Bagi pendukung Manchester United, musim kompetisi 2017/2018 barangkali jadi momen yang ingin segera dilupakan. Bagaimana tidak, klub kesayangan mereka gagal memperlihatkan aksi impresif di sepanjang musim tersebut lantaran seluruh trofi yang tersedia dan berpotensi mereka gapai, melayang ke kubu lain.
Alhasil, kritikan pedas pun diterima oleh sang juru strategi, Jose Mourinho, yang pilihan taktiknya dinilai begitu monoton. Selain Mourinho, sejumlah nama penggawa The Red Devils juga tak luput dari cacian, salah satunya adalah Paul Pogba. Pada musim keduanya memperkuat United sesudah diboyong dari Juventus, mayoritas pendukung menganggap kalau Pogba tak memperlihatkan aksi menawan yang sesuai dengan harga tebusnya. Walau turun di 37 pertandingan dan mengemas 6 gol serta 12 asis pada seluruh ajang yang diikuti United, penampilan Pogba dirasa amat semenjana.
Namun waktu tak dapat diulangi dan Pogba pun sadar jika satu-satunya cara agar pendukung The Red Devils tak kecewa adalah bermain semaksimal mungkin di musim 2018/2019 nanti guna mengantar United beroleh trofi demi trofi.
Akan tetapi, jauh sebelum menyelesaikan misi revansnya di United, ada tugas tak kalah sakral yang mesti diembannya bareng tim nasional Prancis. Seperti yang sama-sama kita ketahui, Les Bleus akan berjibaku di Piala Dunia 2018 yang bakal dimulai beberapa hari lagi.
Oleh sejumlah kalangan, Pogba tetap dinilai sebagai ikon utama Prancis pada ajang internasional kendati skuat mereka juga bertabur bintang-bintang lapangan hijau lain semisal Antoine Griezmann, Hugo Lloris, Kylian Mbappe hingga Raphael Varane.
Keberadaan pemuda kelahiran Lagny-sur-Marne itu di area tengah Les Bleus terasa amat sentral. Kemampuan teknis yang lengkap, inteligensia, dan mentalitas paripurna jadi atribut brilian Pogba sehingga pelatih Prancis, Didier Deschamps, terus berusaha mengeksploitasi kemampuan tersebut agar tim besutannya beroleh keuntungan saat bertanding.
Jika di United ia sering berkolaborasi dengan nama-nama seperti Ander Herrera, Jesse Lingard, Juan Mata, sampai Nemanja Matic, maka di Prancis ia akan bahu membahu bersama N’Golo Kante, Blaise Matuidi, Steven Nzonzi, dan Corentin Tolisso.
Kala turun di Piala Eropa 2016 lalu, Pogba dan kawan-kawannya di Les Bleus memperlihatkan aksi cukup gemilang. Berstatus sebagai tuan rumah, mereka melaju jauh sampai ke final.
Celakanya, mimpi mengecup trofi juara di negeri sendiri buyar gara-gara gol tunggal Eder pada fase perpanjangan waktu yang bertahan sampai wasit Mark Clattenburg meniup peluit tanda selesainya laga.
Teruntuk Prancis, kegagalan itu bak sebuah aib memalukan yang wajib ditebus. Pasalnya, sedari memulai kampanyenya di Piala Eropa 2016, Les Bleus memang memburu titel juara untuk kali ketiga sepanjang sejarah.
Masih ditemani kolega berkualitas layaknya Ousmane Dembele, Nabil Fekir, Griezmann, Lloris, Mbappe, dan Varane yang disebut-sebut sebagai generasi emas Negeri Anggur yang baru selepas era Zinedine Zidane dan kolega, sudah sepatutnya Piala Dunia 2018 disasar Prancis untuk menambah silverware di almari trofi mereka. Terlebih, kekosongan trofi anyar di situ telah berlangsung selama hampir dua dekade!
Bagi Pogba sendiri, turnamen sepak bola antar-negara paling akbar di penjuru Bumi itu juga pantas buat dijadikan momen ‘penebusan dosa’. Tak sekadar memberi gelar prestisius anyar untuk negaranya tapi juga membuktikan kualitas istimewa yang ia miliki sekaligus menjawab aneka kritik yang dialamatkan kepadanya di sepanjang musim 2017/2018.
Meledaklah di Piala Dunia 2018, Pogboom!