Penantian tujuh belas tahun Macan Kemayoran terjawab Minggu (9/12) sore ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Di sini, di pertandingan ini dan bukan pertandingan lain. Penantian tujuh belas tahun bukan waktu yang singkat. Tujuh belas tahun berlalu sejak terakhir kali Persija meraih gelar juara. Selama itu pula pendukung setia mereka berharap kembali merasakan meriahnya pesta. Bahkan mungkin, sebagian dari mereka belum sekalipun merasakannya.
Jakarta berubah merah. Beberapa sisi, oranye -warna kebanggaan pendukung Persija- menghiasi. Sudut-sudut kota terpampang doa dan harapan, spanduk “Kota Ini Mau Juara” bahkan ada dimana-mana sejak beberapa hari jelang pertandingan. Nampaknya kerinduan akan gelar juara benar-benar membatu di ibukota.
Stadion sudah ramai bahkan sejak Sabtu (8/12) malam karena sebagian pendukung Persija rela membantu pihak pengelola SUGBK bersih-bersih usai sebelumnya digunakan untuk acara keagamaan. Lagi-lagi semua demi klub kebanggaan dapat perpesta di rumahnya, di Jakarta.
Punggawa Persija yang dibalut baju tempur berwarna merah memasuki lapangan dengan beban harus memenangi pertandingan demi memastikan gelar, demi memuaskan hasrat pendukungnya. Sedangkan Mitra Kukar melangkah ringan karena ini memang ini laga hidup-mati bagi mereka.
Lautan tujuh puluhan ribu orang menari-nari, lautan sorak-sorai membahana, lautan tepuk tangan menggelora mengiringi sepak-mula. Warna merah, hitam, oranye berbaur di tribun yang berbentuk lingkaran sempurna memunculkan konfigurasi “Make it Eleven 2018”. Sebuah harapan pertandingan sore ini menjadi gelar ke-11 untuk Persija.
Persija mengambil inisiatif sejak awal. Tatapan puluhan ribu pasang mata nampak bagai ribuan letusan senapan yang menggerus mental para pemain Mitra Kukar. Sepuluh menit awal Persija berkali-kali mengancam gawang Yo Jae-Hoon, namun semua mentah. Hingga di menit ke-11 berbalik Fernando Rodriguez mendapat peluang bersih di muka gawang Andritany, berangsur permainan mulai berimbang.
SUGBK pecah di menit 13. Persija mendapat hadiah pinalti dan dieksekusi sempurna oleh Marko Simic. Entah apa namanya, pesta yang terlalu dini, yang pasti SUGBK telah bergetar hebat. “Ini saatnya menembus tradisi” bergema. Seakan kenyakinan Persija menjadi juara kian nyata.
Tiga pemain tengah Persija, Renan Silva, Rohit Chand, dan Sandi Sute berhasil mendominasi. Selain peluang pada menit ke-11, penyerangan Mitra Kukar yang mengandalkan Hendra Bayauw dan Anindito lebih sering dipatahkan. Permainan melambat di pertengahan babak. Persija hanya sesekali mengincar peluang melalui Riko Simanjuntak yang mulai menerobos masuk ke sisi dalam.
Persija kembali mengancam lewat sepakan jarak jauh Rohit Chand, sayang masih membentur tiang kanan Naga Mekes, dilanjutkan peluang Novri di depan gawang. Lagi-lagi masih gagal dimaksimalkan. Pelung Renan pun serupa, sepakan jarak jauhnya ke tengah gawang masih di mentahkan Jae-Hoon. Lima menit akhir Mitra Kukar ganti menguasai. Persija memilih bertahan dalam, 4-4-2 dengan garis pertahanan rendah. Skor tidak berubah, 1-0, menutup babak pertama.
Sundulan Marko Simic Menyempurnakan Pesta di Senayan
Awal babak kedua ditandai satu suar menyala di tribun selatan dan gulungan kertas berterbangan.
Berbeda dengan babak pertama, di awal babak kedua Mitra Kukar coba keluar menyerang. Lutfi Kamal, gelandang muda yang dimiliki Naga Mekes coba mengatur serangan. Bola dibagi merata ke kiri dan ke kanan memanfaatkan kecepatan Anindito dan Dedi Hartono sebelum selanjutkan di kembalikan ke tengah.
Menit ke-59, tribun selatan berjingkrak menyambut Ismed yang menjemput bola sepak pojok. Tidak sia-sia, bola yang dikirim Ismed menghasilkan kemelut di kotak pinalti dan diakhiri sundulan Simic yang menyarangkan goal keduanya di pertandingan ini.
Entah fenomena apa tribun SUGBK bergetar luar biasa, seakan gempa mengguncang Jakarta. Gol yang dirayakan Persija dan pendukungnya disambut berbeda oleh pemain dan staf pelatih Mitra Kukar. Mereka menganggap ada pelanggaran yang terjadi sebelumnya. Protes keras dilayangkan hingga Abdul Gamal yang belum sempat bermain harus diusir wasit dengan kartu merah.
Menit ke-68 berbalik Mitra Kukar mendapat hadiah pinalti. Tendangan keras yang dilepaskan Fernando Rodriguez tidak merubah skor karena Andritany Ardhiyasa berhasil membendungnya. Mitra Kukar nampak memaksimalkan serangan. Arif Suyono masuk menggantian Hendra Bayaw, sedangkan Renan Silva keluar digantikan Asri Akbar dengan insting lebih bertahan.
Menit ke-83 nama Bambang Pamungkas menggema. “Bambang, Bambang, Bambang Pamungkas… Bambang Pamungkas sekarang juga”. Besar harapan Bambang Pamungkas dimainkan di hari besar. Hari yang mungkin jadi pertandingan terakhirnya berseragam Persija.
Harapan dikabulkan, Bambang Pamungkas masuk menggantikan Simic tepat di menit 87. Dilanjutkan pesta seisi stadion Persija menutup laga dan memastikan juara lewat dwigol Marko Simic dan hanya berbalas satu gol Aldino Herdianto.
Hari mulai gelap, sebagian dari 68. 873 pasang mata mulai gelap, kabur terhalang hanyut air mata yang mengalir begitu saja. Hari ini Persija juara, hari ini ibu kota juara. Hari ini kerinduan itu terbayar tuntas. Setelahnya tidak ada yang dapat menggambarkan pesta di Stadion Utama Gelora Bung Karno sore ini.