Tribe Ultah

Enigma Paul Pogba

Semua jelas mempertanyakan apa yang terjadi dengan Paul Pogba. Setelah berhasil membawa klubnya, Manchester United, tampil hebat di permulaan musim, kini tempat Pogba di tim utama bahkan digilas oleh gelandang muda, Scott McTominay. Ada yang menganggap bahwa hal ini disebabkan oleh manajer tim, Jose Mourinho, yang tidak bisa mengakomodir kemampuan Pogba. Sebagian lagi beranggapan bahwa kualitas Pogba mungkin memang tidak sehebat itu.

Ada berbagai aspek yang bisa dipertimbangkan sebagai akar permasalahan dari menurunnya penampilan seorang Paul Pogba. Selain dua pendapat yang sudah disebutkan sebelumnya. Pernyataan dari mantan kapten tim United, Nemanja Vidic, bisa menjadi salah satu acuan terkait permasalahan yang kini menimpa Pogba.

Pemain asal Serbia yang memperkuat United selama delapan tahun, dan mempersembahkan lima gelar juara Liga Primer Inggris serta satu trofi Liga Champions ini, beranggapan bahwa penyebab utama daripada masalah yang dialami oleh Pogba adalah karena di United saat ini ia tidak memiliki sosok pemain senior yang betul-betul bisa menjadi panutan.

Vida, begitu sapaan akrab Vidic, membandingkan dengan waktu pertama kali ia bergabung ke United. Saat itu ada para pemain seperti Paul Scholes dan Ryan Giggs yang merupakan panutan. Vida menganggap mereka adalah pemain yang bisa membuat para pemain baru benar-benar memahami nilai dan tradisi United sebagai sebuah klub.

Vida juga menganggap keduanya memiliki sifat kepemimpinan yang mampu membuat tim tampil lebih baik. Hal-hal tersebut yang tidak ada di tim United saat ini. Itu juga yang dianggap bek yang di akhir kariernya memperkuat Internazionale Milano ini sebagai biang dari penampilan-penampilan buruk yang ditunjukkan oleh Paul Pogba dalam beberapa waktu terakhir.

Baca juga: Ambisi Nemanja Vidic Jadi Seorang Pelatih

Pernyataan Vidic tidak sepenuhnya salah. Harus diakui bahwa para pemain United saat ini, atau lebih tepatnya para pemain yang berusia lebih tua dari Pogba, bisa menjadi panutan bagi seorang Pogba. Statusnya sebagai pemain termahal kedua di dunia tentu membuat dirinya tidak bisa menjadikan sembarang pemain sebagai panutan.

Tiga pemain senior yang merasakan era kejayaan Sir Alex Ferguson, Ashley Young, Antonio Valencia, dan Michael Carrick, tidak berada dalam situasi yang tepat untuk membimbing Pogba. Young sedang berada dalam metamorfosis permainannya dari pemain sayap ke bek sayap, Antonio Valencia memang memiliki sifat kepemimpinan, tetapi ia terlalu pendiam. Michael Carrick sudah berada dalam senja kariernya, ia juga akan pensiun di akhir musim nanti. Sepanjang musim ini, Carrick pun tidak banyak terlibat di tim utama.

Chris Smalling jelas bukan pemain yang bisa dijadikan panutan bagi Pogba. Sementara David de Gea berbeda posisi dengan gelandang asal Prancis ini, sehingga situasinya agak sulit, karena ada banyak perbedaan antara kiper dengan para pemain yang bermain di lapangan. Karena keangkuhan dan loyalitasnya yang juga kurang, Zlatan Ibrahimovic jelas bukan sosok yang tepat untuk membimbing Pogba.

Pogba membutuhkan bimbingan bukan saja soal permainan, tetapi soal bagaimana bersikap di lapangan, bagaimana gestur yang seharusnya ditunjukkan dalam situasi tertentu di sebuah pertandingan. Juga soal mental bertanding yang bisa membuatnya membawa tim ke arah yang lebih baik.

Sebenarnya, gelandang serang asal Spanyol, Juan Mata, boleh jadi sosok yang sesuai. Ia merupakan sosok pemenang dan tipe pemain yang bisa mengubah keadaan. Sayangnya, situasi Mata juga sulit saat ini. Ia lebih banyak disibukkan untuk menemukan cara bagaimana ia bisa mengamankan posisi di tim utama United. Dua pemain senior lain, Alexis Sanchez dan Nemanja Matic, adalah pemain baru yang rasanya tentu tidak bisa langsung begitu saja menjadi pemimpin.

Tetapi bisa jadi yang dibutuhkan Pogba justru bukan bimbingan dari para pemain yang lebih senior dan berpengalaman, boleh jadi situasi saat ini adalah waktunya bagi Pogba untuk membuktikan diri. Saat ini adalah waktu yang tepat agar Pogba bisa mengambil peran sebagai pemain matang dan berpengalaman yang berguna bagi tim.

Situasi saat ini adalah semacam rite de passage bagi seorang Paul Pogba. Ibarat memasuki kepompong, Pogba akan bersiap menuju fase baru dalam kariernya. Boleh jadi ini adalah alasan dibalik perlakuan Jose Mourinho kepadanya. Juru taktik asal Portugal tersebut ingin mengetahui penyikapan Pogba terkait situasinya saat ini. Apakah Pogba bisa mengatasi situasi ini dan berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya, atau justru ia akan layu dan tertelan keadaan.

Sekali lagi, situasi yang dialami oleh Pogba saat ini ibarat kepompong. Seandainya ia bisa mengatasinya dengan baik, ia akan naik level sebagai pemain yang lebih baik lagi. Ibarat setelah melewati fase kepompong, ia akan menjadi kupu-kupu. Atau justru tenggelam, dan terbebani, dan keluar dari kepompong sebagai ngengat yang biasa saja.

Semua tentu berharap Pogba bisa melewati fase ini dengan baik. Karena amat disayangkan seandainya bakat seperti yang dimiliki oleh Paul Pogba tidak bisa mencapai ekspektasi yang dibebankan kepadanya hanya karena kelakuan dan tindakan dari pemain itu sendiri.

Joyeux anniversarie, Paul Pogba!

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia