Cerita

Menanti Efek Restorasi Elliott Management di Tubuh AC Milan

Selama beberapa pekan terakhir, kabar pengambilalihan tampuk kekuasaan di tubuh AC Milan dari tangan Yonghong Li ke Elliott Management, sungguh menyita atensi penikmat sepak bola, terutama Serie A. Nahasnya, proses itu memperlihatkan kebobrokan yang berkelindan di sana.

Suka atau tidak, Milanisti pun harus mengakui jika Li sudah gagal membawa Milan keluar dari terowongan gelap untuk kembali ke khitahnya sebagai tim besar di Serie A maupun Eropa. Alih-alih mencaplok prestasi, performa I Rossoneri di musim 2017/2018 lalu malah semenjana.

Lebih jauh, kondisi finansial klub selama roda bisnisnya dikendalikan Li juga sangat kacau. Keputusan untuk memboyong banyak pemain anyar dengan biaya transfer selangit, justru mengakibatkan laju Milan bak sebuah kapal oleng yang siap tenggelam kapan saja.

Kehadiran Elliott Management sebagai ‘tuan’ yang baru, melahirkan aura optimis, khususnya di dada Milanisti. Berbekal skuat cukup mentereng warisan Li, Elliott diharapkan bisa memperbaiki kapal Milan agar lebih kokoh dan stabil.

Mereka tak perlu meniru langkah Li dengan menghambur-hamburkan uang guna memboyong pemain baru berharga mahal. Elliott Management cukup menambal lubang yang masih terlihat di dalam skuat. Perekrutan Alen Halilovic, Pepe Reina, dan Ivan Strinic secara gratis merupakan langkah nyata yang sudah dilakukan.

Lebih lanjut dan terasa makin esensial, Elliott Management pun langsung bertindak cepat dengan merestorasi jajaran manajemen. Kaki tangan Li saat memimpin I Rossoneri seperti Marco Fassone (Chief Executive Officer) dan Massimiliano Mirabelli (Direktur Olahraga), ikut ditendang oleh Elliott Management layaknya bos mereka tersebut.

Sebagai pengganti, Elliott Management memilih Paolo Scaroni (eks CEO Eni, perusahaan minyak dan gas multinasional), buat mengisi jabatan Chairman. Tak berhenti sampai di situ, firma keuangan asal Amerika Serikat bentukan Paul Singer itu juga mendekati dua mantan pemain Milan, Leonardo Araujo dan Paolo Maldini, agar berkenan masuk ke dalam manajemen.

Nama pertama, seperti dilansir oleh Football Italia, sudah resmi kembali ke Stadion San Siro buat menempati pos General Manager. Sementara Maldini diproyeksikan untuk menjadi Vice-Chairman, atau terjun sebagai salah satu petinggi yang membidani urusan teknis.

“Kembali ke Milan adalah momen yang sangat emosional bagi saya. Di bawah kepemimpinan Elliott Management, kami akan bekerja keras untuk membuat Milan jadi kesebelasan yang tangguh di atas lapangan dan punya nilai jenama tinggi”, terang Leonardo.

Melalui cara ini, kita bisa sama-sama melihat jikalau Elliott Management ingin membersihkan semua hal yang masih beraroma Li di tubuh I Rossoneri. Bersama nama-nama baru tersebut, mereka ingin membawa Milan ke sebuah era anyar yang tentunya jauh lebih baik.

Kendati begitu, patut disadari pula jika upaya Elliott Management buat merestorasi I Rossoneri belum tentu memperlihatkan hasilnya secara cepat. Segala proses pembenahan yang terjadi, akan memakan waktu yang cukup panjang, dan menjumpai berbagai liku. Artinya, Milanisti wajib mempertebal kesabarannya dalam mengawal seluruh perbaikan yang sedang ditempuh Elliott Management.

Satu, dua, atau mungkin tiga tahun ke depan, bakal jadi periode teramat krusial bagi Elliott Management dalam usahanya membenahi segala problem berat di tubuh Milan. Namun buah dari perjuangan mereka akan tampak secara jelas bersamaan dengan aneka cerita manis dan pahit yang hadir dalam momen-momen itu.