Cerita

Venkys, Benalu di Jalan Hidup Penuh Liku Blackburn Rovers Kembali ke Divisi Championship

Blackburn Rovers, salah satu klub yang pernah menjuarai Premier League, baru saja menyelesaikan pesta mereka setelah mendapat tiket promosi otomatis ke Divisi Championship musim depan. Adalah seorang Tony Mowbray yang berhasil mengembalikan perjuangan klub yang menjadi rival berat Burnley ini. Tony diangkat menjadi manajer baru Blackburn pada Februari 2017 menggantikan Owen Coyle. Walau berhasil meraih hasil positif di sisa musim lalu, namun Blackburn harus terdegradasi ke League One.

Musim ini ditutup bahagia, namun banyak kalangan yang mendukung Blackburn kesal dengan pemilik 99% saham Blackburn yaitu Venkys Ltd. Kekesalan yang sudah cukup lama ini bermula sejak 3 minggu setelah pengakusisian Venkys dari Walker Estate, di mana kala itu mereka secara kontroversial memecat Sam Allardyce.

Masalah apa yang menjadi alasan pemecatan ini tak pernah dipublikasi. Namun ada rumor yang membahas Allardyce frustasi dengan kebijakan transfer yang dirancang Venkys. Venkys sendiri menyerahkan segala kebijakan perekrutan pemain kepada agen ternama dan pemilik agensi sepak bola Kentaro, Jerome Anderson.

Allardyce sendiri sudah mengajukan nama-nama pemain yang ingin ia datangkan, namun keinginannya ini tidak bisa dikabulkan oleh Venkys. Venkys hanya akan merekrut pemain yang termasuk rekomendasi dari Jerome Anderson dan ini menjadi titik didih kekesalan Allardyce. The Guardian memublikasikan ada perseteruan antara Allardyce dengan Anuradha Desai (pemilik Blackburn Rovers).

Setelah lengsernya Big Sam, Venkys menganugerahkan status pelatih tim utama kepada Steve Kean sebagai caretaker dengan opsi menjadi manajer permanen. Penunjukan Steve Kean ini dikritisi banyak media lokal Inggris seperti Lancashire Telegraph dan Guardian. Guardian mengabarkan bahwa kehadiran Steve Kean di staf kepelatihan Allardyce sebelum dipecat merupakan andil dari Jerome Anderson. Jerome yang menjadi orang paling berpengaruh atas akusisi Venkys ini menjadi orang “luar” yang sangat istimewa karena mendapat kebijakan untuk mengontrol perekrutan pemain. Hal ini diperparah dengan adanya isu bisnis negatif setelah bek muda Aberdeen, Myles Anderson, yang juga adalah anak kandung Jerome Anderson, menyetujui pra-kontrak dari Blackburn Rovers pada Maret 2011.

Respons negatif secara bergantian muncul ke permukaan dari suporter Blackburn melalui media sosial hingga adanya protes di dalam Ewood Park. “Apakah ada yang terjadi (di klub) dan kami tidak mengetahuinya?”, respons Jerome saat ditanyai reporter Lancashire Telegraph pada 11 Januari 2012. Jerome juga mempertanyakan tindakan protes suporter Blackburn dan mengecap mereka sebagai suporter palsu.

Jerome juga melindungi Steve Kean dengan mengungkapkan bahwa kinerjanya cukup baik, walau saat itu Blackburn berada di dasar klasemen. Setelah musim 2011/2012 usai dan Blackburn terdegradasi, Jerome sempat menghilang di hadapan media hingga muncul video dansa tantris dengan istrinya, Lisa.

Steve Kean sempat dipertahankan manajemen Rovers hingga bulan September 2012, sebelum ia mengundurkan diri karena tekanan dari suporter yang makin besar. Terdegradasinya Blackburn juga semakin memperlihatkan kebusukan Venkys. Selama Venkys berkuasa, alih-alih keuangan klub makin sehat, namun kenyataannya utang klub hampir menembus 70 juta paun.

Padahal, pada publikasi keuangan klub sebelum Venkys datang, utang klub hanya sekitar 22 juta paun. Lancashire Telegraph melaporkan bahwa utang yang makin besar ini adalah kesalahan dari manajemen terutama Venkys itu sendiri. Hasil penjualan pemain dan pemasukan klub sebagian besar digunakan untuk perusahaan penyokong dibanding untuk mengurangi utang klub.

