Dari awalnya mencetak 17 gol dalam 17 laga, kemudian hanya mencetak satu gol di 10 laga Serie A berikutnya. Dari awalnya membawa Inter tak terkalahkan di 16 laga, kemudian hanya berhasil memenangkan 2 dari 11 laga berikutnya. Dari yang awalnya membawa Inter menduduki posisi capolista, kemudian hanya berjuang mengejar tiket Liga Champions dengan sedikit tersengal-sengal. Itulah kiprah Mauro Icardi sejauh ini di Serie A musim 2017-18.
Tak bermaksud mengecilkan peran para pemain lain atau memuji Icardi secara berlebihan, namun peran striker asal Argentina itu terasa sangat vital, khususnya dalam perjalanan Inter di liga musim ini. Jika tak ada sumbangsih gol-golnya, entah sudah ada di posisi berapa Nerrazurri saat ini. Jangankan mengejar tiket Liga Champions, mengejar tiket Liga Europa bisa saja tak tergapai.
Itulah sebabnya terasa berbanding lurus saat Icardi sedang mandek mencetak gol, prestasi Inter pun menurun. Meskipun harus disadari, inkonsistensi Inter saat memasuki pertengahan musim sudah seperti hobi buruk yang terus berlangsung selama beberapa musim terakhir.
Memasuki giornata 29 Serie A menghadapi tuan rumah Sampdoria pada Minggu (18/3), kekhawatiran akan berlanjutnya tren negatif Inter kembali muncul. Apalagi, La Beneamata hanya berhasil mencetak satu gol dan satu poin saja dalam tiga lawatan terakhir mereka ke Luigi Ferraris. Namun nyatanya hal itu tak terjadi, dan semua itu berkat jasa Icardi.
Setelah melewati fase membosankan di 20 menit awal babak pertama, pertandingan menjadi lebih menarik. Menarik untuk Inter, namun tidak untuk Sampdoria. Karena setelahnya, laga berjalan satu arah. Dalam waktu tiga menit, ada tiga peluang yang tercipta untuk Inter, namun Ivan Perisic, Milan Skriniar, dan Rafinha gagal mengubahnya menjadi gol. Barulah di menit 25, usaha Inter berhasil. Mendapat umpan silang dari Joao Cancelo, Perisic berhasil mencetak gol lewat sundulannya, memanfaatkan kondisi kiper Emiliano Viviano yang terlalu maju dari gawangnya.
Icardi memang tak berperan dalam gol pertama Inter, namun tidak demikian dengan gol-gol setelahnya. Lima menit setelah gol Perisic, ia berhasil mencetak gol kedua Inter lewat sepakan penalti, setelah Rafinha dilanggar Edgar Barreto di kotak terlarang. Gol tersebut merupakan gol ke-100 baginya di Serie A sepanjang karirnya.
Puaskah ia? Tidak. Dua menit setelahnya, dalam posisi membelakangi gawang, ia masih bisa membobol gawang Viviano lewat sontekan backheel-nya yang indah. Tak puas sampai di situ, Icardi berhasil mencetak hat-trick di laga ini jelang babak pertama usai lewat sepakan kerasnya yang memanfaatkan bola muntah hasil penyelamatan Viviano atas sontekan Rafinha, yang juga bermain cemerlang di laga ini.
Icardi pun menggenapi perolehan golnya di laga ini menjadi empat buah di menit 52, memanfaatkan umpan silang Roberto Gagliardini. Puas dengan keunggulan lima gol, Lucano Spalletti pun menariknya di menit 66. Setelahnya, laga menjadi lebih santai. Inter tak begitu ngotot menambah gol, Sampdoria pun gagal mencari gol hiburan. Skor 5-0 untuk kemenangan Inter pun bertahan hingga laga usai.
Harus diakui, bobroknya pertahanan Sampdoria turut berjasa atas penampilan fenomenal Icardi di laga ini, namun striker hebat adalah striker yang mampu memanfaatkan situasi seperti itu menjadi keuntungan bagi timnya.
Di kota Genoa, Icardi mencatatkan gol debutnya di Serie A bersama Sampdoria. Di kota yang sama, Ia kembali mencatatkan sejarah dengan mencatatkan gol ke-100 di Serie A, yang ironisnya, melawan mantan klubnya.
Author : Adhi Indra Prasetya (@aindraprasetya)
Penggemar Juventus yang merasa dirinya adalah Filippo Inzaghi saat bermain bola