Suara Pembaca

Nostalgia Masa Kejayaan Bersama Milan Glorie

Laga amal antara Liverpool Legends melawan Milan Glorie, Sabtu malam (23/3) benar-benar menjadi sebuah ajang nostalgia bagi para penggemar kedua kubu. Tak terkecuali bagi saya sebagai Milanisti, akhirnya bisa melihat lagi para legenda Milan beraksi di lapangan hijau. Rasa rindu akan aksi-aksi mereka terbayar lunas.

Apalagi laga antara Liverpool dan Milan ini memang sarat sejarah. Tentu kita masih ingat final Liga Champions 2004/2005 yang oleh sebagian orang dianggap sebagai Tragedi Istanbul. Milan harus menerima kenyataan pahit kalah dari Liverpool meski sempat unggul 3-0.

Namun, Milan mampu membayar lunas mimpi buruk Istanbul itu di Athena pada final Liga Champions 2006/2007.

Pada pertandingan ini, Milan Glorie memang harus menelan kekalahan. Sedikit kecewa memang, namun rasa bahagia mampu mengalahkan kekecewaan tersebut.

Bagaimana tidak, kita akhirnya bisa melihat lagi kolaborasi Andrea Pirlo bersama Kaka, umpan-umpan brilian dari sang maestro Rui Costa, tackle keras milik si badak, Gennaro Gattuso, Nelson Dida berdiri di bawah mistar gawang, kekokohan Alessandro Costacurta mengawal lini pertahanan, Cafu dan Serginho menyisir sisi lapangan serta tentunya Filippo Inzaghi yang kembali terperangkap offside.

Baca juga: Baju Kering Filippo Inzaghi

Ah, kebahagiaan ini benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Meskipun usia mereka sudah tidak muda lagi, suguhan aksi para legenda ini masih tetap memanjakan mata penonton walau sudah tak seapik dahulu.

Ungkapan “class is permanent” cukup menggambarkan kualitas para mantan pemain kelas dunia pada laga amal ini. Lihat saja gol-gol yang tercipta pada pertandingan ini.

Pirlo masih bisa mencetak gol indah melalui tendangan bebas pada pertandingan ini. Lalu Giuseppe Pancaro mampu melesakkan bola ke gawang Liverpool melalui tendangan melengkung dari luar kotak penalti.

Di kubu Liverpool, sang kapten, Steven Gerrard juga tak mau ketinggalan menunjukkan kelasnya. Ia berhasil menciptakan gol dari tendangan dari luar kotak penalti, sekaligus menjadi penentu kemenangan Liverpool Legends. Golnya ini merupakan gol khas Gerrard yang sering kita lihat semasa ia masih aktif bermain.

Baca juga: Antara Raisa-Isyana dan Gerrard-Lampard

Melihat para legenda Milan ini kembali bermain, memang membuat kita sedikit bernostalgia ke masa kejayaan I Rossoneri. Bagaimana dahulu Milan masih menjadi salah satu yang cukup disegani di Eropa maupun dunia dengan meraih begitu banyak prestasi.

Pertandingan ini memang mampu membangkitkan begitu banyak memori tentang masa keemasan Milan. Memori tentang begitu banyak raihan gelar. Memori tentang para pemain terbaik yang pernah memperkuat kesebelasan pemilik tujuh gelar Liga Champions ini. Memori yang akan terus dikenang di hati para pendukung Milan. Memori yang akan selalu dirindukan untuk kembali hadir di masa mendatang.

Laga amal ini cukup mengobati rasa rindu akan penampilan legenda di kedua kubu dalam mengolah si kulit bundar. Walau hanya satu pertandingan, tapi itu sudah cukup daripada tidak ada sama sekali.