Manajemen keuangan yang buruk makin membahayakan pergerakan klub terutama dalam aktifitas transfer saat jendela bursa dibuka. Klub juga akan terancam terkena embargo transfer sekaligus pengurangan poin jika utang yang menggunung ini tidak segera ditekan. Musim 2012/2013 menjadi awal peremajaan tim dengan mendatangkan Jordan Rhodes dari Huddersfield Town, Joshua King dari Manchester United, Grzegorz Sandomierski dari KRC Genk, Danny Murphy dan Dickson Etuhu dari Fulham, Nuno Gomes dari SL Benfica, Leon Best dari Newcastle United, dan Colin Kazim-Richards dari Galatasaray.

Rhodes, Murphy, Etuhu, Best dan Kazim-Richards menjadi pemain dengan gaji di atas 15 ribu paun setiap pekan bersama Paul Robinson, Morten Gamst Pedersen, David Dunn, dan Gael Givet. Gaji pemain yang cukup tinggi ini cukup mengkhawatirkan keuangan klub karena kerugian akibat dari degradasi cukup besar nilainya, namun Venkys mengonfirmasi akan tetap mendanai klub untuk musim depan.

Musim 2014/2015 menjadi musibah bagi Rovers setelah terkena embargo dari Football League. Embargo ini muncul selepas Blackburn gagal memenuhi kriteria Financial Fair Play pada awal musim. Selain Blackburn, Football League juga memberi embargo transfer untuk Leeds United dan Nottingham Forest akibat dari defisit lebih dari 3 juta paun pada akhir musim.

Rovers Trust sebagai pemilik saham 1% klub, mengonfirmasi embargo ini dan memberikan sinyal untuk manajemen agar pemain-pemain terbaik mereka tidak akan ada yang hengkang paling tidak hingga akhir musim. Setelah embargo dicabut pada musim panas 2015, Blackburn harus kehilangan Rudy Gestede yang hengkang menuju Aston Villa dengan harga 8 juta paun dan Tom Cairney menuju Fulham dengan harga dirahasiakan (Transfermarkt mencatat banderolnya sebesar 4,2 juta paun).

Sementara itu pada deadline day bursa transfer tahun 2016, Blackburn melego top skor mereka, Jordan Rhodes, menuju Middlesbrough dengan harga 11,7 juta paun. Suporter banyak yang berekspektasi hasil penjualan ini tidak akan mengurangi jumlah utang klub karena sudah muncul kecurigaan bahwa Venkys akan menggunakan uang ini untuk perusahaan penyokong, Venkys Ltd.

Februari 2017, Lancashire Telegraph mengonfirmasi bahwa Blackburn sudah mengurangi utang klub sebesar 16 juta paun, namun total utang saat itu masih di angka 106 juta paun. Venkys sudah banyak memangkas gaji pemain sejak musim 2012/2013, namun penghematan ini belum menyehatkan keuangan klub. Penjualan pemain-pemain bintang mereka juga hanya bisa mengurangi sedikit beban utang klub.

Isu berkembang di kalangan suporter bahwa Blackburn harus terdegradasi ke League One agar gaji pemain tidak memberatkan keuangan klub dan dapat mengurangi tagihan. Benar saja, di akhir musim, Blackburn terdegradasi untuk yang kedua kalinya di bawah kepemilikan Venkys.

Gelombang protes kembali bergejolak dengan menuntut Venkys untuk menjual Blackburn ke investor lain yang lebih baik dari mereka. Walau ada tawaran dari Seneca untuk mengakusisi klub hingga 51%, tapi sayangnya tidak digubris oleh Venkys.

Setelah mengakhiri musim ini dengan tiket promosi otomatis, Blackburn harus membangun kembali skuat yang cukup kuat untuk bertahan di Championship musim depan. Mowbray sebagai manajer harus meyakinkan Anuradha Desai dan koleganya agar mau berinvestasi lebih di klub. Pekerjaan rumah besar lain untuk Mowbray adalah harus menuntut Anuradha Desai dan koleganya untuk hadir di setiap pertandingan kandang mereka.

Terhitung sudah 3 tahun mereka tidak pernah ada di Ewood Park dan ini sangat memalukan bagi klub yang menjadi salah satu pemilik gelar Premier League di era modern. Kini seluruh suporter, pemain, staf, bahkan sekaligus Mowbray sendiri hanya bisa menunggu kontribusi apa yang akan Venkys berikan untuk Blackburn Rovers.