Cerita

Stadion Andi Mattalatta, Dulu dan Nanti

“Kami sedang bersiap-siap memebenahi fasilitas stadion. Mungkin kami mulai pada rumput lapangan,” kata Appi, sapaan akrab Munafri Arifuddin, CEO PSM Makassar, dikutip dari halaman resmi klub.

Bila sesuai rencana, Stadion Andi Mattalatta akan mulai diremajakan pekan depan. Peremajaan dilakukan untuk persiapan gelaran Liga 1 musim mendatang. Selain rumput lapangan yang akan ditangani ahli yang berpengalaman menangani rumput stadion internasional, rencananya kapasitas penonton juga ditingkatkan. Tribun tempat penonton menyaksikan pertandingan rencananya akan ditambah.

“Kapasitas sekarang hanya 13 sampai 15 ribu. Sedangkan orang yang mau nonton sampai 50 ribu. Sudah pasti stadion ini tidak dapat menampung.” imbuh Appi.

Selian rumput dan tribun penonton, penerangan tentu juga harus segera dibenahi. Seperti diketahui, Stadion Andi Mattalatta merupakan salah satu stadion tua yang masih digunakan hingga kini. Wajar jika banyak bagian dari stadion yang berada di pusat kota Makassar ini harus menerima banyak sentuhan peremajaan.

Meski telah berusia setengah abad, nampaknya Andi Mattalatta masih akan terus menjadi kandang PSM Makassar. Stadion ini memang memiliki banyak cerita perjalanan PSM dan terkenal keangkerannya bagi tim tamu.

Ada cerita prestasi Ramang yang dikenal dengan tendangan maut. Ada cerita di stadion ini para pemain PSM haram melakukan kesalahan. Bahkan Siri’ Na Pacce’ yang mencerminkan identitas serta watak orang Sulawesi Selatan sangat kukuh dipegang dan menambah keangkeran.

Baca juga: PSM Makassar dan Misi Memulangkan Putra Daerah

PSM Makassar

Dari Mattoanging hingga bernama Andi Mattalatta

Sebelum kini bernama Stadion Andi Mattalatta, stadion ini lebih dulu dikenal sebagai Stadion Mattoanging. Nama Mattoanging berasal dari bahasa Makassar. Mattoa yang berarti melirik atau menengok, dan Anging yang berarti angin.

Nama ini diberikan karena Stadion Mattoanging berada di kawasan pantai yang dulunya tempat perahu Phinisi berlabuh, dan biasanya para awak menengok angin sebagi pertanda cuaca ketika siap untuk berlayar.

Perubahan nama dari Mattoanaging menjadi Stadion Andi Mattalatta kemudian terjadi. Perubahan dilakukan guna menghormati jasa-jasa Andi Mattalatta. Selain dikenal sebagai pejuang kemerdekaan asal Kabupaten Barru, Mayjen (Purn.) Haji Andi Mattalatta adalah orang yang menggagas pembangunan Stadion Mattoanging pada tahun 1952.

Baca juga: Sepucuk Surat untuk M. Rahmat

Selain kariernya di dunia militer, ayah dari artis Andi Mariam Mattalatta ini juga dikenal dengan prestasinya di dunia olahraga. Bangsawan asal Bugis tersebut bahkan memiliki catatan prestasi  di beberapa cabang olah raga seperti tinju, renang, bahkan loncat indah.

Kilas balik Tragedi Kurtadi/Tragedi Mattoanging

“Prittttt” Kurtadi meniup peluit di menit ke-84 pertandingan PSM Makassar menghadapi Persib Bandung pada kompetisi PSSI 1960/1961. Kurtadi yang kala itu dikenal sebagai wasit terbaik di Indonesia berkat ketegasan dan kejujurannya, berlari dari tengah lapangan mendekati kotak penalti PSM Makassar.

Kutadi yang berlari dari tengah lapangan tiba-tiba menunjuk titik penalti. Semua pemain tidak percaya. Seketika pemain PSM menyerbu dan memprotes keras, sedangkan pemain Persib yang merasa diuntungkan enggan mendekat dan seakan cuek dengan apa yang terjadi.

Semua yang terjadi memang kontroversi. Seperti dikisahkan Aqwam Fiazmi dan Novan Herfiyana dalam Persib Undercover, awal dari penalti yang diberi Kurtadi memang tidak jelas. Antara offside atau pelanggaran terhadap kapten Persib.

“Semua bermula saat kapten Persib, Rukma, berhasil menggiring bola menyusuri sayap kiri lawan. Rukma terus mencoba mendekati kotak penalti PSM. Saat itulah salah seorang bek PSM mencoba mengadang melalui sebuah tekel. Sebelum tekel lawan itu berhasi menghadang Rukma, kapten Persib lebih dulu melepas bola ke tengah kotak penalti PSM lewat sebuah tendangan chip. Bola chip itu lantas diperebutkan oleh seorang penyerang Persib dan seorang bek PSM bernama Sampara.” demikian yang tertera di Persib Undercover halaman 36.

Sebelum duel udara itulah hakim garis mengangkat benderanya. Pemain Persib yang menganggap pelanggaran terjadi pada kapten mereka, memungut bola dan meletakkannya di tepi garis kotak penalti. Namun Kurtadi berkeputusan lain, ia justru menunjuk titik putih.

Dalam keadaan yang runyam kerena protes keras pemain PSM yang merasa dirugikan, Kurtadi meninggalkan lapangan pertandingan. Kurtadi bersikukuh terjadi handball oleh pemain Persib. Kurtadi yang terisak sembari menelungkupkan wajahnya di atas meja berkali-kali mengatakan ia telah mengambil keputusan yang jujur.

Sepuluh menit berselang, Kurtadi dan perangkat pertandingan kembali ke lapangan untuk memeberi pengumuman kepada kedua tim, bahwa pertandingan dihentikan di menit ke-84 dengan skor 1-1. Gol sebelumnya dicetak di babak pertama.

Menariknya, sekitar 50.000 penonton atau hampir 10 % penduduk Makassar kala itu, yang bahkan meluber hingga melewati garis sentelban, tetap berlaku sportif. Hanya teriakan-teriakan yang diarahkan penonton pada wasit Kurtadi.

Jumlah sekitar 50.000 penonton yang memadati Mattoanging membuatnya penuh sesak bahkan tercatat sebagai rekor jumlah penonton sepanjang gelaran pertandingan sepak bola di wilayah Indonesia Timur pada masanya.