Cerita

Geliat dan Rapor Unik Penyerang asal Afrika di Pengujung Musim Serie A 2017/2018

George Weah (Liberia) dan Samuel Eto’o (Kamerun) adalah segelintir penyerang Afrika yang sukses di Italia. Musim lalu hal itu terulang oleh Mohamed Salah (Mesir) atau Keita Balde (Senegal), di mana dua pemain jadi andalan lini depan dua klub ibu kota Italia, namun mereka hijrah ke luar Italia, di awal musim ini. Sehingga bisa dikatakan, Serie A kekurangan penyerang hebat bernama besar asal Benua Afrika.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada sama sekali. Setidaknya jelang akhir musim, ada beberapa penyerang Afrika potensial muncul, yang mungkin nama mereka itu terasa asing bagi pencinta Liga Italia sekalipun. Berikut nama-nama attacante asal Afrika yang melejit di fase akhir Serie A musim 2017/2018 beserta rapor unik mereka:

 

Cheick Diabate

Cheick Diabate

Penyerang asal Mali berusia 30 tahun ini dipinjam Benevento dari Osmanlispor, klub asal Turki. Tubuh bongsor Diabate dengan tinggi 194 sentimeter dan bobot 88 kilogram, sangat menguntungkan dirinya ketika berduel dengan pemain-pemain belakang lawan. Buktinya, mantan pemain Bordeaux itu punya statistik yang terbilang cukup apik di Serie A Italia musim 2017/2018 ini.

Hingga giornata terakhir, meski Benevento baru 11 kali memberinya kesempatan berlaga di liga, catatan gol Diabate berada di angka 8. Maka rasio golnya pada debut di Serie A musim ini adalah 0,72 per laga. Yang tentu lebih mengesankan lagi, yakni 4 dari 11 laga yang Diabate mainkan adalah berstatus sebagai pemain pengganti. Catatan impresif lain darinya adalah tiga kali beruntun mencetak doppietta (dua gol dalam satu laga) sejak pekan ke-30 hingga 32.

Musim ini jelas sudah menjadi suratan takdir bahwa klub beralias I Steregoni ini akan pulang ke Serie B musim depan. Meski sudah diperkuat mantan pemain timnas Prancis, Bacary Sagna, di lini belakang atau pemuda Italia potensial seperti Danilo Cataldi di lini tengah, Benevento belum benar-benar siap beredar lebih lama di kasta tertinggi Italia.

Nasi sudah menjadi bubur, takdir tak bisa diubah. Meski begitu, dengan keadaan tim saat ini, menarik melihat bagaimana Benevento berjuang di Serie B musim depan. Kolaborasi gigante uzur seperti Diabate, dengan penyerang muda, mungil nan lincah semacam Enrico Brignola, tentu bisa menjadi senjata ampuh bagi mereka untuk lekas kembali ke Serie A secepatnya di masa depan.

 

Simeon “Simy” Nwankwo

Crotone dipastikan akan bermain di Serie B musim depan. Alex Cordaz dan kolega kalah di laga pamungkas melawan Napoli, sehingga tak mampu beranjak dari posisi ke 18 klasemen Serie A. Meski menjalani musim suram, bukan berarti tak ada sesuatu yang menonjol di klub berjuluk I Pitagorici itu. Selain briliannya kiper sekaligus kapten Alex Cordaz di bawah mistar, kualitas penyerang bernama Simeon Tochukwu Nwankwo alias Simy, juga layak untuk digarisbawahi.

Bersama dengan Marcello Trotta, Simy menjadi top skor Crotone di Serie A dengan 7 gol. Tetapi uniknya, enam dari tujuh gol Simy, ia cetak pada delapan laga terakhir. Crotone yang sejak awal hingga akhir musim selalu terjebak situasi salvezza (menghindari degradasi), tentu membutuhkan ketajaman lini depan demi mengulang misi ekstra sulit seperti musim lalu. Dan di sini kemudian Simy sedikit bisa menjadi jawaban akan apa yang Crotone butuhkan. Meski tak benar-benar bisa selamat, setidaknya gol-gol Simy mampu memperpanjang napas perjuangan Crotone hingga laga terakhir.

Salah satu momen krusial Simy musim ini adalah mencetak gol salto ke gawang Juventus pada pekan ke-33. Selain mengamankan satu poin dari pemuncak klasemen, gol yang membuat hasil imbang itu juga memompa semangat pasukan tim asuhan Walter Zenga. Buktinya mereka menang di dua laga berikutnya, dengan Simy ikut mengemas tiga gol. Terlepas apakah dia akan berangkat ke Rusia atau tidak, namun berkat performa di Serie musim 2017/18 ini, Simy sukses masuk daftar skuat bayangan timnas Nigeria ke Piala Dunia 2018.

 

 

Musa Barrow

Sudah tak asing lagi bahwa Atalanta dikenal sebagai salah satu pemoles talenta-talenta pemain muda. Andrea Conti, Roberto Gagliardini, Franck Kessie, Mattia Caldara, Leo Spinazzola, Andrea Petagna, atau Bryan Cristante, hanyalah contoh beberapa yang pernah dan sedang diorbitkan oleh klub berjuluk La Dea tersebut.

Musim ini geliat darah muda masih tetap bermunculan di Atalanta. Menetaslah nama-nama Gianluca Mancini atau Hans Hateboer. Namun, khusus jelang akhir musim, ada satu nama yang mencuri perhatian. Dia adalah Mussa Barrow. Siapakah dia? Saya yakin, meski Anda penggemar Serie A sekalipun, belum tentu tahu akan kiprah pemain muda asal Gambia ini.

Dari situs resmi klub www.Atalanta.it, Barrow diketahui tumbuh dari sepak bola jalanan. Namun, bukan berarti pemuda 19 tahun ini tak istimewa. Semenjak bergabung ke tim Primavera Atalanta pada tahun 2016 lalu, progresnya positif. Top skor Campionato Primavera 2018 dengan koleksi 23 gol adalah buah karya Barrow yang juga membawa Atalanta juara kompetisi tim U-21 di Italia ini. Jelang akhir musim 2017/2018 lalu, Barrow sudah merasakan 12 kali penampilan Serie A, dengan statistik 3 gol dan 2 asis.

Catatan yang tentu sangat memuaskan bagi anak muda dari benua Afrika, yang baru dua tahun belakang menempa kerasnya sepak bola Italia. Lalu menurut gazetta.it, Juventus pun sudah menunjukkan ketertarikan pada mutiara hitam Atalanta yang satu ini, berkat performanya di Campionato Primavera 2018 dan debutnya di Serie A.

Penampilan Barrow yang setiap mencetak gol selalu bersujud syukur ini meningkat jelang akhir musim, bersamaan di saat dua penyerang utama; Andrea Petagna dan Andreas Cornelius, sedang menurun. Bahkan karena performa apiknya, Musa Barrow dinobatkan sebagai pemain terbaik Atalanta bulan April via dua gol, dua asis, dan satu man of the match pada bulan tersebut.

***

Musim ini, pemain-pemain bernama besar asal Afrika lebih banyak berposisi di luar penyerang, misalnya saja Kalidou Koulibaly (Senegal), Medhi Benatia (Maroko), Kwadwo Asamoah (Ghana), atau Franck Kessie (Pantai Gading). Tak adanya Africans berposisi ofensif yang naik daun atau berada di klub besar bukan berarti menandakan Serie A kekurangan potensi penyerang asal Afrika sama sekali. Setidaknya, Cheick Diabate, Simeon “Simy” Nwankwo dan Musa Barrow, bisa menjadi sedikit menjawab kekurangan itu sementara ini.