Cerita

Perihal Ekspektasi terhadap David da Silva di Persebaya

Melalui laman resminya, klub yang baru saja promosi ke Liga 1, Persebaya Surabaya, mengumumkan kepada publik bahwa mereka telah merekrut penyerang berpaspor Brasil, David da Silva, guna mengarungi musim kompetisi kali ini.

Kendati menyebut perekrutan ini sebagai kejutan, publik sepak bola Indonesia sama sekali tidak kaget. Pasalnya, sedari beberapa waktu lalu nama da Silva, bersama Sylvano Comvalius (kini mentas bareng Suphanburi di Liga Thailand), memang dikaitkan terus dengan Bajul Ijo.

Teruntuk penggemar fanatik Persebaya, Bonek, masuknya da Silva sebagai amunisi baru tim kesayangan mereka di lini depan, kembali memunculkan pro dan kontra.

Pihak yang pro merasa yakin bahwa perekrutan da Silva merupakan langkah brilian sebab figur berusia 28 tahun ini, dianggap punya kemampuan cukup bagus sebagai penyerang. Tak peduli bahwa da Silva sempat mengalami kisah getir akibat kontraknya diputus oleh Bhayangkara FC lantaran gagal menunjukkan performa apik sepanjang pra-musim lalu.

Sementara mereka yang kontra menyebut jika keputusan memilih da Silva ketimbang Comvalius (kabarnya sedang tidak betah di Suphanburi), adalah blunder. Pasalnya, track record nama kedua jauh lebih mentereng karena saat memperkuat Bali United di Liga 1 musim 2017 lalu, ia sukses beroleh predikat pencetak gol terbanyak.

Tahun 2018 merupakan momen perdana da Silva merumput di Tanah Air. Sebelumnya, ia menghabiskan karier di sejumlah klub Brasil, Eropa, dan Timur Tengah. Mengacu pada perjalanan kariernya itu, wajib diakui jika da Silva masih butuh proses adaptasi untuk lebih mengenal seluk beluk sepak bola Indonesia.

Namun agak sial, ia dipastikan bergabung dengan Persebaya pada detik-detik akhir jelang bergulirnya Liga 1 2018 sehingga tak ada satu laga uji tanding pun yang bisa dimanfaatkan da Silva untuk mengetahui karakter rekan-rekan baru serta skema permainan Bajul Ijo. Praktis, hanya sesi latihan saja yang dapat dipergunakannya untuk melakukan adaptasi.

Berkaca dari hal tersebut, terasa cukup wajar apabila sejumlah Bonek meragukan kemampuan da Silva meski pihak manajemen meyakinkan mereka bahwa penyerang kelahiran Sao Paulo itu sesuai dengan kebutuhan tim. Keadaan sebaliknya, mungkin tidak berlaku andai Comvalius yang diboyong ke ibu kota Jawa Timur.

Terlepas dari rasa puas atau tidak yang menggelinding di dada Bonek, da Silva sudah pasti diikat. Tenaga dan kemampuannya bakal dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh sang pelatih, Angel Alfredo Vera, buat mempertajam sektor depan yang saat ini cuma diperkuat oleh Ricky Kayame dan Rishadi Fauzi.

Suka atau tidak, hal ini juga sebuah jawaban atas permintaan Bonek agar manajemen berkenan mendatangkan satu penyerang impor supaya tim dapat menunjukkan performa yang lebih gahar.

Maka dari itu, ada baiknya jika Bonek bersikap sewajarnya terkait da Silva. Dalam artian, tak perlu meletakkan ekspektasi kelewat masif di pundaknya lantaran sang pemain belum sepenuhnya teruji bersama Persebaya, bahkan di kancah sepak bola Indonesia. Andai yang bersangkutan gagal tampil baik, takkan ada rasa kecewa berlebih yang meledak.

Di sisi lain, tak membebani da Silva dengan harapan-harapan tinggi bisa saja memberi sang pemain keleluasaan untuk ‘menikmati’ setiap momen di Persebaya dengan lebih nyaman.

Maksudnya, ia dapat berlatih keras guna membuktikan diri seiring dengan makin banyaknya waktu yang ia peroleh untuk beradaptasi. Saat diturunkan pada laga resmi, da Silva pun dapat beraksi lebih lepas di atas lapangan.

Siapa tahu dengan proses adaptasi yang lebih intens, maksimal dan tanpa dibayangi ekspektasi, da Silva malah sanggup bertransformasi jadi penyerang ganas di kotak penalti seperti yang selama ini diidam-idamkan Bonek.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional