Berita Eropa

Pelatih Denmark: “Dibanding Membantu Timnya Bermain Baik, Paul Pogba Justru Lebih Peduli dengan Warna Rambutnya”

Dalam gelaran Piala Dunia 2018, Denmark dan Prancis sama-sama tergabung di Grup C pada babak penyisihan. Keduanya, bersama Australia dan Peru, akan berebut dua tiket lolos ke fase perdelapan-final. Kendati pertemuan Denmark dan Prancis baru akan dilangsungkan 26 Juni mendatang, perang urat syaraf telah muncul ke permukaan di antara masing-masing kubu. Aktornya adalah pelatih Danish Dynamite, Age Hareide.

Seperti dilansir oleh harian lokal Denmark, Jyllands-Posten, Hareide yang berkebangsaan Norwegia menyatakan kalau Les Bleus tidak layak difavoritkan di Piala Dunia 2018. Pria 64 tahun itu mengungkapkan kalau tim asuhan Didier Deschamps sama sekali tidak spesial. Prancis lebih mirip segerombolan pemain dengan ego tinggi serta kurang kolektif.

“Mereka tak seperti Prancis yang dahulu ditakuti lawan sebab memiliki sosok pemimpin dengan karisma dan skill brilian di atas lapangan layaknya Zinedine Zidane”, jelas Hareide. Tak berhenti sampai di situ karena bekas pelatih Molde, Rosenborg dan Norwegia ini juga mengkritik habis salah satu penggawa kondang Les Bleus, Paul Pogba.

Menurut Hareide, selama ini Pogba lebih mirip artis ketimbang sepak bola. Penyebabnya apalagi kalau bukan gaya rambut ngejreng dan konsisten berganti dari pemain berusia 25 tahun tersebut.

“Ketimbang memikirkan performanya di atas rumput hijau atau bagaimana cara membantu timnya (Manchester United dan Prancis) agar tampil lebih superior, ia justru lebih sibuk mengurus gaya rambutnya. Beberapa waktu lalu, saat United berjumpa dengan Manchester City, Pogba menyemir rambutnya dengan warna biru dan putih. Barangkali saat bersua dengan kami, ia akan memberi kelir merah dan putih”.

Di luar perang urat syaraf yang Hareide lontarkan, tersirat pula harapan untuk menyaksikan anak buahnya melaju jauh di Piala Dunia 2018. Terlebih, ajang yang diselenggarakan di Rusia nanti adalah turnamen internasional pertama Danish Dynamite sejak 2012 silam.

“Berbekal nama-nama seperti Andreas Christensen, Kasper Dolberg, Christian Eriksen, Simon Kjaer hingga Kasper Schmeichel, saya tentu ingin mengantarkan tim penuh talenta ini lolos sampai babak akhir”, tutupnya.