Cerita

Upaya “King Eze” untuk Memupus Tren Negatif Penyerang Asing di Persib Bandung

Ezechiel N’Douassel adalah salah satu penyerang dengan penampilan terbaik di Liga 1 musim ini. Penyerang asal Chad tersebut berhasil mencetak empat gol dari tiga pertandingan terakhir. Raihan tersebut membuatnya sejajar dengan Fernando Rodriguez (Mitra Kukar) dan David da Silva (Persebaya Surabaya), sebagai pencetak gol terbanyak kompetisi sejauh ini.

Ketika datang menggantikan Carlton Cole yang dilepas di pertengahan musim lalu, banyak yang meragukan kualitas penyerang berusia 29 tahun ini. Maklum, ia berasal dari negara yang boleh dibilang cukup asing bagi publik sepak bola Indonesia. Sebagai negara di wilayah Afrika Tengah, Chad, tempat Ezechiel berasal, tidak setenar Kamerun, Angola, atau Gabon. Bahkan status sebagai kapten tim nasional Chad pun tidak melunturkan keraguan para suporter Persib terhadap Ezechiel.

Tetapi debut pemain yang mendapatkan julukan “King Eze” ini boleh dibilang cukup meyakinkan. Di stadion yang sama dan lawan yang sama, ketika ia berhasil menyarangkan dua gol musim ini, Ezechiel menunjukkan kemampuannya. Meskipun masih agak canggung, di pertandingan melawan Arema musim lalu, Ezechiel menunjukkan permainan yang cukup baik.

Ia melakukan banyak pergerakan yang membahayakan pertahanan lawan. Di pertandingan selanjutnya melawan Persegres Gresik, Eze tampil luar biasa. Mencetak satu gol di menit akhir, dan berperan atas terciptanya gol dari Raphael Maitimo dan Billy Keraf.

Selain urusan mencetak gol dan memenuhi ekspektasi dari para Bobotoh, ada hal berat juga yang diemban oleh Eze. Yaitu soal tren buruk para penyerang asing yang dimiliki oleh Persib Bandung. Dalam sejarahnya, sejak memakai pemain asing pada tahun 2003, tim Maung Bandung belum pernah benar-benar memiliki penyerang asing yang moncer. Kebanyakan berpenampilan buruk atau penampilannya terbantu oleh para pemain lain.

King Eze (sekarang) memiliki segalanya untuk memupus tren buruk

Boleh dibilang hanya ada beberapa penyerang asing yang tampil bagus untuk Persib dan salah satu sang pemain asing itu kini sudah berstatus sebagai warga negara Indonesia. Harus diakui bahwa Cristian Gonzales yang kala itu masih berstatus sebagai pemain asing, merupakan rekrutan terbaik tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat ini di sektor penyerang berpaspor asing. Total lebih dari 40 gol dicetak oleh El Loco ketika berseragam Persib.

Dari Maciej Dolega sampai Djibril Coulibaly, tidak banyak penyerang asing tampil benar-benar bagus di Persib. Bahkan Coulibaly yang masuk ke dalam skuat juara Liga Super Indonesia pada tahun 2014, kalah bersaing dengan penyerang lokal yang memperkuat tim saat itu, Ferdinand Sinaga.

Bobotoh tentu ingat para penyerang asing dengan kualitas medioker yang sempat memperkuat tim, mulai dari Brahima Traore, Fabio Lopes Alcantara, Pablo Frances, Zdravko Dragicevic, hingga Moses Sakyi. Semuanya tidak tampil dalam tahapan yang mengesankan bagi seorang legiun asing. Termasuk Herman Dzumafo Epandi yang datang pada tahun 2013, hingga ia dilepas pada pertengahan musim.

Meskipun ada pula beberapa penyerang asing yang juga tampil lumayan mengesankan, seperti Christian Bekamenga, Redouanne Barkaoui, dan Kenji Adachihara, tetapi memang hal tersebut tidak memupus tren buruk para penyerang asing di Persib Bandung secara utuh. Mereka lebih tersohor sebagai tim yang memiliki pemain bertahan asing kelas satu, terbukti dari era Patricio Jimenez, Nyeck Nyobe, Vladimir Vujovic, hingga kini Bojan Malisic.

Ketika mendarat pertama kali di Bandung pada Agustus tahun 2017 lalu, Eze sedikit banyak mengingatkan para Bobotoh dengan mantan penyerang asing lain yang juga berasal dari Afrika, Ekene Ikenwa. Keduanya sama-sama memiliki fisik yang superior, tinggi menjulang dan juga kekar. Tetapi boleh jadi, Eze akan memiliki nasib yang jauh lebih baik ketimbang Ekene.

Permasalahan di musim lalu adalah, Eze yang diplot sebagai penyerang tengah ternyata lebih gemar bermain melebar. Ini menandakan bahwa mantan pemain Maccabi Tel-Aviv ini merupakan tipe penyerang yang mesti dimainkan bersama dengan penyerang lain. Mirip dengan Nihat Kahveci atau Dwight Yorke, yang emampuannya baru akan maksimal bila ada tandemnya.

Kedatangan Jonathan Bauman di musim ini benar-benar membantu sekaligus memaksimalkan kemampuan Eze. Bagaimana pergerakan Bauman kemudian memungkinkan Eze untuk lebih bebas bergerak. Atau dalam situasi lain, Bauman memberikan suplai bola kepada Eze. Sudah dituliskan sebelumnya bahwa duet Bauman dan Eze adalah salah satu partnership penyerang asing yang menarik ditunggu di gelaran Liga 1 musim ini.

Baca juga: Daftar Duo Penyerang Asing yang Siap Meledak di Liga 1 2018

Pun soal mental bertanding, Eze boleh dibilang adalah tipe pemain yang memiliki determinasi luar biasa. Bahkan saking determinannya, ia beberapa kali menerima kartu kuning yang terkadang disebabkan oleh tindakan yang tidak perlu. Tetapi boleh jadi tindakan-tindakan tersebut merupakan salah satu pembuktian dari determinasi sekaligus kesungguhan Eze ketika bermain.

Soal ketangguhan mental bertanding sebenarnya sudah ditunjukkan oleh Eze sejak musim lalu. Bukan saja dari gol yang ia cetak di kandang Sriwijaya musim lalu, ataupun dari dua gol yang dicetak Eze di kandang Arema musim ini. Adalah sebuah gol sundulan yang kemudian tidak disahkan ketika Maung Bandung berhadapan dengan Persija Jakarta, sebenarnya sedikit banyak menunjukkan ketangguhan mental dari Eze.

Ia begitu percaya diri, untuk melompat dan menanduk bola di tengah kepungan pemain lawan, di pertandingan panas melawan tim rival. Gol memang kemudian tidak disahkan, hingga akhirnya menimbulkan kontroversi. Tetapi poin yang bisa didapat adalah Eze tidak canggung dan gentar di pertandingan-pertandingan besar.

Yang pasti, kini Bobotoh bisa berbangga. Meskipun tim rival Persija Jakarta memiliki penyerang luar biasa dalam diri Marko Simic, kini Bobotoh juga patut berbangga karena memiliki penyerang yang tidak kalah hebat, Ezechiel N’Douassel.