Setelah masa-masa kejayaan Ashley Cole redup, Inggris hampir tak punya bek kiri yang bisa selalu diandalkan. Dari Wayne Bridge, hingga Kieran Gibbs, Inggris baru menemukan bek kiri yang “paten” dalam diri Danny Rose. Penantian panjang itu, bisa saja segera berakhir setelah Ryan Sessegnon menyita perhatian.
Bek kiri milik Fulham ini seperti tengah menjulurkan tangan, meraih dagu klub-klub besar, dan memaksa mereka menoleh untuk menatapnya lekat-lekat. Penampilan yang begitu dewasa, melebihi usianya sendiri, nama Sessegnon menghiasai hanyak media-media di Inggris. Ia baru berusia 17 tahun, namun sudah terlihat seperti veteran.
Sessegnon memang belum bermain di divisi tertinggi Inggris. Saat ini, Fulham bertarung di Divisi Championship, divisi dua di piramida liga Inggris. Jangan salah, divisi dua Liga Inggris tak kalah ketat dibandingkan Liga Primer Inggris. Bahkan, corak permainannya cenderung lebih keras, dengan kontak fisik yang sangat intensif.
Di usianya yang baru 17 tahun, Sessegnon seperti bermain di kebun belakang rumah ketika tampil Bersama Fulham. Saat ini, bek kiri dengan tinggi badan 178 sentimeter tersebut memuncaki daftar statistik Fulham.
Sessegnon menjadi pemain yang paling sering tampil (29 kali), dengan catatan menit terbanyak (2.586 menit), mencetak paling banyak gol (11), dan memegang catatan asis kedua terbanyak (4). Jika dirata-rata, kontribusi Sessegnon mencapai 32,6 persen dari total 46 gol yang dicetak oleh Fulham selama musim 2017/2018.
Catatan di atas sudah cukup untuk menjadi penegasan pun alasan kuat mengapa begitu banyak klub besar yang sudah menyatakan tertarik untuk memboyong Sessegnon. Deretan klub pemiat berbaris mulai dari Tottenham Hotspur, Manchester United, Chelsea, Real Madrid, dan Paris Saint-Germain. Maka masuk akal apabila Fulham sudah berani menetapkan banderol di angka 30 juta paun.
Memboyong Sessegnon di bulan Januari memang masuk akal lantaran mumpung banderolnya “hanya” 30 juta paun. Di musim panas nanti, bisa jadi, kelima klub di atas akan bersaing dengan peminat baru, dan bertarung di bursa transfer dengan harga jual melonjak, minimal, menjadi 40 juta paun. Namun lantaran harga-harga di bursa transfer saat ini memang agak sulit dinalar, harga tersebut bukan masalah yang terlalu pelik. Investasi barang bagus tentu langkah yang bijaksana.
Ketika Sessegnon berpikir
Posisi asli Sessegnon adalah bek kiri. Namun, lantaran didukung kemampuan menyerang yang sangat menonjol, ia bisa bermain sebagai sayap kiri, bahkan penyerang sayap sebelah kiri. Kemampuan dan posisi bermain ini sama seperti Gareth Bale muda, ketika membela Tottenham Hotspur. Dengan penanganan yang pas, apakah Sessegnon bisa sebagus Bale? Kita simpan pertanyaan ini untuk masa depan.
Sisi menyerang Sessegnon sangat menonjol. Bagaimana spesifiknya?
Bek dengan nomor punggung tiga ini punya teknik olah bola yang sangat apik, meskipun memang masih terasa kasar. Seiring menit bermain dan variasi lawan, kelebihan ini akan semakin tajam. Ada satu kelebihan yang menarik dari cara menggiring Seseegnon. Supaya lebih jelas, perhatikan video di bawah ini dengan teliti:
https://www.youtube.com/watch?v=WLDsvGDQi34
Caranya menekuk kaki untuk keeping bola memang tak ada yang istimewa. Yang justru menarik adalah caranya merespons pergerakan lawan sebelum menggeser bola. Pergerakan dalam yang terjadi dalam waktu sekejap ini sudah dipersiapkan Sessegnon sebelum ia bergerak. Ia tidak akan bergerak, sebelum memastikan arah gerak lawan.
Ada banyak cara untuk menyiapkan cara ini, yang paling mudah adalah feint dengan pergerakan bagian tubuh sebelah atas, atau lebih spesifik: pundak. Cara ini memang lebih mudah dan umum dipraktekkan ketimbang cara Lionel Messi mengecoh lawan dengan perubahan lutut secara tiba-tiba.
Mengapa aksi sederhana ini menjadi spesial? Karena ini menunjukkan Sessegnon bermain dengan berpikir. Ingat, Sessegnon masih berusia 17 tahun! Kebanyakan pemain muda, di bawah usia 18 tahun, bermain dengan insting yang dominan. Kesadaran proses berpikir ini sangat penting bagi perkembangan Sessegnon ke depan, terutama apabila bertemu dengan pelatih yang tepat.
Proses berpikir Sessegnon kedua adalah ketika ia bertahan dalam situasi satu lawan satu. Ia menguasai Teknik dasar bertahan satu lawan satu, yaitu jangan menerjang. Dengan tidak menerjang, Sessegnon bisa membaca arah yang diambil lawan dan mengantisipasinya. Catatan penting: bertahan adala proses paling sulit dalam sepak bola, dan Sessegnon sudah menguasai dasar yang diperlukan.
Proses berpikir yang paling istimewa dari Sessegnon adalah penempatan dirinya sebagai bek sayap modern. Salah satu alasan Sessegnon bisa mencetak gol adalah posisinya di dalam kotak penalti dan dekat dengan gawang. Kembali, perhatikan video di atas dengan seksama.
Akan terlihat, beberapa kali, Sessegnon berdiri di halfspace kiri dan cukup dekat dengan area tengah, bukan condong ke sisi sayap. Posisi ini memudahkannya untuk, pertama, menggiring bola masuk ke kotak penalti, mengirim umpan silang, atau melepas tembaka. Halfspace memang ruang strategis dalam sepak bola dan Sessegnon sudah paham cara mengeksloitasinya.
Mengapa seorang pesepak bola, yang masih muda dan mau berpikir harus mendapatkan pujian? Karena banyak pemain senior yang dengan mudah kehilangan fokus dan tidak berpikir jernih di tengah situasi yang tidak menguntungkan.
Sessegnon sudah menunjukkan kedewasaan sepak bola di usia 17 tahun! Mengerikan!
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen