Di sepak bola era modern seperti ini, semakin langka kita lihat satu klub sepak bola menggunakan pemain lokal jebolan produk akademinya sendiri, terlebih di klub besar dengan kemampuan finansial yang tinggi. Tuntutan untuk terus bersaing, baik dalam segi prestasi maupun harga jual klub terhadap publik, memaksa mereka untuk membeli pemain-pemain bintang yang sudah matang, dan mengabaikan pemain muda hasil akademinya sendiri.
Salah satu contohnya adalah Barcelona, yang memiliki akademi sepak bola terbaik di dunia dalam bentuk La Masia, belakangan ini memilih untuk membeli dua pemain, satu penyerang sayap dan satu playmaker dengan total harga lebih dari 200 juta euro. Praktis, jebolan akademi mereka yang saat ini rutin bermain di tim utama hanya pemain-pemain yang sudah berumur, macam Lionel Messi dan Andres Iniesta.
Meskipun begitu, tentunya ada kebanggaan tersendiri apabila di tim utama, terdapat satu atau dua pemain jebolan akademi. Tak perlu berbicara Barcelona yang memiliki pemain sekelas Messi dan Iniesta, sebab Arsenal pun begitu bangga dengan adanya Jack Wilshere di skuat utama mereka saat ini. Baik pendukung maupun manajemen di klub menganggap Wilshere sebagai putra daerah dan kapten di masa depan ketika ia diluluskan dari akademi ke tim utama. Sedihnya, saat ini keadaan tampak berbanding terbalik dengan ketika ia dipromosikan beberapa tahun lalu.
Saat ini, Wilshere hanya menjadi pemain yang digunakan secara sporadis oleh Arsene Wenger. Meski menggunakan nomor punggung 10, ia tak selalu dipercaya oleh manajer asal Prancis tersebut untuk mengendalikan lini tengah The Gunners. Cedera memang menjadi masalah yang tak pernah lepas darinya. Namun, ada kesan bahwa Wenger memang tak ingin memberikan harapan besar bagi pemain yang musim lalu dipinjamkan ke Bournemouth ini.
Ya, kontrak Wilshere bersama Arsenal akan segera habis di akhir musim ini, dan belum ada tanda-tanda dari manajemen klub, bahkan Wenger, untuk memperpanjang masa bakti sang pemain. Yang terjadi justru sebaliknya. Wilshere baru-baru ini mengaku kepada media bahwa Wenger tak akan menahannya untuk hengkang apabila ada klub lain yang menyodorkan kontrak kepadanya. Menurut pengakuan ayah dua anak ini, percakapan ini terjadi di bulan Agustus lalu ketika musim baru akan dimulai.
“Itu adalah percakapan yang jujur,” sebut Wilshere kepada Guardian.
“Ia (Wenger) berkata kepada saya, “Untuk saat ini, kami tak akan menawarimu kontrak baru. Apabila ada klub lain yang ingin mengontrakmu, dan kamu ingin pergi, kami akan merelakanmu.””
“Tentu saja saya merasa kesal atas perkataannya, namun saya juga sadar bahwa sebagian dari diri saya tahu hal ini akan terjadi. Apa yang saya butuhkan adalah kejelasan atas posisi saya di klub. Apa yang saya rasakan sesudah itu? Ini membuat saya berpikir. Ia berkata bahwa saya memiliki kesempatan apabila saya bertarung untuk posisi saya, dan tampil baik di Piala Carabao atau Liga Europa. Jadi saya memutuskan untuk memperkuat kebugaran saya.”
Berdasarkan apa yang ia utarakan kepada media, kita semua tahu bahwa Wilshere benar-benar mencintai Arsenal, selayaknya seorang tentara yang merelakan dirinya bagi negaranya. Sebagai seseorang yang menghabiskan hidupnya di Colney, markas latihan Arsenal, berat tentunya bagi Wilshere untuk memikirkan klub lain selain Arsenal.
Meskipun begitu, sudah tiba waktunya bagi dirinya untuk menerima kenyataan. Sudah saatnya ia mencari klub baru saat ini.
Ada beberapa alasan mengapa lebih bijak rasanya apabila Arsenal dan Wilshere saling merelakan satu sama lain untuk berpisah di akhir musim nanti. Yang pertama dan paling utama adalah gaji sang pemain yang begitu tinggi. Dilansir dari Total Sportek, gaji Wilshere saat ini berada di angka 90 ribu paun.
Untuk ukuran pesepak bola di Liga Primer Inggris, gaji Wilshere sebenarnya wajar, namun, pendapat kita tentunya berubah ketika melihat gajinya lebih tinggi ketimbang Laurent Koscielny dan Nacho Monreal, dua pemain inti di tim Arsenal saat ini. Gaji sebesar 90 ribu paun untuk seorang pemain cadangan tentunya terlampau tinggi, dan bisa dialokasikan untuk rekrutan baru atau sekedar menjaga struktur gaji yang lebih sehat.
Alasan kedua adalah performa Wilshere yang sepertinya akan mentok di situ-situ saja. Saat ini, umurnya sudah menginjak 26 tahun. Sudah lewat tujuh tahun yang lalu, ketika ia digadang-gadang sebagai kapten masa depan Arsenal setelah mencatatkan performa yang luar biasa ketika berhadapan dengan Barcelona di Liga Champions. Namun, performa Wilshere tujuh tahun lalu tampak lebih baik ketimbang saat ini, di saat permainannya seharusnya sudah matang.
Alasan terakhir adalah risiko yang terlampau besar untuk memberi kontrak jangka panjang kepadanya. Gooner tentunya paham betapa rentannya pria kelahiran Stevenage ini terhadap cedera. Bahkan, salah satu penyebab mengapa Wilshere tak mampu memenuhi potensinya adalah karena ia terlampau sering menghabiskan waktu di ruang perawatan. Meskipun di musim ini ia tampak jauh lebih fit, tak ada jaminan di masa depan apakah ia mampu konsisten seperti ini.
Memang, sulit rasanya melepas Wilshere, terlebih secara cuma-cuma. Ia tentunya bisa membantu mengisi kuota homegrown bagi Arsenal. Ia adalah figur yang populer di mata suporter, terlebih setelah ia mengungkapkan kebenciannya terhadap Tottenham Hotspur secara gamblang.
Namun, baik Arsenal maupun Wilshere tentunya wajib melangkah lebih jauh. Dan untuk mampu melangkah, berpisah sepertinya menjadi jalan terbaik yang bisa diambil.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket