Setelah menyaksikan Prancis sempat bersusah payah mengalahkan Australia di laga perdana, Argentina yang ditahan imbang Islandia, dan Brasil ditahan imbang Swiss, pertandingan pertama penyisihan grup Piala Dunia 2018 akhirnya mencapai kejutan yang paling paripurna, yaitu kekalahan yang diderita juara bertahan Jerman dari Meksiko.
Akan tetapi, Jerman bukanlah juara bertahan pertama yang menderita kekalahan pada laga perdana edisi Piala Dunia berikutnya yang mereka ikuti. Kesebelasan yang dimaksud adalah Argentina yang dikalahkan Belgia pada Piala Dunia 1982.
Sepanjang sejarah Piala Dunia, ada lima kesebelasan yang bernasib sama dengan Jerman. Tahun 2014 yang masih segar dalam ingatan, juara bertahan Spanyol dipermak habis oleh Belanda dengan skor 1-5. Lalu tahun 2002, Prancis secara mengejutkan dikalahkan oleh tim debutan Senegal dengan skor tipis 0-1 lewat gol tunggal Papa Bouba Diop. Sebelumnya pada tahun 1990, Argentina juga mengalami kejutan besar setelah mengalami kekalahan dari Kamerun lewat gol tunggal Francois Oman-Biyik.
Meski begitu, kisah pertama kali sang juara bertahan yang mengalami kekalahan pada laga pertama Piala Dunia terjadi pada 36 tahun silam, yaitu pada pagelaran Piala Dunia 1982. Saat itu, Argentina yang hadir dengan status sebagai juara Piala Dunia 1978, menyerah dari Belgia dengan skor tipis 0-1 pada laga perdana yang mereka mainkan di stadion Camp Nou, Barcelona.
Dalam pertandingan yang juga menjadi debut bagi Diego Maradona di Piala Dunia ini, Argentina yang masih dipimpin pelatih Cesar Luis Menotti menghadapi perlawanan sengit dari Belgia yang begitu terorganisir. Belgia pada masa itu tidaklah memiliki skuat yang bertalenta seperti sekarang.
Mereka memang memiliki kiper Jean Marie Pfaff dan bek tangguh Eric Gerets, tetapi tidak memiliki barisan gelandang maupun penyerang yang cukup mumpuni untuk meladeni Argentina. Karena itu mereka betul-betul mengandalkan kedisiplinan, rapinya organisasi permainan dan kekuatan pertahanan. Sesuatu yang akan dikutuk habis oleh puritan sepak bola menyerang.
Di lain sisi, Argentina dihuni barisan pemain-pemain bintang. Selain Maradona yang baru menjalani debut, Argentina juga diperkuat oleh alumni tim 1978 seperti Osvaldo Ardiles, Mario Kempes, Ubaldo Fillol, Alberto Tarantini, dan dikapteni Daniel Passarella. Sudah pasti skuat seperti ini diunggulkan untuk memulai turnamen dengan baik.
Namun, Belgia beruntung memiliki penjaga gawang setangguh Pfaff. Berbagai penyelamatan yang dilakukannya, terutama ketika ia terbang merentangkan badan untuk menepis tendangan Maradona pada babak pertama, betul-betul menyelamatkan Belgia dari kekalahan. Belgia pun kemudian melanjutkan tradisi sebagai penghasil penjaga gawang andal. Berikutnya, hadir sosok Michel Preud’homme dan Thibaut Courtois yang setia menjaga gawang De Rode Duivels.
Belgia akhirnya berhasil mencetak gol semata wayang melalui sepakan pelan Erwin Vandenbergh pada menit ke-62 memanfaatkan umpan dari sayap kiri. Uniknya, tusukan dari kiri juga mengawali gol-gol yang bersarang ke gawang Argentina pada tahun 1990, Prancis pada tahun 2002, Spanyol pada tahun 2014, dan yang terkini ketika Hirving Lozano membobol gawang Manuel Neuer yang kemudian memenangkan Meksiko pada tahun 2018.
Pada Piala Dunia 1982 tersebut, Argentina memang tidak lantas tampil buruk dan tersingkir cepat setelah dikalahkan Belgia. Selanjutnya, mereka bangkit untuk melaju pada penyisihan grup fase kedua, di mana aturan tersebut kala itu masih berlaku.
Sayangnya, pada penyisihan grup fase kedua ini mereka tergabung di grup neraka bersama Brasil dan Italia. Buntut dari kekalahan yang diderita dari Belgia inilah yang berandil menempatkan mereka pada grup yang terlalu cepat mempertemukan para calon tim juara ini.
Argentina pun tersingkir secara menyakitkan setelah mengalami dua kekalahan. Pertama, mereka menyerah dari Italia, kesebelasan yang akhirnya menjadi jawara turnamen dengan skor 1-2. Dalam pertandingan ini, Maradona ‘dikunci’ rapat-rapat oleh bek Italia, Claudio Gentile dalam narasi yang digambarkan sebagai penjagaan paling ketat yang dilakukan kepada Si Anak Emas. Setelah itu, mereka juga menyerah dari Brasil yang kala itu diperkuat kuartet Falcao, Cerezo, Zico, dan Socrates yang kala itu dianggap lebih kuat dibandingkan tim tahun 1970.
Seperti yang dialami Argentina pada tahun 1982, juara bertahan yang mengalami kekalahan di laga perdana memang tidak selalu bernasib buruk. Tim Argentina pada tahun 1990 juga melaju hingga babak final meski mengalami kekalahan di laga perdana. Akan tetapi, terdapat pula dua juara bertahan yang makin terpuruk setelah mengalami kekalahan pada laga perdana, yaitu yang dialami Prancis pada Piala Dunia 2002 dan Spanyol pada Piala Dunia 2014.
Berbicara mengenai peluang Jerman untuk bangkit dalam gelaran Piala Dunia 2018, hal ini jelas masih terbuka lebar. Setelah menghadapi Meksiko, Jerman masih akan menghadapi Swedia dan Korea Selatan. Tetapi yang perlu diwaspadai, kedua lawan Jerman ini boleh jadi akan menggunakan strategi serangan balik cepat seperti yang diperagakan Meksiko.
Dengan demikian, pelatih Jerman Joachim Low mungkin perlu memikirkan cara bermain maupun susunan pemain yang berbeda agar dapat mencetak gol dengan cepat ketika mengahadapi dua lawan berikutnya.