Pada awal tahun 2018 ini, popularitas sepak bola Uzbekistan semakin melambung tinggi usai tim nasional U-23 mereka sukses menahbiskan diri sebagai kampiun Piala Asia U-23. Di babak final, Uzbekistan menghempaskan Vietnam U-23.
Mengacu pada hal tersebut, khalayak ramai pun mulai meyakini jika dalam beberapa tahun mendatang, sepak bola Uzbekistan bakal terus melejit di Asia guna menyaingi kedigdayaan Arab Saudi, Australia, Iran, Jepang hingga Korea Selatan.
Meski demikian, jauh sebelum prestasi timnas Uzbekistan U-23 meroket, ada satu figur asal negara dengan ibu kota Tashkent itu yang namanya sudah begitu akrab di telinga penikmat sepak bola. Siapa lagi kalau bukan Ravshan Irmatov.
Dalam setiap pertandingan, Irmatov selalu ‘beraksi’ bersama para pemain dengan berlarian dari ujung lapangan ke ujung lainnya. Akan tetapi, ia tidak akan bersusah payah menggocek si kulit bundar dan melewati lawan sebab pekerjaan utamanya bukan itu, tetapi menengahi jalannya laga alias menjadi wasit.
Pria berumur 40 tahun yang memiliki profesi lain sebagai guru ini sudah menjadi seorang wasit sepak bola sedari tahun 2000 atau kala usianya baru menyentuh angka 22 tahun. Hebatnya, tiga tahun berselang atau saat ia berumur 25 tahun, Irmatov masuk ke dalam kategori wasit FIFA (berdasarkan regulasi induk organisasi sepak bola internasional tersebut, seorang wasit profesional dapat memperoleh status pengadil lapangan FIFA apabila usia minimalnya 25 tahun).
Pencapaian itu bikin Irmatov dapat memimpin pertandingan-pertandingan sepak bola di bawah naungan FIFA seperti kualifikasi Piala Dunia (utamanya zona Asia), Piala Dunia sampai Piala Dunia Antarklub.
Sedari momen tersebut pula, lesatan karier Irmatov sebagai wasit benar-benar tak tertahankan lagi. Secara konsisten, FIFA memberdayakannya di sejumlah turnamen berkelas wahid garapan mereka semisal Piala Dunia Antarklub 2008, Piala Dunia 2010, kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia, dan Piala Dunia 2014.
Teruntuk kategori lain, di bawah naungan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) misalnya, Irmatov jadi salah satu pengadil lapangan yang ambil bagian di Piala Asia 2011 dan 2015. Ia bahkan beroleh undangan spesial buat menengahi partai final Piala AFF 2012 leg kedua yang mempertemukan Thailand dan Singapura.
Kalau catatan-catatan luar biasa itu belumlah cukup, Irmatov pun ditunjuk oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) buat mewasiti sejumlah laga sepak bola di ajang Olimpiade London 2012 silam.
Dengan track record brilian tersebut, FIFA sama sekali tak merasa ragu buat memasukkan Irmatov ke dalam barisan korps baju hitam yang akan bertugas di Piala Dunia 2018. Khusus dari kawasan Asia, ia merupakan satu dari lima sosok yang dipilih FIFA (nama lainnya adalah Alireza Faghani, Mohammed Abdulla Hassan Mohamed, Ryuji Sato, dan Nawaf Shukralla).
Menariknya, pada Piala Dunia 2018 nanti Irmatov bakal mengemban status sebagai wasit paling berpengalaman di turnamen empat tahunan itu. Berdasarkan rilis FIFA, pria kelahiran Tashkent ini sudah memimpin sembilan partai Piala Dunia, jumlah terbanyak bila dikomparasikan dengan nama-nama wasit lain yang ada.
Dari sembilan laga itu sendiri, Irmatov terlibat dalam beberapa laga penting semisal Afrika Selatan-Meksiko (partai pembukaan), Argentina versus Jerman (perempat-final), Uruguay kontra Belanda (semifinal) di Piala Dunia 2010, serta Belanda melawan Kosta Rika (perempat-final) pada Piala Dunia 2014.
9⃣ DAYS TO GO! 🏆🇷🇺
🇺🇿Uzbekistan's Ravshan Irmatov has overseen nine #WorldCup matches – more than any other referee 👏 pic.twitter.com/VIGYY6XqcP
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) June 5, 2018
Bermodal pengalaman segudang dan kemampuan apik buat memimpin jalannya pertandingan, Irmatov jelas punya peluang besar untuk mempertajam rekornya dengan memimpin lebih dari satu pertandingan di Piala Dunia 2018 nanti. Tak menutup kemungkinan juga bila kelak, FIFA akan menyerahkan tugas menengahi partai final kepadanya.
Lebih jauh, melesatnya figur Irmatov sebagai wasit berkualitas juga menunjukkan sebuah fakta bila orang-orang Asia juga memiliki kemampuan hebat dan profesionalisme tinggi sehingga layak untuk dicontoh serta dibanggakan.