PSM Makassar mengakhiri putaran pertama Go-Jek Liga 1 2018 di posisi tiga klasemen. Meski sanggup bersaing di papan atas, Juku Eja menyisakan berbagai kekhawatiran para pendukung mereka.
Kekhawatiran pertama adalah produktivitas gol yang cukup mengkhawatirkan. Pasukan Robert Rene Alberts memang mencetak 24 gol dalam 17 laga. Meski demikian, jumlah itu masih di belakang dua pesaing mereka, Persib Bandung (26 gol) dan Barito Putera (30 gol). Torehan ini sebenarnya tak akan dipermasalahkan seandainya para penyerang mereka melaksanakan tugas dengan baik. Namun, kenyataan malah sebaliknya.
Trio M. Rahmat, Ferdinand Sinaga, dan Guy Junior baru mengoleksi total sembilan gol. Pemain terproduktif justru seorang gelandang, Rizky Pellu, yang sudah mencetak lima gol. Namun, yang menjadi kekhawatiran para pendukung PSM adalah kinerja penyerang asing, Bruce Djité.
Di luar cedera yang menderanya di awal musim, pemain asal Australia ini tak terlihat memiliki kualitas di atas para penyerang yang kini telah meninggalkan PSM, yaitu Luiz Ricardo, Pavel Purishkin, dan Reinaldo Costa. Padahal dari segi reputasi, pemain ini terbilang cukup disegani di Australia. Bersama Adelaide United, ia pernah mencapai final Liga Champions Asia 2008. Ia juga pernah merumput di Turki dan Korea Selatan.
Djité belum mencetak sebiji gol pun. Padahal, Abdul Rahman yang seorang bek tengah pun sudah mengoleksi dua gol. Keputusan Robert memasang Djité bukan saja menghambat kreativitas lini depan Juku Eja, tapi juga membatasi kesempatan bermain para penyerang muda seperti Agi Pratama dan Arsyad Yusgiantoro.
Selain lini depan, kekurangan PSM terdapat di posisi penjaga gawang. Meski beberapa kali disorot sebagai akibat blunder, Rivky Mokodompit sempat bermain gemilang seperti di laga melawan Arema FC dan Persebaya. Namun, cederanya Rivky di pengujung putaran pertama membuat Robert memberi posisi kiper kepada Syaiful Syamsuddin. Nah, di sini berbagai masalah PSM berawal.
Kualitas Syaiful sebagai pelapis terlihat jauh di bawah Rivky baik dalam hal pengalaman maupun pengambilan keputusan dalam pertandingan. Dalam empat laga yang dilakoninya, Syaiful kebobolan delapan gol. Kiper jebolan tim sepak bola Sulawesi Selatan di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 ini menjadi titik lemah di belakang duet palang pintu yang sebenarnya sudah solid, yaitu Abdul Rahman dan Steven Paulle.
Di samping kelemahan di dua sektor di atas, secara keseluruhan skuat PSM sudah baik. Meski Robert harus memerhatikan fakta bahwa beberapa kali timnya terlihat sangat tergantung pada keberadaan duet gelandang Belanda, Wiljan Pluim dan Marc Klok. Di laga terakhir menghadapi penghuni posisi terakhir klasemen, PSMS Medan, absennya Klok membuat koordinasi lini belakang dan tengah Juku Eja kocar-kacir.
Apakah PSM mampu memenuhi ekspektasi pendukungnya dengan keluar sebagai juara di pengujung putaran kedua Liga 1? Ataukah mereka akan kembali melorot dan finis di papan tengah seperti yang sudah-sudah?