Piala Dunia 2018

Tidak Ada Leroy Sane di Piala Dunia 2018…

“Photo finish”, itulah tepatnya kata yang digunakan Joachim Löw untuk menjelaskan keputusannya saat tidak menyertakan Leroy Sane dalam skuat timnas Jerman yang akan berlaga di Piala Dunia 2018 nanti. Istilah photo finish ini kemudian digunakan Löw untuk menegaskan bahwa ia berada dalam situasi sulit untuk memilih antara Sane dan Julian Brandt.

Photo finish ini sebenarnya merupakan istilah di olahraga atletik, terutama balap lari. Yaitu terkait adu pacu yang hasil akhirnya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang dan mesti menggunakan kamera serta hasil foto untuk mengetahui siapa pemenang dari sebuah adu lari.

Penggunaan istilah photo finish oleh Löw bisa bermakna banyak hal, tetapi salah satu yang bisa ditangkap adalah bahwa Löw ingin menyatakan bahwa memilih pemain adalah hak prerogratifnya sebagai pelatih. Sebuah keputusan yang mirip dengan photo finish, yaitu keputusan yang mungkin akan sulit untuk dilihat dengan mata telanjang begitu saja. Keputusan Löw untuk tidak memberangkatkan Sane ini memang mesti dilihat melalui banyak sudut pandang.

Di antara Julian Brandt, Marco Reus, dan Julian Draxler

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, mengapa Löw lebih memilih Julian Brandt ketimbang Sane, padahal pemain sayap ini tampil cemerlang bersama Manchester City musim lalu, sekaligus membawa klub tersebut meraih gelar juara Liga Primer Inggris? Apa yang kemudian membuat Löw tampak seperti menafikan penampilan dashyat Sane musim lalu dan lebih memilih Julian Brandt?

Untuk mengetahui terkait hal ini, kita mesti menyadari bahwa Joachim Löw adalah sosok pelatih yang sangat memegang falsafah winning team. Ia tidak akan mengubah skuat terbaiknya seandainya tidak ada masalah yang benar-benar mendesak. Pun soal situasi terkait Marco Reus dan Julian Draxler.

Posisi sayap kiri timnas Jerman sudah diisi oleh Lukas Podolski sejak Piala Dunia 2006 hingga Piala Dunia 2014. Löw kini mesti dengan cermat menentukan nama pemain yang akan mengisi sektor tersebut. Karena siapapun yang akan mengisinya, adalah nama yang boleh dibilang baru dalam skuat terbaik Löw.

Sudah bukan menjadi rahasia bagaimana Löw memiliki kekaguman luar biasa kepada Reus. Apalagi yang bersangkutan sudah berkali-kali melewatkan kejuaraan olahraga besar sejak Piala Dunia 2014 lalu. Maka ketika ada kesempatan untuk memainkan dan membawa Reus, Löw tentunya tidak akan melewatkannya. Bahkan sepertinya sektor sayap kiri di timnas Jerman sudah pasti akan ditempati Reus.

Soal Julian Draxler, ada setidaknya beberapa alasan mengapa ia dipilih ketimbang Sane. Padahal seperti yang diketahui, karena kedatangan Neymar, posisi Draxler di Paris Saint-Germain menjadi agak sulit. Musim lalu Draxler hanya tampil 19 kali sebagai sebelas pemain utama ketika tim asal Paris tersebut bertanding.

Draxler merupakan pilihan Löw ketika Jerman tampil di Piala Eropa 2016 lalu serta memimpin skuat muda Jerman saat menjuarai Piala Konfederasi 2017, dan hasilnya juga tidak begitu buruk. Justru Draxler-lah yang kemudian bisa membawa tim untuk terus melaju di turnamen kala itu di Prancis, saat Mesut Özil dan Thomas Müller tidak terlalu tampil maksimal.

Draxler pun merupakan pemain yang lebih multifungsi ketimbang Sane. Ia tidak saja bisa bermain di sektor sayap saja, tetapi juga di sektor tengah. Ini sangat membantu ketika Jerman yang biasa melakukan transisi formasi di tengah-tengah pertandingan, yang awalnya 4-2-3-1, kemudian berubah menjadi 3-4-3 atau 3-6-1 sewaktu-waktu.

Pun sudah dijelaskan dalam profil timnas Jerman kami buat di Piala Dunia kali ini. Piala Dunia edisi kali ini merupakan masa transisi dari generasi juara dunia 2014 ke generasi baru. Draxler merupakan representasi dari generasi baru. Draxler adalah kapten tim ketika Jerman berhasil menjuarai Piala Konfederasi pada tahun 2017 lalu, jadi Draxler adalah semacam penyambung dari generasi lama ke generasi baru. Alasan-alasan tersebut yang membuat Draxler mesti diberangkatkan.

Situasi Reus dan Draxler boleh jadi yang sebenarnya yang kemudian membuat Löw untuk tidak memberangkatkan Leroy Sane. Seandainya Sane diberangkatkan, ini berarti Löw mesti memilih dari tiga pemain sayap kiri dengan kualitas luar biasa. Memang ini terlihat sebagai situasi yang menguntungkan, komposisi tim yang berisi dengan para pemain dengan kualitas kelas satu. Tetapi ini bisa jadi menyulitkan karena akan membuat Löw mesti terus memainkan Sane agar tidak sia-sia. Sementara itu rasanya akan amat disayangkan untuk pemain seperti Sane hanya sekadar duduk di bangku cadangan di ajang besar seperti Piala Dunia

Dengan segala hormat, Julian Brandt memang pemuda dengan bakat luar biasa, tetapi ia jelas tidak memiliki profil sebesar Sane. Tidak memberangkatkan Sane dan lebih memilih Brandt, pada dasarnya adalah dimaksudkan Löw untuk menjaga keseimbangan tim karena Brandt tidak membuat Löw memiliki keharusan untuk terus memainkannya dalam setiap pertandingan.

Menariknya, Sane juga tidak dimasukan dalam skuat Jerman yang tampil di Piala Konfederasi tahun 2017 lalu karena cedera hidung kala itu. Dan nyatanya Jerman tetap tampil mengesankan sepanjang turnamen hingga berhasil meraih gelar juara.