Cerita

Lautaro Martinez: Pelapis, Tandem, atau Pengganti Mauro Icardi?

Lewat akun Twitter resminya, Internazionale Milano meresmikan kedatangan pemain muda asal Argentina, Lautaro Martinez. Sosok berumur 20 tahun ini direkrut via mahar senilai 23 juta euro dari Racing Club. Mengacu pada harga pesepak bola akhir-akhir ini, nominal yang kudu dikeluarkan Il Biscione tergolong murah.

Walau kabar perekrutan Martinez sudah bergulir beberapa bulan silam, kepastian figur kelahiran Bahia Blanca ini mendarat di Stadion Giuseppe Meazza, tentu melambungkan ekspektasi Interisti. Apalagi performa yang ia pertontonkan selama berkostum Racing, terbilang cukup menjanjikan.

Khalayak pun bisa dengan mudah menemukan rekaman yang memperlihatkan aksi-aksi Martinez dalam menggocek bola, melewati lawan, dan mencetak gol, di situsweb berbagi video seperti YouTube atau media sosial semacam Instagram dan Twitter.

Berdasarkan statistik yang dihimpun via Transfermarkt, selama mengenakan kostum La Academia musim 2017/2018 lalu, Martinez acapkali diturunkan Eduardo Coudet (pelatih Racing) sebagai penyerang tengah. Dengan tugas sebagai juru gedor itu pula, Martinez sanggup menggelontorkan 18 gol dan 5 asis dari 27 kesempatan merumput pada seluruh ajang.

Kalau dirata-ratakan, Martinez punya rasio 0,66 gol per partai. Dipandang dari sisi manapun, rapor itu tidak kelewat buruk, terutama untuk figur belia seperti dirinya. Inter sendiri telah mengungkapkan secara gamblang di berbagai kesempatan bahwa perekrutan Martinez adalah usaha yang mereka lakukan demi memperkokoh tim. Terlebih, Il Biscione selama ini dikenal amat bergantung kepada sang ujung tombak andalan sekaligus kapten tim, Mauro Icardi, dalam menghasilkan gol yang berbuah poin.

Bicara tentang Icardi, indikasi yang ada memang memperlihatkan ketergantungan amat besar dari kubu Inter. Di musim lalu saja, ia sukses mengepak 29 gol di 34 partai Serie A (dengan rasio 0,85 gol per pertandingan). Jumlah itu sendiri menyentuh 44% total gol klub asuhan Luciano Spalletti di kasta teratas sepak bola Italia sepanjang musim 2017/2018. Menjadi wajar apabila ia senantiasa diandalkan di sektor depan.

Sisi buas Icardi yang amat menonjol dan statusnya sebagai figur penting di tubuh tim, tentu mustahil ditepikan begitu saja oleh Spalletti jelang musim baru. Sementara kedatangan Martinez, terlepas dari dalih yang sering diungkapkan oleh pihak Il Biscione, juga masih meletupkan tanda tanya besar di benak Interisti.

Apakah Martinez datang untuk dijadikan tandem, pelapis atau bahkan pengganti Icardi?

Sama-sama fasih berperan sebagai penyerang tengah menjadi gambaran nyata dari sosok Martinez maupun Icardi. Dengan menempati posisi itu, mereka bisa lebih dekat dengan gawang guna memberondongnya dengan tembakan atau sundulan mematikan yang berbuah gol. Terlebih, insting keduanya dalam urusan bikin gol sungguh eksepsional.

Nikmati status pelapis

Musim lalu, Spalletti begitu gemar memainkan skema 4-2-3-1 yang menempatkan Icardi sebagai penyerang tunggal dan ditopang oleh Antonio Candreva, Ivan Perisic, dan Rafinha di posisi gelandang serang/winger. Praktis, Spalletti jarang sekali mengubah formasi yang ia mainkan (entah dikarenakan percaya dengan sebelas pemain yang ada di atas lapangan atau pelapis yang kemampuannya tidak setara).

Bila di musim 2018/2019 nanti pelatih berkepala plontos tersebut masih doyan dengan skema 4-2-3-1, maka Martinez sudah pasti memanggul jabatan pelapis. Benar jika ia bisa diturunkan sebagai winger kanan, tapi presensi Candreva, Yann Karamoh berikut pemain baru lainnya, Matteo Politano, jelas memperkecil kans Martinez mengisi area tersebut.

Namun cerita kelam yang menimpa Gabriel Barbosa, adalah fakta yang tidak ingin dilihat Interisti lagi dari sosok Martinez. Setidaknya, ia tetap beroleh kesempatan bermain yang cukup walau harus memulainya dari bangku cadangan (dengan syarat Martinez menunjukkan totalitas di sesi latihan dan setiap kali menggunakan seragam biru-hitam di atas lapangan).

perekrutan Martinez

Menjadi tandem

Satu kesempatan terbuka untuk sosok setinggi 174 sentimeter itu jika Spalletti punya kehendak lain dengan mengubah formasi andalannya sekaligus memainkan duo penyerang di sektor depan. Misalnya saja dengan formasi 3-5-2 atau 4-4-2.

Dengan pola demikian, tandem Martinez dan Icardi bakal memainkan fungsi dan tugas berbeda. Nama pertama bisa diinstruksikan Spalletti untuk berdiri sedikit di belakang nama kedua (mengisi celah antar-lini di area pertahanan lawan) guna memanfaatkan ruang sekaligus memecah konsentrasi lini belakang musuh. Di sisi lain, Icardi bertugas layaknya predator murni kotak penalti dan menjadi pemantul bola bagi rekan-rekannya yang melesat dari lini kedua.

Bagi Inter, hal ini tentu dapat mendatangkan benefit anyar sebab duo Martinez-Icardi siap memberi ancaman lebih untuk barisan belakang tim lawan. Akan tetapi, patut disadari pula jika perubahan cara bermain ini memaksa Il Biscione buat melakukan adaptasi intensif sekali lagi (yang mana hasilnya belum tentu terlihat dalam rentang 1-3 laga awal).

Kukuhkan label pengganti

Penampilan superior yang Icardi perlihatkan sebagai penyerang sungguh memantik atensi banyak klub lain yang saat ini, jauh lebih mapan daripada Inter. Sebagai contoh, Juventus dan Real Madrid. Sejumlah kalangan bahkan lantang menyebut kalau ia layak menanggalkan kostum Il Biscione untuk bergabung dengan faksi yang bisa mendekatkan dirinya dengan trofi juara.

Sebaliknya, penjualan Icardi juga dapat memberi Inter asupan gizi (baca: uang) dalam jumlah masif. Dengan fulus tersebut, mereka punya bekal cukup untuk membajak pemain-pemain baru dengan kualitas mumpuni.

Mengingat bursa transfer musim panas 2018/2019 akan segera dimulai, probabilitas dilepasnya Icardi oleh Inter juga masih besar. Andai hal itu benar-benar terjadi, maka Martinez pasti akan maju sebagai pengganti utama sang kapten walau ketajamannya belum teruji di kancah Serie A yang atmosfernya begitu menyulitkan para penyerang.