Eropa Inggris

Jonny Evans dan Rencana Jangka Pendek Arsenal

Dua rencana Arsenal terkait transfer sudah dan hampir mencapai kesimpulan. Setelah menyelesaikan penjualan Alexis Sanchez dan mendatangkan Henrikh Mkhitaryan, The Gunners mendekati Pierre-Emerick Aubameyang. Kini, setelah negosiasi Aubameyang memasuki tahap lanjut, Arsene Wenger mengalihkan fokus untuk membeli Jonny Evans.

Sejak bulan Desember yang lalu, rencana Arsenal di bursa transfer memang semakin mengerucut. Pertama, memastikan masa depan Alexis Sanchez. Kedua, membeli penyerang sayap yang baru untuk menggantikan Alexis. Ketiga, apabila sempat, memperkuat lini belakang. Untuk lini vital ini, nama Jonny Evans menjadi favorit.

Mengapa lini pertahanan? Sebab Arsenal punya salah satu lini depan paling kreatif di liga. Ketika bermain di level terbaik, Arsenal hampir selalu membuat peluang matang. Apakah menjadi gol, itu soal lain. Namun, ketika lini depan sudah tampil cukup apik, lini pertahanan juga hampir selalu kedodoran ketika menghadapi lawan yang sangat baik mempraktikkan serangan balik.

Memang, soal bertahan ini tak melulu soal komposisi pemain saja. Dibutuhkan cara yang benar-benar matang untuk mencegah lawan bias membuat peluang. Dan setidaknya hingga 10 tahun yang lalu, The Gunners selalu bermasalah dengan cara bertahan. Namun memang, di samping cara bermain, keberadaan pemain yang tepat juga krusial.

Artinya adalah, antara ide pelatih dan pemain harus sama-sama menyatu. Keduanya tak bisa dipisahkan. Keduanya harus diperdebatkan dalam satu konteks bernama sebuah tim. Oleh sebab itu, rencana Arsenal di bulan Januari ini juga mendatangkan satu bek baru. Secara spesifik, pos bek tengah yang difokuskan.

Tentu masalah selalu ada untuk mengganjal rencana Arsenal ini. Untuk membeli bek tengah berkualitas di bulan Januari, hampir semua klub harus “membobol tabungan”. Harga pasti akan melonjak. Peminat pasti akan dan sangat mungkin bertambah. Maka, salah satu strategi adalah mendatangkan satu bek tengah yang tak banyak diminati dan berharga murah. Meskipun memang, atribut yang mengikuti akan menyesuaikan.

Misalnya: pertama, Arsenal tak bisa mendatangkan bek muda potensial karena situasi di atas. Kedua, Arsenal tak bisa membeli bek matang yang menjadi pilihan utama di klub besar. Melepas pemain andalan di pertengahan kompetisi tentu tak ideal. Karena situasi-situasi di atas, maka nama Jonny Evans yang menyeruak.

Jonny Evans, yang masih terikat kontrak dengan West Bromwich Albion hingga Juni 2019 ini sudah berusia 30 tahun. Mengingat usianya, maka Evans adalah rencana Arsenal untuk jangka pendek. Istilahya strategi dadakan untuk keperluan menambal.

Mengapa jangka pendek?

Seperti yang sudah ditegaskan di awal, membeli bek muda potensial dengan rentang usia 19 hingga 23 tahun, akan sangat sulit di bulan Januari. Jika memang “harus membeli”, Arsenal harus menyediakan dana di atas 50 juta paun. Misalnya seperti Manchester City yang akan memboyong bek Athletic Bilbao, Aymeric Laporte dengan harga 65 juta euro.

Apakah Arsenal tak mungkin mengeluarkan dana sebesar itu? Mungkin saja. Namun, karena harus membagi fokus dengan membeli Aubameyang, Arsenal harus bersiasat untuk membelanjakan bujet belanja pemain. Seperti diketahui, tawaran Arsenal untuk penyerang Borussia Dortmund tersebut sudah mencapai 60 juta euro.

Di sinilah, rencana Arsenal memboyong Jonny Evans menjadi sangat masuk akal. Bagaimana soal kemampuan? Evans memang bukan bek yang “terdengar mewah” di telinga Gooner sedunia. Nama Evans tak memberi orgasme telinga ketika dibandingkan, misalnya, Arsenal mencoba memboyong Raphael Varane atau Kostas Manolas.

Evans adalah bek yang dibutuhkan Arsenal, terutama dari sisi pengalaman. Ia pernah merasakan juara Liga Primer Inggris dan Liga Champions bersama Manchester United. Sangat mengenal cara membangun kepercayaan diri di tengah liga yang berat. Dan yang paling penting, harga jual Evans “sangat murah”. Saat ini, tawaran Arsenal untuk Evans adalah 10 juta paun, ditambah Mathieu Debuchy untuk West Brom.

Setelah Per Mertesacker pensiun di musim panas, keberadaan bek senior akan sangat penting untuk “bek-bek muda Arsenal” yang celakanya, tak kunjung matang. Rencana Arsenal untuk jangka pendek ini akan menguntungkan bagi Rob Holding dan Calum Chambers. Dua bek asal Inggris ini seharusnya sudah bisa diandalkan. Namun kenyataannya, justru inkonsistensi yang mereka sajikan.

Chambers dan Holding adalah rencana Arsenal untuk jangka panjang, seharusnya. Oleh sebab itu, ketika akan dijadikan pilar untuk masa depan, frasa “tidak konsisten” harus disepak jauh-jauh. Belajar dari Evans adalah cara cepat, cara mudah. Tentunya selain kemungkinan dipinjamkan ke klub lain apabila Evans kelak datang.

Rencana jangka pendek tak selamanya buruk. Keputusan memang harus diambil dalam waktu yang rapat. Yang penting adalah rencana tersebut tetap dipikirkan secara mendalam dan mempertimbangkan banyak sisi. Meski waktunya mepet, grusa-grusu, terburu-buru, tak bisa ditoleransi.

Dan yang bisa dilakukan pendukung Arsenal hanya ada tiga: beri kritikan ketika bermain buruk, berikan apresiasi ketika sudah tampil baik, dan doakan yang terbaik untuk setiap keputusan klub.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen