Cerita

Persib Bandung dan Penyakit Kronis di Lini Belakang

Persib Bandung belum juga menemukan performa terbaiknya pada tahun 2018. Setelah gagal total di ajang pramusim Piala Presiden, performa anak asuh Mario Gomez tak kunjung membaik setelah memasuki Liga 1 2018. Tim Maung Bandung memulai kampanye di Liga 1 2018 dengan hasil yang tidak memuaskan.

Pada laga perdana, Eka Ramdani dan kolega harus rela berbagi angka bersama PS Tira. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api berakhir dengan skor 1-1 setelah PS Tira berhasil menyamakan kedudukan pada menit 90+5. Performa buruk Persib pun terus berlanjut pada pekan kedua, kala bertandang ke kandang Sriwijaya, dan harus rela pulang dengan tangan hampa setelah kalah 3–1 dari tuan rumah.

Kebobolan empat gol dari dua pertandingan tentu menjadi hasil yang mengkhawatirkan bagi staf pelatih dan juga para Bobotoh. Dari dua pertandingan yang telah dijalani Persib Bandung musim ini, bisa disimpulkan terdapat masalah besar pada lini pertahanan Persib. Buruknya permainan para pemain belakang Persib Bandung pada musim ini semakin menambah masalah pada skuat Maung Bandung.

Padahal pada musim lalu, pertahanan Persib adalah salah satu yang terbaik di antara kontestan Liga 1 2017. Meski hanya menduduki posisi 13 pada klasemen akhir, catatan kebobolan Persib adalah nomor dua terbaik dari seluruh tim. Tercatat hanya 34 gol yang bersarang di gawang Persib Bandung musim lalu, capaian tersebut hanya kalah dari Persija yang kebobolan 24 gol. Kepergian dua bek tengah terbaik mereka di awal musim nyatanya sangat berpengaruh dengan kualitas lini belakang Persib Bandung.

Vladimir Vujovic dan Achmad Jufriyanto memang sudah menjadi kunci pertahanan tim asal Kota Kembang tersebut, maka dari itu ketika keduanya sudah tidak berseragam Persib lagi, pertahanan Persib tidak sebaik dahulu. Sadar ada lubang besar setelah kepergian dua pemain tersebut manajemen Persib Bandung pun merekrut Bojan Malisic dan Victor Igbonefo untuk mengisi kekosongan pada posisi bek tengah.

Sayangnya, kedua pemain anyar tersebut belum bermain sesuai harapan. Bojan Malisic memang memiliki atribut bertahan yang baik, namun dirinya sering kehilangan konsentrasi sehingga membuat tim lawan mampu mencetak gol ke gawang Persib Bandung. Hilangnya fokus Malisic terbukti kala dirinya kalah berduel dengan Aleksandar Rakic pada pertandingan pertama, sehingga membuat PS Tira berhasil menyamakan kedudukan. Bahasa sepertinya menjadi kendala utama untuk Malisic agar dapat berkomunikasi dengan baik dengan pemain lainnya.

Lain Bojan lain juga Igbonefo. Ekspektasi tinggi sudah mengiringi sejak awal kehadiran mantan pemain Arema Malang ini. Label mantan pemain nasional ditambah pengalaman di Liga Thailand membuat Bobotoh percaya bahwa Igbonefo akan memberi rasa aman untuk tim Persib Bandung. Namun harapan tinggal harapan, Igbonefo belum juga bisa dimainkan di dua laga awal. Dirinya terus berkutat dengan cedera, dan sampai hari ini belum ada tanggal pasti kapan ia bisa kembali bermain bersama tim Maung Bandung.

Hilangnya sosok pemimpin di lini belakang

Harus diakui, ketiadaan Vladimir Vujovic dan Achmad Jufriyanto sangat berpengaruh terhadap performa pertahanan I Made Wirawan dan kolega. Lini belakang Persib seperti selalu kalap dan kebingungan ketika diserang oleh tim lawan. Koordinasi antara pemain belakang dan juga kiper berjalan dengan buruk, disebabkan salah satunya akibat hilangnya seorang pemimpin yang mampu memberi komando di lini belakang tim Maung Bandung.

Baik Jupe ataupun Vlado tidak ragu untuk memberikan intruksi kepada pemain lain dalam menggalang pertahanan tim Persib Bandung. Peran ini yang belum bisa diambil alih oleh pemain lain di tim Persib Bandung musim ini. Memang biasanya tugas memberi komando pertahanan di lapangan dilaksanakan oleh salah satu dari bek tengah.

Namun, baik Bojan dan Wildansyah sepertinya bukanlah pemain yang tepat untuk melaksanakan tugas tersebut. Teruntuk Bojan, seperti sudah disinggung sebelumnya, kendala bahasa tentu akan membuat dirinya kesulitan untuk mengomandoi bek Persib lainnya, sedangkan untuk Wildansyah rasanya hal ini sudah terlalu melampaui kemampuannya sebagai bek tengah dadakan yang posisi aslinya adalah bek sayap.

Di saat dua bek tengah masih belum juga padu, bek–bek sayap Persib pun tak lagi bisa diandalkan. Tony Sucipto sepertinya sudah melewati masa emas kariernya, sebab dirinya tak lagi setangguh beberapa musim lalu. Kelalaian dirinya dalam membaca serangan Sriwijaya akhir pekan lalu membuat Marckho Meraudje dengan nyamannya menyambar umpan silang dari Makan Konate.

Henhen Herdiana sedikit lebih baik, sebab sebagai pemain muda, performa pemain bernomor punggung 12 ini cukup baik, meski masih banyak yang perlu dibenahi. Setelah berhasil meredam Wawan Febriyanto pada laga melawan PS Tira, Henhen akhirnya tidak berdaya melawan pemain selevel Esteban Vizcara. Dua gol yang bersarang di gawang I Made Wirawan pun bermula dari umpan silang dari sisi kanan pertahanan Persib Bandung.

Juru taktik Persib Bandung, Mario Gomez, tampak tidak bisa berbuat banyak dengan buruknya performa lini belakang Persib. Empat pemain yang bermain di dua pertandingan awal adalah komposisi terbaik yang dimiliki oleh tim pada musim ini. Level permainan para pemain pelapis dirasa masih tidak lebih baik dibanding kombinasi yang sudah diandalkan dalam dua pertandingan ini.

Memainkan Ardi Idrus, dan Al Amin Syukur Fisabillah akan menjadi perjudian bagi Mario Gomez. Sama halnya dengan opsi mengembalikan Supardi Nasir ke pos bek kanan, karena di posisi winger kanan Persib pun kekurangan pilihan yang berkualitas. Satu–satunya harapan adalah berharap Victor Igbonefo segera pulih dari cedera dan bisa senantiasa fit di sepanjang musim ini.

Musim ini memang masih begitu panjang, masih ada cukup waktu untuk staf pelatih membenahi performa para pemain Persib, terutama para pemain belakang. Jika tidak segera berbenah bukan tidak mungkin Persib akan terus menerus berkutat di zona bahaya pada musim ini.

Author: Daniel Fernandez (@L1_Segitiga)