Berita Eropa

Son Heung-min Terancam Tinggalkan Tottenham Hotspur Selama Dua Tahun karena Wajib Militer

Sejak tahun 1959, konstitusi Korea Selatan mewajibkan setiap warganya, terutama yang berjenis kelamin pria untuk mengikuti wajib militer. Seperti yang diketahui negara tersebut berada di situasi konstan dengan ancaman perang melawan negara tetangga mereka, Korea Utara. Hal tersebut merupakan sebuah kewajiban, terlepas apapun status dan pekerjaan Anda. Termasuk bagi penyerang sayap Tottenham Hotspur, Son Heung-min.

Wajib militer di Korea Selatan ini sendiri dikenakan kepada warga dengan jenjang usia 20 hingga 30 tahun. Dengan catatan, warga Korea Selatan mesti memenuhi panggilan wajib militer mereka selambat-lambatnya sebelum usianya mencapai 28 tahun. Son kini berusia 25 tahun, tentu ini adalah waktu untuknya memenuhi panggilan wajib militer.

Yang kemudian menjadi masalah adalah rentang waktu wajib militer ini yang bisa berlangsung paling sebentar selama dua tahun. Bagi beberapa orang, bahkan ia mesti melaksanakan tugasnya selama tiga sampai tiga setengah tahun. Dengan kata lain, Son akan absen dari dunia sepak bola selama kurang lebih dua tahun.

Menjadi masalah besar karena ini berarti Son mesti meninggalkan Tottenham selama kurang lebih dua musim. Ini tentu menyulitkan mengingat penampilan Son juga tengah menanjak. Situasi ini tentu membuat Tottenham mesti bergerak cepat untuk mencari sayap baru seandainya Son tidak mendapatkan dispensasi dari panggilan wajib militer negaranya.

Absen selama dua tahun pun tentu akan menyulitkan karier seorang Son. Seperti yang diketahui, usia 25 hingga 27 tahun adalah waktu pesepak bola mencapai masa terbaik mereka. Dalam rentang waktu tersebut, Son justru mesti mengikuti wajib militer. Fisik dan mentalnya mungkin tertempa dunia ketentaraan, tetapi bagaimana dengan teknik, naluri, dan pengalaman bertanding? Hal-hal tersebut tentu tidak akan bisa ia temukan di barak militer.

Harus diakui bahwa kewajiban Son untuk memenuhi panggilan militer dari negaranya, bukan saja menyulitkan Tottenham, tetapi juga karier sepak bolanya. Tidak ada yang bisa menjamin permainan Son akan menjadi lebih baik setelah keluar dari barak, dan kembali ke lapangan. Tentu ia membutuhkan adaptasi kembali setelah lama hidup di lingkup militer.

Dispensasi bagi Son hanya terjadi ketika ia memperkuat Korea Selatan di ajang internasional seperti Piala Dunia dan Piala Asia. Selebihnya, ia mesti melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pelatihan militer.

Hukuman bagi mereka yang menolak panggilan wajib militer di Korea Selatan adalah penjara sekurang-kurangnya tiga tahun. Son jelas berada di posisi yang sulit saat ini. Satu-satunya cara agar terhindar dari wajib militer adalah ia menanggalkan kewarganegaraan Korea Selatan. Menjadi pertanyaan besar apakah Son akan sampai menanggalkan kewarganegaraannya hanya untuk menghindari wajib militer?

Meskipun demikian, ada sedikit angin segar bagi Tottenham dan Son. Presiden baru Korea Selatan, Moon Jae-in, ketika dilantik pada tahun 2017 lalu, menjanjikan kebebasan bersuara dan bertindak yang dilandasi oleh Hak Asasi Manusia. Ia merencanakan program pengganti wajib militer seandainya ada warganya yang enggan memenuhi panggilan pelatihan militer. Tetapi hingga saat ini, belum ada kejelasan terkait peraturan baru tersebut.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia