Cerita

Gabung Fulham, Kesempatan Kedua Andre Schürrle di London

Hengkang dari Wolfsburg ke Borussia Dortmund pada medio 2016 silam, justru bikin sinar Andre Schürrle meredup. Alih-alih menjadi andalan baru Die Schwarzgelben, ia lebih sering merumput dengan status pemain pengganti. Jadi, tak perlu heran kalau selama dua musim, jumlah penampilannya bareng Dortmund cuma menyentuh angka 51 kali di seluruh ajang.

Sadar bahwa masa depannya di Stadion Signal Iduna Park tidak menentu jelang bergulirnya musim 2018/2019, lelaki kelahiran Ludwigshafen ini memutuskan buat menerima pinangan tim asal Inggris, Fulham.

Dilansir oleh laman resmi The Cottagers, Schürrle datang ke Stadion Craven Cottage dengan klausul pinjaman selama dua musim. Bagi kesebelasan yang baru saja promosi ke Liga Primer Inggris tersebut (setelah memenangi babak play-off kontra Aston Villa), tenaga Schürrle tentu berguna untuk menjalankan misi bertahan di kasta teratas sepak bola Inggris.

Keserbabisaan Schürrle dalam mengisi sejumlah posisi di lini depan, baik sebagai striker ataupun winger, bakal memberi opsi strategi tambahan bagi pelatih Fulham asal Serbia, Slavisa Jokanovic. Apalagi eks penggawa Bayer Leverkusen itu lumayan kondang dengan work rate-nya yang luar biasa, kendati bertubuh ceking.

Menengok masa lalu Schürrle, pilihannya untuk balik kucing ke kota London (basis Fulham) bukan suatu hal yang mengagetkan. Pasalnya, pada medio 2013 silam, pria berambut pirang ini sudah mencicipi atmosfer ibu kota Inggris ketika direkrut salah satu tim raksasa di Negeri Tiga Singa, Chelsea. Sayangnya, perjalanan karier Schürrle pada momen itu kurang begitu apik.

Hadir dalam periode kedua Jose Mourinho membesut tim yang berkandang di Stadion Stamford Bridge tersebut, Schürrle cukup sering diberdayakan oleh sang pelatih dalam mengarungi musim 2013/2014. Sialnya, mereka saat itu gagal beroleh satu biji titel pun dari seluruh kompetisi yang diikuti.

Berturut-turut, The Blues mengakhiri kompetisi dengan finis di posisi ketiga Liga Primer Inggris, rontok pada ronde kelima Piala FA dan Piala Liga, serta keok di babak semifinal Liga Champions.

Agak ironis buat Schürrle, tatkala Chelsea mencomot gelar juara Liga Primer Inggris dan Piala Liga di musim 2014/2015, dirinya keburu dijual ke Wolfsburg pada bursa transfer musim dingin, via nominal 22 juta paun.

‘Pulang’ ke London dengan membela panji Fulham, jelas memunculkan sensasi yang berbeda dibanding saat memperkuat Chelsea. Ketimbang mengincar trofi juara, The Cottagers pasti lebih fokus untuk bertahan selama mungkin di level tertinggi.

Akan tetapi, hal itu bukan sebuah halangan baginya untuk menunjukkan performa terbaik. Sejumlah pengamat pun meyakini bahwa Schürrle pasti mengusung sebuah misi pribadi nan agung guna tampil eksepsional dengan seragam Fulham. Sebab dengan begitu, namanya bisa kembali mengangkasa sehingga dilirik lagi oleh pelatih tim nasional Jerman, Joachim Löw.

Diakui atau tidak, inilah momen krusial yang wajib dimanfaatkan buat mengembalikan laju kariernya ke jalan yang benar usai redup di Dortmund. Terlebih, klub yang dipunyai Shahid Khan ini juga memperlihatkan keseriusan ekstra dalam berbenah usai memboyong sejumlah penggawa berkualitas lain pada diri Fabri, Maxime Le Marchand, dan Jean Michael Seri.

Bersama Schürrle, rekrutan anyar lain dan beberapa penggawa lawas dengan kualitas prima seperti Marcus Bettinelli, Tom Cairney, Kevin McDonald, Tim Ream, dan sang wonderkid, Ryan Sessegnon, Fulham tentu ingin menjalani musim yang fantastisch di Liga Primer Inggris 2018/2019.