Cerita

Internazionale Milano: Keberuntungan dan Momen Penting untuk Mengubah Nasib

Keberhasilan Internazionale Milano mencatat hasil-hasil positif di sepanjang awal musim 2017/2018 tentu sebuah sinyal positif. Banyak kalangan yang menyebut bahwa Inter di bawah arahan Luciano Spalletti telah bangkit dari tidur panjangnya.

Meski begitu, beberapa pihak juga menilai bahwa rentetan hasil apik tersebut cuma keberuntungan belaka untuk La Beneamata. Disebut mujur, Spalletti menjadi sosok yang paling kentara resistensinya.

Andrea Ranocchia mungkin tidak beruntung saat menciptakan gol bunuh diri komikal akhir pekan lalu (18/2) saat berjumpa Genoa. Tapi, keseluruhan insiden tersebut menjadi representasi bagaimana performa Inter akhir-akhir ini. Selepas laga itu, Ranocchia mendesak La Beneamata supaya bermain lebih baik kala bertemu Benevento. Tapi sayangnya, itu tak ubahnya pemanis bibir belaka.

Spalletti sendiri tampak amat frustasi belakangan ini walau mengaku bahwa timnya sudah mengikuti semua instruksi yang ia berikan. Pernyataan itu terkesan aneh mengingat laju Inter di awal musim ini begitu luar biasa. Alhasil, ucapan sang allenatore terasa seperti pretensi yang berulang-ulang.

Eder Citadin bermain lebih dalam daripada yang biasa dilakukan oleh Mauro Icardi. Hal ini berhajalan cukup baik di sejumlah laga dan membuat para winger bisa bermain lebih taktis dan tak ragu melakukan cut inside.

Meski sanggup mendikte permainan, kreativitas yang miskin dan tak adanya sosok yang mampu jadi pengontrol ritme sekaligus menciptakan perbedaan, membuat Inter kebingungan setiap kali melakukan penetrasi di area pertahanan lawan. Para pemain terus bertukar umpan tapi gagal memberi ancaman berarti.

Baik Spalletti dan sang kiper, Samir Handanovic, merasa bahwa La Beneamata sudah kehilangan kehormatan. Mereka telah berupaya untuk membenahi detail-detail kecil yang sejatinya dibutuhkan agar menjadi lebih baik.

Akan tetapi, tak ada satupun pemain yang berani mengambil risiko kala beraksi di atas lapangan. Mereka terlalu takut untuk membuat kesalahan. Barangkali, situasi ini pulalah yang dapat menjelaskan kenapa permainan Inter semakin buruk kala tertinggal. Segala ketakutan untuk berbuat kesalahan itu bermetamorfosis menjadi rasa takut berlebihan terhadap kekalahan.

Tatkala Inter melaju kencang dan sejumlah orang merasa itu hanyalah keberuntungan, Spalletti tampak resah dan mencoba untuk membuktikan jika penilaian itu salah. Namun fakta bahwa La Beneamata kehilangan kepercayaan diri secara cepat dan menyeluruh, menunjukkan bahwa para penggawa Inter ‘cuma’ menunggangi keberuntungan saja di paruh pertama lalu.

Sekali saja mereka dihantam masalah, mereka tak tahu bagaimana cara terampuh untuk kembali ke trek yang benar. Laju mereka di beberapa laga terakhir menjadi bukti sahihnya. Menghadapi tim-tim yang di atas kertas lebih lemah seperti Crotone, SPAL, Bologna, dan Genoa, Handanovic dan kawan-kawan hanya mampu memetik lima poin dari dua belas poin yang tersedia.

Mungkin saja, hal terakhir yang Inter dan Spalletti butuhkan saat ini adalah pertandingan melawan Benevento yang baru saja mengalahkan Crotone akhir pekan lalu dengan cara yang dramatis (18/2).

Menang atas tim yang moralnya sedang bagus seperti Bacary Sagna dan kolega bisa menjadi titik balik untuk kondisi psikis Inter yang tengah muram sebelum mereka bertemu AC Milan dalam Derby Della Madonnina minggu depan (5/3).

Problem utama Inter adalah kesulitan mengimplementasikan skema permainan yang membuat mereka tampil impresif di paruh pertama musim secara sempurna. Kini, para pemain harus mengambil tanggung jawab secara kolektif untuk mencetak gol dan mengkreasikan peluang. Jangan sampai hal itu dibebankan hanya kepada satu atau dua orang tertentu saja.

Sebelum bertanding melawan Genoa, Spalletti sempat mengutarakan bahwa timnya terus berkembang tapi kini terjebak di jalanan penuh lubang yang ia harapkan selesai ketika memenangi partai kontra Bologna. Namun hasil negatif melawan Genoa membuat asa tersebut menguap begitu saja sebab performa apik La Beneamata cuma hangat-hangat tahi ayam.

Tujuan Inter sedari beberapa musim terakhir adalah finis di zona Liga Champions. Sekarang, mereka sudah terlempar dari area tersebut, nangkring di posisi kelima, kendati hanya berjarak dua poin dari AS Roma yang menempati posisi ketiga.

Harus diakui, klub yang berkandang di Stadion Giuseppe Meazza ini cukup mujur karena sejauh ini masih bisa bersaing dengan Roma dan Lazio guna memperebutkan jatah lolos ke Liga Champions karena sepasang tim ibu kota tersebut juga kerap mengalami inkonsistensi.

Kemenangan atas Benevento, terutama bila didapatkan dengan cara yang meyakinkan, serta Milan pada laga Derby Della Madoninna, akan mendongkrak kepercayaan diri Handanovic dan kawan-kawan secara masif sehingga dapat memenuhi target yang mereka sasar sebelum musim kompetisi dimulai.

Level permainan Inter yang sesungguhnya mungkin tidak seburuk catatan negatif mereka dalam kurun tiga bulan terakhir atau sehebat yang mereka tunjukkan pada awal musim. Namun satu yang pasti, tak ada lagi tempat untuk para pemain bersembunyi guna melontarkan dalih-dalih semu begitu mendapati hasil negatif.

Sepasang laga Inter ke depan, wajib mereka hadapi dengan karakter yang lebih kuat bila ingin bangkit dari keterpurukan dan menggapai target yang selama ini diincar.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional