Kolom

Membandingkan Dua Juru Gedor Terbaik Serie A: Mauro Icardi dan Ciro Immobile

Dari tahun ke tahun, perebutan gelar capocannoniere alias pencetak gol terbanyak di ajang Serie A merupakan hal yang sangat menarik untuk diikuti. Apalagi kompetisi yang satu ini dikenal sebagai liga yang sangat berat untuk barisan penyerang lantaran kultur sepak bola Italia yang identik dengan pola permainan defensif.

Dalam kurun beberapa musim pamungkas, terdapat dua juru gedor yang namanya acapkali diperbincangkan sebagai kandidat pencetak gol terbanyak. Semua itu diakibatkan oleh kemampuan mereka dalam membobol jala lawan. Kedua sosok itu adalah Mauro Icardi kepunyaan Internazionale Milano dan Ciro Immobile yang membela Lazio.

Pada musim lalu, Icardi dan Immobile sama-sama jadi salah satu pencetak gol terbanyak Serie A usai menyunting masing-masing 24 gol dan 23 gol. Koleksi mereka hanya kalah dari Edin Dzeko, Dries Mertens, Andrea Belotti, dan Gonzalo Higuain.

Sementara di musim ini, Icardi dan Immobile lagi-lagi berpacu sebagai kandidat pencetak gol terbanyak. Hingga pekan ke-19, kedua nama ini sedang memuncaki daftar capocannoniere lantaran sudah membukukan 17 gol dan 16 gol.

Walau sama-sama menjadi andalan tim yang diperkuatnya serta punya beberapa kesamaan, namun duo ini juga memiliki sejumlah perbedaan, utamanya dalam pendekatan permainan di atas lapangan hijau.

Disadari atau tidak, keduanya memiliki peran dan fungsi yang berlainan jenis meski tetap menjadi sumber gol utama klubnya. Setidaknya, hal tersebut bisa dilihat dari jumlah asis yang mereka sudah bukukan sampai saat ini.

Tujuh buah asis yang berhasil dibukukan Immobile berbanding terbalik dengan milik Icardi yang baru mengemas satu asis. Hal ini bermakna Immobile lebih superior dalam urusan menciptakan peluang bagi kawan-kawannya sekaligus bukti nyata jika ia sering dilibatkan dalam build-up permainan ketimbang Icardi.

Berkaca pada data statistik yang dihimpun via WhoScored, Immobile punya rataan umpan sebanyak 22,9 per laga dengan akurasi menembus 78,3 persen. Sementara Icardi cuma bikin 13,8 umpan per pertandingan di mana rasio keberhasilannya ada di angka 73 persen.

Bahkan jika membandingkan rataan dribel per laga, statistik Icardi jauh ketinggalan daripada milik Immobile. Nama pertama cuma mencatat 0,7 dribel per partai sementara figur kedua sukses menorehkan 1,9 dribel setiap laga.

Uniknya, statistik di atas juga memperlihatkan karakter berlainan dari masing-masing pemain. Immobile lebih banyak disuplai dengan umpan-umpan panjang yang dijatuhkan di belakang garis pertahanan tim lawan.

Immobile yang memiliki kekokohan tubuh dan kecepatan lari, dipaksa Simone Inzaghi, pelatih Lazio, untuk beradu fisik sekaligus berlari kencang mengejar bola. Entah sehabis itu Immobile akan mengeksekusi sendiri peluangnya atau justru mengirim asis kepada rekan-rekannya yang seketika datang dari lini kedua. Lewat pakem inilah Immobile banyak mencetak gol dan asis.

Sebaliknya, sejak ditukangi Luciano Spalletti, peran dan fungsi Icardi dalam build-up permainan Inter mengalami pengurangan yang amat signifikan. Pelatih berkepala plontos itu lebih banyak memanfaatkan pragmatisme penyerang asal Argentina itu sebagai senjata utamanya di depan jala lawan.

