Cerita

Olivier Giroud dan Nasib Para Penyerang Chelsea yang Datang di Musim Dingin

Kisah trilogi drama yang terjadi antara Arsenal, Borussia Dortmund, dan Chelsea di hari penutupan bursa transfer musim dingin berakhir bahagia bagi masing-masing tim, setidaknya saat ini. Hal ini terjadi setelah pertukaran pemain di antara ketiganya resmi dilakukan, dengan kubu The Gunners menjadi pihak yang paling banyak mengeluarkan uang kali ini.

Beredarnya foto-foto Pierre-Emerick Aubameyang berseragam Arsenal, Batshuayi yang memegang seragam Dortmund, serta Oliver Giroud yang memegang seragam Chelsea di situs-situs olahraga terkenal, menjadi bukti sahih saga transfer yang sekilas terlihat seperti anak kecil bertukar koleksi mainan ini.

Khusus untuk Chelsea, kedatangan Giroud ke Stamford Bridge tentu menimbulkan pertanyaan tersendiri. Apakah Giroud mampu menggeser Alvaro Morata sebagai penyerang utama, seperti keinginannya? Namun yang paling penting, apakah Giroud mampu nyetel dengan cepat dan membuktikan ia adalah pembelian tepat, bukan kepepet? Pasalnya sejak era Roman Abramovich, Chelsea terhitung jarang membeli pemain di bursa transfer Januari, khususnya yang bernaluri menyerang.

Seiring waktu, semua pertanyaan itu akan terjawab. Namun ada baiknya Giroud melihat ke belakang bagaimana kiprah para pemain depan ternama The Blues yang datang di musim dingin.

Nicolas Anelka (Januari 2008, dari Bolton Wanderers)

Penyerang pertama di era Roman Emperor yang datang di musim dingin, dan mungkin yang paling sukses di antara yang lainnya, setidaknya dari jumlah raihan trofi, gol, asis, dan menit bermain yang ia peroleh. Meski kegagalan penaltinya membuat Chelsea kalah di final Liga Champions 2008, namun ia menjadi protagonis di musim 2009/2010, saat Chelsea meraih double winners.

Ricardo Quaresma (Januari 2009, dari Internazionale Milano)

Entah apa alasan Chelsea meminjam Quaresma yang dijadikan ban serep oleh Jose Mourinho di Inter. Mungkin mereka berharap performa gemilang Quaresma saat di Porto kembali muncul. Harapan yang palsu, karena ia juga tak dipakai oleh Luiz Felipe Scolari ataupun Guus Hiddink. Selama 6 bulan berseragam The Blues, ia hanya ‘berhasil’ bermain selama 176 menit dan membuat 1 asis.

Fernando Torres (Januari 2011, dari Liverpool)

Golnya ke gawang Barcelona di semifinal Liga Champions 2012 akan selalu diingat suporter The Blues seumur hidup. Meski begitu, sulit menyebut Torres sebagai legenda. 50 juta oaun terasa mahal bila melihat kiprahnya selama bermain di London lalu membandingkan jumlah golnya saat di Liverpool. Hijrah ke AC Milan yang medioker pada musim panas 2014 seperti penegas bahwa ia sudah habis.

Demba Ba (Januari 2013, dari Newcastle United)

Datang dengan catatan 13 gol dalam 20 pertandingan liga di paruh pertama musim 2012/2013, Ba gagal mengulang performa yang sama bersama The Blues. Satu setengah musim di Stamford Bridge, ia hanya mencetak 14 gol dalam 51 partai di seluruh kompetisi. Meski begitu, golnya ke gawang Liverpool pada 27 April 2014 menjadi hal yang tak terlupakan seumur hidup, setidaknya bagi Steven Gerrard.

Mohamed Salah (Januari 2014, dari Basel)

Entah ia tak mampu beradaptasi atau Jose Mourinho yang tak tahu cara memakai talentanya, Salah yang bermain cemerlang di Basel hanya diberikan peran figuran di Chelsea. Setahun bersama Chelsea, ia hanya tampil 19 kali, mencetak 2 gol dan 4 asis. Ia pun akhirnya dipinjamkan ke Fiorentina, lalu hijrah ke AS Roma dan saat ini bermain bagi Liverpool. Di tiga klub tersebut, Salah menjadi bintang.

Juan Cuadrado (Februari 2015, dari Fiorentina)

Tiba di Chelsea sebagai bagian pertukaran dengan Salah, nasib mereka pun juga bertukar. Cuadrado yang tadinya bermain gemilang bersama Fiorentina, akhirnya menjadi penghangat bangku cadangan Chelsea. Meski meraih dua trofi di akhir musim 2014/2015, namun semua orang tahu bahwa ia hanya ‘numpang lewat’ di sana. Ia hanya bertahan 6 bulan di London sebelum Juventus merekrutnya.

Author: Adhi Indra Prasetya (@aindraprasetya)
Penggemar Juventus yang merasa dirinya adalah Filippo Inzaghi saat bermain bola