Piala Dunia 2018

Bjorn Kuipers, Wasit yang Terlalu Pintar untuk Tertipu oleh Neymar

Wasit asal Belanda bertubuh tegap itu berulang kali menghentikan permainan. Ada dua penyebab penundaan laga sering terjadi, yaitu seringnya pelanggaran pemain Kosta Rika terhadap penyerang Brasil, Neymar, dan terbuangnya waktu akibat berbagai protes yang dilancarkan Neymar terhadap keputusan wasit.

Mantan pemain Barcelona yang kini memegang rekor sebagai pemain terbaik dunia itu beberapa kali bahkan dengan berani menantang Kuipers untuk beradu mulut. Sang wasit asal Belanda ini terlihat mulai jengah dan mengancam pemain berusia 26 tahun itu dengan kartu kuning.

Cerita paling menarik dari laga Brasil melawan Kosta Rika itu terjadi pada menit ke-80. Neymar terjatuh di kotak penalti lawan dan Kuipers menghentikan pertandingan untuk mendengar masukan dari para wasit yang bertugas di ruangan Video Assistant Referee (VAR).

Para pendukung Brasil pun bersorak, menunggu wasit menunjuk titik putih. Sedangkan para pendukung dan pemain Kosta Rika memprotes, merasa tersakiti oleh trik Neymar yang ditengarai melakukan diving. Kuipers sama sekali tak terpengaruh kehebohan harap-harap cemas di St. Petersburg Stadium. Dengan tenang, ia mencermati rekaman video lalu melangkah kembali ke dalam garis lapangan.

Kuipers memberi isyarat dengan tangannya bahwa keputusan akhirnya bukanlah penalti. Dengan bantuan VAR, ia terhindar tipu muslihat Neymar yang sering menjebak wasit memberinya hadiah penalti.

Brasil akhirnya sukses memenangkan laga dengan skor 2-0 berkat dua gol Philippe Coutinho dan Neymar di menit-menit akhir laga. Namun, mereka melakukannya dengan bekerja keras membongkar pertahanan lawan, bukan berharap kemurahhatian atau kenaifan wasit yang memberi hadiah penalti.

Di akhir laga, Neymar mengeluarkan air mata bahagia setelah akhirnya mempersembahkan kemenangan pertama Brasil di Piala Dunia setelah tragedi kekalahan 1-7 melawan Jerman di Piala Dunia 2014. Namun segala puja-puji dialamatkan kepada Kuipers berkat kepemimpinannya yang tegas dan keputusan pentingnya tak meladeni sandiwara Neymar dengan hadiah penalti.

Wasit yang terdaftar di barisan wasit elite FIFA sejak 2009 ini mengikuti jejak ayahnya yang juga mantan wasit sepak bola di Belanda. Kuipers muda sempat mencoba peruntungannya di lapangan sebagai pemain sebelum akhirnya memutuskan untuk mengikuti karier sang ayah. Sejak tahun 2002, ia telah diakui oleh federasi sepak bola Belanda, KNVB, dan tak terhitung lagi laga-laga penting Eredivisie maupun Piala Belanda yang dipimpinnya.

Kuipers mulai dianggap sebagai wasit yang disegani di Eropa ketika memimpin laga Barcelona melawan AC Milan di Liga Champions 2011/2012. Keputusannya menghadiahkan penalti kepada Barca setelah Alessandro Nesta menjatuhkan Sergio Busquets dipuji berbagai kalangan. Sejak saat itu, ia tak pernah absen dari turnamen-turnamen kelas atas seperti Liga Champions, Piala Eropa dan Piala Dunia.

Ia memang terkenal dengan beberapa kelutusan tak pandang bulu. Pria berusia 45 tahun ini pernah mengusir Zlatan Ibrahimovic di Liga Champions 2015, ketika Paris Saint-Germain menghadapi Chelsea. Di musim 2017/2018, ia memimpin leg pertama semifinal Liga Champions musim ini antara Bayern München dan Real Madrid.

Laga-laga penting yang dipimpinnya mencakup final Liga Europa 2012/2013 antara Chelsea melawan Benfica, 2017/2018 antara Atletico Madrid melawan Marseille dan Liga Champions 2013/2014 ketika antara Real Madrid melawan Atletico Madrid. Keikutsertaan Kuipers di Piala Dunia 2018 adalah yang kedua kali setelah Brasil 2014.

Namun, hidup Kuipers ternyata tak hanya sepak bola. Ia memiliki gelar sarjana Administrasi Bisnis dari Radboud University, Nijmegen. Bisnis yang digelutinya ada bermacam-macam di Odenzaal, kota kelahirannya. Kuipers memiliki bisnis supermarket dan studio penata rambut, membuktikan pria ini sukses dalam aspek kehidupan yang berbeda-beda.

Kita pasti akan kembali melihat aksi-aksi Kuipers di laga-laga Piala Dunia selanjutnya. Laga final, mungkin?