Serupa dengan Diego Milito, eks penyerang Inter era 2009-2014, Icardi merupakan predator alami di kotak penalti lawan. Dirinya punya insting mencetak gol tinggi, kesadaran posisional yang apik, dan kemampuan eksekusi yang luar biasa.

Sayangnya, dukungan yang kurang dari lini kedua bisa menjadi masalah tersendiri untuk Icardi. Andai rekan-rekannya seperti Antonio Candreva dan Ivan Perisic gagal mengirim umpan-umpan berbahaya yang memanjakan Icardi, maka sosok berumur 24 tahun ini bakal terisolasi di sektor depan.

Dengan postur 181 sentimeter, Icardi bukanlah penyerang tertinggi atau tercepat di Serie A. Bila rekan-rekan setimnya gagal memberi servis ciamik, bisa dipastikan jika Icardi akan sangat kesulitan. Kondisi ini tercermin dari jumlah gol yang dibuat sang kapten dalam lima partai Serie A terakhir yang dijalani Il Biscione.

Tak sama dengan Icardi, Immobile yang tinggi badannya mencapai 185 sentimeter alias lebih tinggi dan punya kecepatan yang lebih baik, jauh lebih mumpuni dalam urusan menciptakan peluang buat Gli Aquilotti.

Meski begitu, penyerang tim nasional Italia ini memiliki masalah dalam hal finishing dan juga mental yang tidak konsisten. Keberingasan Immobile dalam hal membobol gawang lawan baru akan terlihat jika Inzaghi memainkan pola yang mengandalkan serangan balik. Pasalnya, Immobile akan sangat kesulitan andai pemain belakang lawan menjaganya dengan sangat ketat dan menerapkan garis pertahanan rendah.

Berbeda dengan pendahulunya macam Frank de Boer atau Stefano Pioli yang membuat Icardi banyak terlibat dalam build-up permainan dan menghasilkan lebih banyak asis, Spalletti di musim ini cenderung memfokuskan alur serangan timnya dari sektor sayap lewat kedua winger-nya guna memanfaatkan kekuatan utama Icardi.

Baik Candreva di sayap kanan maupun Perisic di sebelah kiri, kerap melayani Icardi dengan begitu prima dalam sejumlah laga. Namun nahas, kedua nama ini tak mendapat dukungan mantap dari para fullback.

Sudah menjadi rahasia umum jika Il Biscione tak memiliki fullback jempolan yang pandai melakukan tusukan ke area depan atau menghasilkan umpan-umpan silang berbahaya sebagai opsi lain jika Candreva dan Perisic sedang tampil buruk. Hal ini akan terus menjadi masalah bagi Inter andai tak segera dicarikan solusinya.

Di sisi seberang, Inzaghi lebih banyak bergantung kepada keahlian timnya mengabsorbsi pressing ketat lawan dan memanfaatkan kecepatan Immobile dalam fase serangan balik kilat.

Dalam proses penciptaan peluang, Immobile sangat terbantu akan kehadiran dua gelandang tangguh, Luis Alberto dan Sergej Milinkovic-Savic. Nama pertama lihai dalam membuka celah di jantung pertahanan musuh lantaran punya visi bermain mumpuni, sedangkan sosok yang disebut belakangan hadir melalui daya ledak dan kekuatan yang bisa membuat lini belakang tim lawan kelabakan.

Tentu sangat menarik untuk memperhatikan secara seksama bagaimana Inter ataupun Lazio memaksimalkan masing-masing pendulang gol utamanya tersebut di sisa musim 2017/2018. Tak terkecuali, melihat pergerakan Il Biscione dan Gli Aquilotti di bursa transfer bulan Januari kali ini guna meningkatkan kelebihan sekaligus mereduksi kekurangan Icardi ataupun Immobile dalam permainan.

Author: Vilizar Yakimov (football-italia.net)
Penerjemah: Budi Windekind (@windekind_budi)