
Kesebelasan Kroasia berhasil mengawali kiprah mereka di Piala Dunia 2018 dengan kemenangan. Di Stadion Kaliningrad, mereka berhasil menjungkalkan Nigeria dengan skor 2-0. Kemenangan Kroasia ini didapat berkat performa gemilang lini tengah dan belakang. Khusus lini belakang, kuartet bek yang dihuni Sime Vrsaljko, Dejan Lovren, Domagoj Vida, dan Ivan Strinic tampil bagaikan batu karang yang kokoh. Situsweb WhoScored kemudian mendapuk Ivan Strinic sebagai man of the match pada pertandingan ini.
Keberhasilan Strinic dalam meredam serangan dari penggawa Nigeria seperti Alex Iwobi dan Victor Moses memang krusial bagi Kroasia, terutama ketika Nigeria sedang berupaya menyamakan kedudukan. Kokohnya Strinic dalam menahan gempuran di sisi kanan serangan Nigeria ini terlihat dari statistik yang menonjolkan kemampuan tekel dan duel udara yang dimiliki bek kiri bertinggi 186 sentimeter ini.
Kokohnya pertahanan Kroasia ini dapat menjadi modal untuk menghadapi Argentina dalam pertandingan berikutnya yang akan berlangsung pada 21 Juni mendatang. Bagi Strinic, pertandingan ini merupakan kesempatan besarnya untuk semakin menunjukkan kemampuan. Syaratnya, ia harus mematikan pergerakan Maximilano Meza dan Eduardo Salvio, dua pemain yang berada di sisi kanan penyerangan Argentina.
Permainan Strinic mungkin tidak seatraktif Robert Jarni, bek kiri legendaris Kroasia yang amat berperan besar ketika negara ini meraih medali perunggu pada Piala Dunia 1998. Kala itu, Jarni mempertontonkan kemampuannya, terutama dalam membantu serangan dari sisi kiri. Jarni menyumbangkan sebuah gol ke gawang Jerman lewat tendangan jarak jauh dan sebuah asis ketika berhadapan dengan Belanda.
Berkat kontribusi itu, serangan-serangan Kroasia amat bervariasi. Selain mengandalkan kecerdikan duet Zvonimir Boban dan Robert Prosinecki serta ketajaman Davor Suker, mereka akan berpaling kepada Jarni ketika melakukan serangan balik cepat.
Performa Jarni di level tim nasional merupakan refleksi karier gemilangnya di level klub. Hajduk Split merupakan tempatnya mengawali karier sejak berusia 18 tahun. Dalam perjalanan selanjutnya, Jarni kemudian bermain di dua liga besar, yaitu Spanyol dan Italia. Di Spanyol, Jarni sempat bermain di Real Madrid, Real Betis, dan Las Palmas. Sementara di Italia, Jarni malang melintang bersama Bari, Torino, dan Juventus.
Di lain sisi, Ivan Strinic memiliki beberapa kesamaan dengan senior sekaligus idolanya itu. Seperti Jarni, Strinic juga mengawali karier di tim junior Hajduk Split. Tidak hanya berawal dari klub yang sama, Strinic juga memiliki preferensi mengenakan nomor punggung 17 seperti yang biasa dikenakan Jarni.
Sayangnya di skuat Kroasia saat ini nomor punggung 17 tersebut tidak bisa dikenakan Strinic karena nomor ini juga merupakan favorit dari penyerang senior, Mario Mandzukic. Strinic pun akhirnya menggunakan nomor punggung 3 pada Piala Dunia 2018 ini.
Strinic semula memang diragukan untuk menghuni posisi bek kiri utama di timnas Kroasia. Ia tidak memiliki kemampuan membantu serangan seperti halnya Jarni. Dalam beberapa tahun, posisi bek kiri timnas berjuluk Vatreni ini kadang dipercayakan kepada Vida yang berposisi natural sebagai bek tengah. Menuanya Vedran Corluka membuat Vida dikembalikan ke posisi bek tengah untuk mendampingi Lovren, dan hal ini memberi jalan kepada Strinic untuk menjadi bek kiri andalan.
Pelapis sekaligus pesaing Ricardo Rodriguez
Strinic akan bergabung dengan AC Milan mulai musim 2018/2019 mendatang. Ia didatangkan dengan skema bebas transfer dari sesama klub Italia, Sampdoria. Di bawah asuhan Marco Giampaolo, Strinic tampil reguler, terutama pada putaran pertama kompetisi Serie A Italia musim 2017/2018. Ketika menjamu Milan, Strinic mampu mematikan pergerakan Suso Fernandez hingga menjadikan serangan Milan monoton dan tak bergigi. Milan pun takluk dengan skor 0-2 pada pertandingan tersebut.
Dari pertandingan itulah direktur olahraga Milan, Massimiliano Mirabelli, mengamati betul permainan Strinic yang menginspirasi kemenangan Sampdoria. Ketika kontraknya habis pada akhir musim, Mirabelli dengan cepat mengamankan tanda tangan pemain yang akan berusia 31 tahun pada bulan Juli mendatang ini.
Tidak sedikit yang meragukan manfaat dari kedatangan Strinic ke Milan. Selain sudah dianggap melewati puncak permainan, Strinic juga menghadapi sedikit hambatan pada musim lalu. Pada putaran kedua kompetisi, Strinic jarang dimainkan Giampaolo. Hal ini sepertinya buntut dari keputusan pengumuman bergabungnya Strinic ke Milan sebelum kompetisi berakhir.
Namun apabila penampilan Strinic stabil sepanjang Piala Dunia 2018 ini, maka Milan jelas telah melakukan pergerakan transfer yang bagus. Strinic dapat menjadi pelapis yang cukup mewah bagi Ricardo Rodriguez yang kini menghuni posisi bek kiri utama Milan. Ketika ingin mematikan pemain sayap kanan lawan, pelatih Gennaro Gattuso dapat mengandalkan Strinic ketimbang Rodriguez yang kadang melakukan kecerobohan dalam bertahan.
Kedatangan Strinic bahkan dapat diartikan sebagai rencana kedua bagi Milan. Andaikata Milan dinyatakan bersalah melanggar ketentuan Financial Fair Play dan didiskualifikasi dari kejuaraan Liga Europa, Milan harus menerima konsekuensi berat guna menyeimbangkan kondisi finansial. Menjual pemain-pemain menjadi salah solusi cepat, dan Ricardo Rodriguez yang memiliki harga plus gaji yang tinggi bisa saja menjadi salah satu pemain yang dijual. Ketika hal ini terjadi, Milan tidak perlu mengkhawatirkan posisi bek kiri mereka, karena mereka sudah memiliki Strinic.