Eropa Inggris

Menyelisik Potensi Henrikh Mkhitaryan di Dalam Skuat Arsenal

Kerja panjang memboyong pemain hanya satu riak kecil dari sebuah usaha klub memperbaiki skuat. Kerja yang tak kalah panjang, lagi melelahkan, adalah mengintegrasikan si pemain ke dalam skuat. Apalagi, ketika di dalam skuat, terdapat pemain-pemain berkualitas yang bermain apik. Kerja panjang itulah yang akan dihadapi Arsenal ketika mengintegrasikan Henrikh Mkhitaryan.

Kerja panjang maupun pendek memang relatif. Proses adaptasi menjadi kunci. Apabila adaptasi berjalan lancar, proses integrasi bisa berjalan dengan cepat. Tantangan akan muncul ketika proses adaptasi membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Menjadi lebih pelik lagi ketika si pelatih dituntut untuk segera bisa mengeluarkan kemampuan terbaik si pemain baru.

Gambaran itulah yang akan dihadapi Arsene Wenger ketika Henrikh Mkhitaryan mulai berlatih di London Colney. Datang di pertengahan musim, secara tak langsung membawa mandat “menggantikan Alexis Sanchez”, pemain asal Armenia tersebut diharapkan langsung bisa kawin dengan skuat The Gunners.

Namun, tentu saja, harapan itu akan bisa terkabul ketika si pelatih bisa menemukan komposisi dan pendekatan yang tepat. Menengok kembali masa-masa indahnya bersama Borussia Dortmund, Mkhitaryan bisa diintegrasikan ke dalam dua skema yang selama ini digunakan oleh Wenger.

Integrasi ke 3-4-2-1

Thomas Tuchel, ketika masih menangangi Dortmund dan Mkhitaryan, pernah menggunakan skema dasar 5-4-1, salah satunya ketika melawan Bayern München (tanggal 5 Maret 2016).

Saat itu, ketika tengah melakukan progresi serangan dan bola berada di kaki bek tengah, Dortmund membentuk skema 3-4-2-1. Mkhitaryan sendiri mengokupansi sisi kanan. Ingat, meski berada di sisi kanan, Mkhitaryan tidak bekerja sebagai pemain sayap murni. Ia banyak bergerak ke dalam, baik dengan atau tanpa bola. Perhatikan ilustrasi di bawah ini:

Meski berada di sisi kanan, Mkhitaryan banyak berposisi awal (starting point), bergerak ke, dan mengeksploitasi halfspace. Mengapa harus halfspace?

Mkhitaryan adalah jenis pemain dengan intelegensia tinggi, terutama ketika sudah berhubungan dengan eksploitasi ruang. Ketika berposisi di tengah, Mkhitaryan dapat dengan mudah bergerak dengan bola di kakinya, masuk ke ruang antar-lini lawan untuk menemukan ruang yang ideal untuk progresi. Olah bolanya di atas rata-rata, dengan pressing resistance yang tinggi.

Sedikit penyesuaian dilakukan Tuchel untuk mengatasi keterbatasan ruang ketika Mkhitaryan bermain di sisi kanan. Karena keberadaan garis tepi, ruang gerak Mkhitaryan menjadi terbatas. Oleh sebab itu, halfspace adalah ruang yang cocok sebagai titik awal ia bergerak. Namun dengan catatan: harus ada pergerakan agresif dari bek sayap yang naik untuk mengisi ruang yang ditinggalkan Mkhitaryan di sisi sayap.

Dari grafis di atas terlihat Erik Durm naik secara cepat ketika bek tengah sebelah kanan menguasai bola. Secara simultan, Mkhitaryan bergerak ke sisi dalam (center) ketika ia menerima bola. Jika Durm tidak bergerak, pemain lawan akan bisa fokus mengejar Mkhitaryan. Sehingga, Dortmund akan kehilangan proses masuk ke sepertiga akhir lapangan menggunakan Mkhitaryan.

Berikut video eksekusinya:

https://twitter.com/TomPayneftbl/status/706408590756724736

Jika pendekatan ini diterapkan oleh Wenger, Hector Bellerin harus benar-benar waspada dengan sirkulasi bola dan pergerakan Mkhitaryan. Untungnya, kebiasaan bek sayap Arsenal sendiri mendukung pendekatan ini. Dua bek sayap Arsenal, ketika masuk ke transisi menyerang, biasanya akan naik lebih tinggi untuk menyediakan width, baik ketika menggunakan skema empat maupun tiga bek tengah.

Oleh sebab itu, seharusnya, Mkhitaryan akan lebih mudah diintegrasikan ke dalam skuat Arsenal apabila menggunakan pendekatan 3-4-2-1. Satu catatan lagi, situasi yang sama juga bisa terjadi di sisi kiri karena Mkhitaryan sendiri bisa bermain di semua posisi gelandang menyerang. Penyesuaian tinggal dilakukan, baik ketika Ainsley Maitland-Niles, Sead Kolasinac, maupun Nacho Monreal yang bermain.

Baik Ainsley, Kolasinac, maupun Monreal punya spesifikasi kemampuan yang berbeda. Pun, persepsi ketiganya akan sirkulasi bola dan kewaspadaan akan pergerakan kawan, tentu berbeda pula. Di sinilah tantangan berada.

Integrasi ke 4-3-2-1 dan 4-2-3-1

Ketika melawan Crystal Palace, Wenger menggunakan pendekatan yang menarik, yaitu kembali ke skema empat bek, dengan skema spesifik 4-3-2-1 dan 4-2-3-1.

Menggunakan tiga gelandang tengah dan dua gelandang serang, Arsenal bisa bermain sangat cair. Tiga gelandang tengah diisi Mohamed Elneny, Granit Xhaka, dan Jack Wilshere. Sementara itu, dua gelandang serang diisi Alex Iwobi dan Mesut Özil. Di posisi mana Mkhitaryan akan bermain?

Di atas kertas, Mkhitaryan adalah upgrade dari Iwobi. Mkhitaryan lebih matang dari sisi pengalaman, kemampuan teknis, dan persepsinya akan ruang. Oleh sebab itu, dapat dengan mudah disimpulkan Mkhitaryan akan bermain di sisi kiri, bersandingan dengan Özil.

Perubahan-perubahan yang menarik, salah satunya adalah pertukaran posisi antara Özil dan Wilshere. Bahkan, Xhaka pun berposisi lebih tinggi ketimbang Elneny, dengan beberapa kali masuk ke kotak penalti. Pendekatan yang sama, 4-3-2-1 ini, bisa diterapkan menggunakan dan bahkan bisa memaksimalkan Mkhitaryan ketika menggantikan Iwobi.

Begini asumsi yang bisa terlihat:

Apa yang bisa pembaca asumsikan dari ilustrasi di atas?

Keberadaan Özil dan Wilshere yang punya kemampuan mempertahankan bola di ruang sempit, memungkinkan Arsenal menarik blok lawan ke sisi bola. Oleh sebab itu, Mkhitaryan, di sisi jauh, hanya akan dijaga oleh satu pemain. Menggunakan kelebihan jangkauan umpan Xhaka, Arsenal bisa dengan mudah memindahkan bola ke sisi lain di mana Mkhitaryan berada.

Mkhitaryan punya kemampuan satu lawan satu yang sangat baik. Memberinya situasi seperti ini akan memberi akses bagi Arsenal untuk masuk ke kotak penalti. Pendekatan ini disebut juego de posicion, yaitu meng-overload satu sisi lapangan lalu memindahkan penguasaan bola ke sisi lain yang lebih terbuka.

Selain 4-3-2-1, Mkhitaryan juga bisa berposisi di belakang penyerang. Justru, ketika bermain di belakang penyerang inilah, Mkhitaryan bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ruang yang lebih luas, tanpa batasan garis tepi, membuat Mkhitaryan bisa dengan leluasa bergerak, bahkan ketika ditekan lebih dari satu pemain lawan.

Keuletannya mempertahankan bola, kejelian mengirim umpan terobosan, dan melepas tembakan jarak jauh, akan semakin maksimal ketika ia berposisi sebagai #10. Lantas, siapa yang akan dikorbankan ketika Mkhitaryan bermain sebagai #10?

Pertanyaan penting perlu pembaca jawan: apakah pemain di sisi lapangan harus selalu pemain sayap dengan akselerasi tinggi dan kemampuan melepas umpan silang? Jika pembaca menjawab “Ya”, maka seharusnya Arsenal tak melepas Theo Walcott. Jika pembaca menjawab “Tidak”, maka akan banyak kemungkinan yang terbuka.

Özil adalah salah satu #10 terbaik di dunia. Namun, jika pembaca menonton pertandingan Arsenal melawan Crystal Palace dengan jeli, Özil tak hanya berposisi di belakang penyerang. Ia justru banyak berposisi lebih dalam ketimbang Xhaka dan Wilshere. Pun, Özil tak masalah bermain di sisi lapangan (okupansi halfspace), asal dengan pendekatan pelatih yang tepat.

Tak hanya Özil, pemain Arsenal lainnya, seperti Wilshere dan Ramsey, bisa bermain di sisi lapangan. Ramsey pernah memerankan peran wide-midfielder dengan sangat baik. Wilshere akan sangat berguna di sisi lapangan ketika Arsenal BERMAIN seperti ketika melawan Palace: pergerakan pemain yang kaya, umpan kombinasi cepat satu-dua, dan memanfaatkan third-man run untuk masuk ke kotak penalti.

Dengan cara bermain seperti ini, Wenger akan memiliki banyak opsi hanya dengan menambah satu pemain saja: Mkhitaryan.

Mkhitaryan adalah team player, sebuah kelebihan yang gagal dimaksimalkan Jose Mourinho. Tugas Wenger memang tidak mudah, mulai dari menemukan pendekatan yang tepat, hingga menjaga suasana hati Mkhitaryan sendiri. Kerja panjang belum akan memendek. Untuk saat ini, silakan nikmati parade kejeniusan Mkhitaryan:

https://twitter.com/6O945/status/955197530563850241

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen