Cerita

Meninjau Nasib Vincent Kompany di Manchester City

Semenjak diakusisi oleh Abu Dhabi United Group pada tahun 2008 silam, kata belanja amat identik dengan Manchester City. Bagaimana tidak, nyaris di setiap bursa transfer pemain dibuka, mereka selalu memboyong penggawa anyar dengan harga fantastis.

Nama-nama seperti Sergio ‘Kun’ Aguero, Claudio Bravo, Kevin De Bruyne, David Silva, Raheem Sterling, hingga Kyle Walker didatangkan ke Stadion Etihad via kocek selangit.

Baru-baru ini, sepak terjang The Citizens perihal menguras isi rekening kembali muncul ke permukaan. Pemain belakang kepunyaan Athletic Bilbao, Aymeric Laporte, dipastikan bergabung ke kota Manchester usai klausul pelepasannya senilai 57 juta paun ditebus oleh City.

Buat pelatih The Citizens, Pep Guardiola, masuknya Laporte jelas memberi suntikan tenaga baru untuk barisan belakang. Terlebih, dengan usianya yang baru menginjak 23 tahun, Laporte bisa dimaksimalkan untuk jangka waktu satu dekade ke depan.

Namun di sisi lain, kehadiran sosok berpaspor Prancis itu juga membuat salah seorang bek City ketar-ketir sebab nasibnya bisa menjadi tanda tanya di masa yang akan datang. Figur yang saya maksud adalah sang kapten, Vincent Kompany.

Direkrut dari Hamburger SV medio 2008 kemarin dengan kocek sebesar 6 juta paun, Kompany merupakan salah satu bintang pertama yang dipilih The Citizens buat membangun dinastinya di kancah sepak bola.

Merintis kejayaan dari sebuah klub yang awalnya ‘bukan siapa-siapa’ adalah pekerjaan mahaberat dan penuh liku. Namun lewat semangat membara dan keinginan kuat, Kompany mengemban tugas itu dengan totalitas tinggi.

Selama tiga musim perdana membela City, Kompany selalu menjadi andalan di sektor pertahanan. Dirinya tak pernah bermain kurang dari 30 kali di setiap musim. Sebuah bukti jika keberadaan sosok asal Belgia ini amat krusial untuk perjalanan The Citizens, termasuk saat mencaplok Piala FA di musim 2010/2011. Gelar pertama mereka di bawah kepemilikan konglomerat Uni Emirat Arab!

Pentingnya figur Kompany sebagai tembok di lini belakang juga diakui oleh pembesut City medio 2009-2013, Roberto Mancini. Pria asal Italia tersebut  bahkan tak sungkan buat mendapuk Kompany sebagai kapten baru tim, menggantikan Carlos Tevez yang berulangkali mengungkapkan hasratnya untuk minggat dari Stadion Etihad.

Kepercayaan besar yang diletakkan di pundaknya justru membuat Kompany semakin terlecut untuk menampilkan performa terbaiknya saban beraksi di atas rumput hijau. Tak perlu heran kalau ia sanggup membawa City meraih gelar juara Liga Primer Inggris di musim 2011/2012.

Nahas buat Kompany karena di musim-musim berikutnya, ia justru semakin kerap absen lantaran dibekap cedera dengan masalah hamstring, otot, dan lutut jadi sumber utama absensinya. Bahkan untuk pertama kalinya sejak membela The Citizens, Kompany bermain kurang dari 25 laga di seluruh ajang pada musim 2015/2016 yang lalu.

Kondisi kebugaran Kompany yang senantiasa bermasalah dan mereduksi menit bermainnya, memaksa manajemen City untuk memutar otak. Alhasil, mereka pun berketetapan untuk memboyong bek-bek anyar ke markas latihan The Citizens. Martin Demichelis, Eliaquim Mangala, Nicolas Otamendi, John Stones, dan tentu saja Laporte, dicomot guna menambal lubang yang sering ditinggalkan Kompany akibat cedera.

Layaknya yang saya sebutkan di paragraf sebelumnya, ketika dalam kondisi terbaiknya, Kompany akan kembali dijadikan opsi utama di barisan belakang. Hal ini pula yang diperbuat Guardiola saat memulai kampanye The Citizens di musim 2017/2018.

Tapi harapan sang manajer untuk melihat Kompany selalu fit buyar usai pekan ketiga Liga Primer Inggris. Kompany lagi-lagi dihajar oleh cedera otot yang memaksanya menepi dalam kurun dua bulan.

Ketika sembuh dan coba diintegrasikan Guardiola ke dalam tim utama sekali lagi medio November silam, Kompany kembali masuk ruang perawatan setelah mengalami gangguan otot pada bulan Desember.

Situasi itu bikin Guardiola frustasi dan hilang kesabaran (sampai kemudian merekrut Laporte) meski tak sepenuhnya menyalahkan Kompany atas cedera yang silih berganti menghantamnya.

Usai pulih dari masalah otot dirasakan sang pemain, Guardiola yang paham betul kemampuan Kompany langsung menurunkannya di putaran keempat Piala FA melawan Cardiff City (28/1). Bermain penuh, Kompany sukses membawa City menang dengan skor 2-0 guna melaju ke ronde kelima Piala FA.

Akan tetapi, Kompany cuma mengisi bangku cadangan saat The Citizens bersua West Bromwich Albion pada lanjutan Liga Primer Inggris tengah pekan (31/1) kemarin.

Walau kemampuannya masih dinilai tinggi oleh Guardiola, nasib Kompany bisa saja tidak jelas per musim depan mengingat posisi bek tengah The Citizens saat ini dapat diisi secara bergantian oleh Laporte, Otamendi, dan Stones. Bila memperhitungkan pemain belakang muda lulusan akademi The Citizens, Tosin Adarabioyo, perebutan pos utama di jantung pertahanan City akan semakin sengit.

Masalah fisik adalah faktor utama yang dapat menentukan masa depan Kompany bersama City. Tidak menutup kemungkinan jika kesebelasan yang berdiri pada tahun 1894 itu bakal melegonya selagi bisa dalam waktu dekat, mengingat masa bakti pemain berumur 31 tahun itu di Stadion Etihad cuma tinggal 18 bulan alias berakhir pada Juni 2019 mendatang.

Sialnya, menemukan tim yang bersedia menampung Kompany juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Riwayat cederanya yang begitu akut pasti akan selalu jadi bahan pertimbangan sebelum manajemen suatu klub memutuskan untuk mendatangkannya.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional