Cerita

Joachim Loew dan Lampu Sorot yang Berbeda di Timnas Jerman

Hari Minggu (14/10) dini hari, tercipta hasil yang cukup mengejutkan di pertandingan UEFA Nations League A Grup 1. Timnas Belanda, yang menjadi pesakitan di sebagian tahun 2018 ini, berhasil menghancurkan timnas Jerman dengan skor mencolok 3-0.

Memang, Jerman memperoleh hasil yang sangat buruk di Piala Dunia 2018 lalu dan Belanda baru melakukan penyegaran setelah merekrut Ronald Koeman sebagai pelatih baru. Namun, tak ada yang menyangkal bahwa hasil akhir pertandingan yang terjadi di Johan Cruyff Arena ini begitu mengejutkan dan mungkin menyakitkan bagi pihak Bavaria.

Kekalahan yang didapat Jerman kala bertandang ke Belanda memperpanjang rentetan hasil buruk yang diperoleh Die Mannschaft dalam beberapa pertandingan terakhir. Di pertandingan persahabatan bulan September lalu, Jerman hanya memperoleh kemenangan tipis 2-1 kala melawan Peru, dan imbang melawan Prancis di kandang.

Lebih lagi, Jerman gagal mencetak gol dalam tiga pertandingan kompetitif secara berturut-turut, dan hal ini baru terjadi pertama kalinya dalam sejarah mereka. Akibatnya, sorotan pun datang ke pelatih kepala Jerman, Joachim Loew.

Michael Da Silva, melalui kolomnya di Deutsche Welle, menyebutkan bahwa sudah waktunya bagi Loew untuk meletakkan jabatannya. Menurut Da Silva, di awal masa jabatannya, Low mampu meregenerasi sekaligus mengelevasi level skuat Der Panzer ke level yang lebih tinggi.

Namun, ketika sudah saatnya untuk kembali melakukan penyegaran pada timnya, pelatih berusia 58 tahun ini ogah memberikan penyegaran kepada pemain yang lebih muda dan masih ngotot memainkan pemain-pemain yang terbukti telah lewat masa jayanya. Contohnya seperti Manuel Neuer, Jerome Boateng, dan Thomas Mueller.

Dalam akhir esainya, Da Silva menyatakan bahwa apabila Neuer dan kawan-kawan tak mampu mendapatkan hasil positif kala berhadapan dengan Prancis di pertandingan lanjutan UEFA Nations League tanggal 16 Oktober nanti, sudah sepatutnya DFB sebagai PSSI-nya Jerman mencari pelatih kepala baru.

Masalahnya, Loew baru saja mendapatkan perpanjangan kontrak.

Ya, di bulan Mei lalu, satu bulan sebelum Piala Dunia berlangsung, DFB baru saja memperpanjang kontrak Loew. Pria yang bermain sebagai gelandang serang kala masih aktif sebagai pesepak bola ini diikat hingga tahun 2022 mendatang, tepatnya seusai Piala Dunia 2022 yang akan bertempat di Qatar.

Kala itu, ada beberapa alasan yang mungkin menjadi dasar mengapa kontrak Loew diperpanjang oleh DFB. Pertama adalah karena kontrak sang pelatih akan segera habis durasinya setelah Piala Dunia 2018 berlangsung, dan yang kedua atau mungkin lebih kuat adalah karena rumor pendekatan Arsenal, yang saat itu baru ditinggal Arsene Wenger, terhadap Loew.

Perpanjangan kontrak sang pelatih tentu dimaksudkan untuk memberi ketenangan sekaligus kepastian pada anggota skuat juara Piala Dunia 2014 ini. Bagaimanapun, keputusan ini tampak masuk akal saat itu karena adanya kepastian dan stabilitas, tentunya penting bagi anak asuh Loew di Rusia. Sayang, saat ini keputusan yang diambil DFB kala itu tampak sebagai keputusan yang buruk.

Hasil buruk yang didapat Jerman saat ini tentu menunjukkan bahwa Loew tampaknya telah kehilangan sentuhannya. Tapi, masalah yang dihadapi Jerman bersama sang pelatih kepala tampak bukan hanya masalah jangka pendek.

Keengganan Loew untuk memaksimalkan pemain-pemain muda seperti Leroy Sane, Julian Brandt, Marc Andre ter-Stegen, Leon Goretzka, hingga Niklas Suele tentu memiliki dampak buruk, baik bagi pemain-pemain tersebut atau timnas Jerman sendiri.

Baca juga: Tidak Ada Leroy Sane di Piala Dunia 2018…

Untuk pemain-pemain tersebut, minimnya kesempatan bermain bersama timnas bisa menghambat perkembangan mereka dan tak mampu untuk memahami permainan satu sama lain. Bagi Jerman, tak diberikannya generasi muda untuk bersinar dapat mengecilkan peluang mereka untuk berprestasi di masa depan.

Permasalahan regenerasi dan kepercayaan terhadap pemain muda ini tentunya sangat penting dalam sepak bola internasional. Sebagai bukti, coba lihat bagaimana Prancis yang mampu menjadi juara dunia dengan pemain-pemain belia seperti Lucas Hernandez, Benjamin Pavard, dan tentunya Kylian Mbappe sebagai penggawa inti.

Kepercayaan yang diberikan Didier Deschamps pada Lucas dan Pavard yang sebelumnya dipandang sebelah mata berbuah manis. Keputusan itu yang sejauh ini tak terlihat dalam diri Loew.

Jasa Loew dalam memutus puasa gelar Piala Dunia Jerman selama 24 tahun memang sulit dilupakan. Namun tampaknya, perasaan sentimental untuk mempertahankannya tak sebanding dengan masalah yang menimpa, dan akan dihadapi sepak bola Jerman dengan Loew sebagai nakhodanya.