus hukum, dia terindikasi melakukan pelecehan kepada seorang penyanyi dangdut ternama.
Melalui media sosial, Simic sempat menggoda sang diva dengan kata-kata yang tidak pantas. Wanita yang berang tersebut lantas menggunggah tangkapan layar kata-kata tidak senonoh Simic yang dikirim padanya. Namun alih-alih mendapat dukungan, tidak sedikit pemuja Simic balik menyerang. Segala pembenaran dilontarkan untuk membela pemain pujaan.
Ini tentu tidak sewajarnya. Bukankah seharusnya pelecehan seksual sekecil apapun dilawan dan dihilangkan?
Seperti teori yang ada, selama masih ada pembenaran untuk suatu kesalahan, maka akan muncul kesalahan-kesalahan berikutnya. Benar saja, pelecehan yang dilakukan Simic kembali terjadi.
Lantas masihkah pantas Simic dirindukan?
Manajemen tentu tahu betul bila kasus di Australia akan menyita waktu tidak sedikit untuk Simic. Tapi bukannya mencari pengganti sepadan, manajemen justru memilih menunggu dalam ketidakpastian. Memang nama Silvio Escobar sempat didatangkan, tapi semua tahu Escobar tentu bukan pengganti ideal tumpuan lini depan.
Tiga bulan tanpa penyerang andalan musim lalu membuat lini penyerangan kehilangan kekuatan. Gol serasa begitu sulit tercipta hingga Piala Presiden 2019, bahkan Piala AFC 2019 harus rela terlewatkan. Situasi ini tentu membuat publik sepak bola Jakarta kembali merindukan sosok penyerang tajam.
Manajemen bungkam. Seolah mereka tetap menanti Marko Simic hingga akhir waktu pendaftaran pemain untuk liga musim ini. Benar saja, Kamis malam (9/5) Simic mendarat di Jakarta dengan sambutan luar biasa.
Publik seolah lupa akan perbuatan tercela yang telah dilakukannya. Dari bandara, kedatangan sang pemain langsung dipuja bahkan disiarkan langsung media klub.
Baca juga: Apa yang Salah dengan Persija?
Musim 2019 nampaknya Simic masih akan mendapat kesempatan dan seolah kesalahan-kesalahannya akan tertutup dengan kontribusi bagi tim ini.
Lantas apakan Simic masih orang yang pantas untuk dirindukan guna menggembalikan ketajaman Macan Kemayoran?
Selain tingkahnya, perlu diingat Simic sudah 3 bulan tidak berlaga dalam pertandingan kompetitif. Jangan sampai ekspektasi tinggi terhadapnya justru membuat kecewa.
Tugas berat lain, Simic harus membuktikan kata-katanya. Seperti yang disampaikan laman resmi Persija, ia mengaku bisa belajar banyak dari hal ini dan membuatnya lebih kuat, fokus, pintar dan ia berharap tidak terjadi kasus-kasus seperti ini ke depannya.
Buktikan kata-katamu, Simic. Karena di negeri ini, yang dipegang dari seorang pria dewasa adalah kata-kanya. Bukan yang lainnya.