Cerita

Tentang Fanatisme Fans Sepak Bola

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) fanatisme adalah keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama dan sebagainya). Kemudian definisi lain dari fanatisme adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah.

Pengertian fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam berbuat sesuatu, menempuh sesuatu, atau memberi sesuatu. Dalam berpikir dan memutuskan, dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, serta secara psikologis. Seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak paham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti paham atau filsafat selain yang mereka yakini.

Ciri-ciri yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah. Atau bisa dikatakan fanatisme membuat buta akan apa yang berbeda. Mereka menganggap diri merekalah yang paling benar, orang lain semuanya salah.

Dalam sepak bola, fanatisme sering lahir dari kecintaan akan klub dan identitas kelompok yang berlebihan. Kecintaan dan kesetiaan sering kali menimbulkan keyakinan bahwa klub yang didukung dan identitas kelompok adalah segalanya. Semua yang bertentangan dengan klub dan identitas kelompok adalah salah. Bahkan, sesuatu yang dianggap mengganggunya harus disingkirkan.

Bahayanya, orang-orang fanatis cenderung menutup mata dan telinga rapat-rapat terhadap apa pun di luar keyakinan mereka. Mereka tidak peduli dan akan tetap melawan segala sesuatu yang bertentangan dengannya walaupun itu benar sekalipun.

Winston Churchill, Perdana Menteri Britania Raya yang juga seorang pengarang, mengatakan “Fanatisme seseorang tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya”.

Semakin besar kelompok dengan fanatisme tertentu ibarat semakin besar gumpalan bahan peledak dengan sumbu yang semakin pendek. Sedikit saja sentuhan dapat menjadi memicu untuk ledakan besar.

Ini yang sering menjadi awal konfik di sepak bola. Kelompok dengan identitas dan fanatisme tertentu, saling berbegesekan dengan kelompok dengan identitas dan fanatisme berbeda kemudian menimbulkan ledakan. Sering kali bentrok antar-kelompok suporter berawal dari sini. Sesuatu yang jelas bertentang dengan semangat sepak bola itu sendiri. Semangat sepak bola yang semula hadir sebagai alat pemersatu.

Tidak hanya dengan kelompok lain. Kerap kali sedikit sentuhan dari orang yang sebenarnya tidak tahu apa-apa dapat menjadi pemicu ledakan besar.

Sebagai contoh, ketika suatu kelompok merasa identitas atau klub kebanggaannya terhina oleh seseorang yang sebenarnya tidak bermaksud untuk menghina pasti akan menimbulkan perlawanan. Karena kembali lagi, seorang fanatis tidak peduli benar dan salah. Yang mereka tahu hanya tidak boleh ada yang mengganggu keyakinannya. Walaupun sebenarnya yang mereka yakini adalah yang salah.

Kecintaan, loyalitas, atau apapun namanya, terhadap klub dan indentitas kelompok memang diperlukan. Namun jangan sampai muncul sifat fanatik yang seringkali justru merugikan. Fanatisme hanya akan mengotakkan pikiran dan membuatnya tidak dapat menerima hal baru yang merupakan modal untuk lebih maju dan berkembang.