Hanya dengan menambah satu pemain saja, ada begitu banyak opsi yang tersedia untuk Arsene Wenger. Pada tulisan bagian 1, saya membuat dua asumsi terkait cara mengintegrasikan Henrikh Mkhitaryan ke dalam skuat Arsenal. Bagian 2 ini akan menyajikan dua asumsi lagi yang bisa dipilih oleh Wenger.
Untuk menyegarkan ingatan pembaca, silakan simak kembali tulisan bagian 1 di sini. Berikut dua asumsi lagi yang secara logika bisa dimaksimalkan:
Integrasi ke skema 4-3-3
Jika sudah membaca tulisan bagian 1, pembaca akan menemukan ulasan bahwa Mkhitaryan bisa diintegrasikan ke dalam skema 4-3-2-1 dan 4-2-3-1. Sebenarnya, dua skema tersebut merupakan dua turunan dari skema 4-3-3. Hanya saja, pada tulisan bagian 1, saya menempatkan Mkhitaryan sebagai gelandang serang di tiga posisi; kanan, tengah, dan kiri.
Untuk asumsi skema 4-3-3, Mkhitaryan juga bisa dimaksimalkan oleh Wenger sebagai gelandang sentral. Asumsi ini sekaligus sebagai sebuah usaha dangkal untuk menjawab pertanyaan: apakah Mkhitaryan bisa menggantikan Santi Cazorla?
Baca juga: Memikirkan Pengganti Santi Cazorla: Bukan Tentang Siapa
Ada dua hal besar yang perlu dipahami terlebih dahulu. Pertama, soal memaksimalkan kelebihan pemain. Kedua, soal kondisi skuat yang ada. Dua hal besar ini menjadi pokok asumsi integrasi ke dalam skema 4-3-3.
Soal memaksimalkan kemampuan pemain, artinya berbicara kemampuan individu secara spesifik. Santi Cazorla adalah pesepak bola yang komplet. Ketika belum banyak menderita cedera, Cazorla hampir bisa bermain di semua posisi di lini tengah dan depan kecuali penyerang. Mulai dari gelandang bertahan, sentral, serang, hingga penyerang sayap.
Kemampuan individu yang dapat dikejar oleh mata adalah teknik olah bola di ruang-ruang sempit dan teknik umpan yang brilian. Yang jarang dikejar oleh mata adalah visi bermainnya. Visi ini yang membuat Cazorla bisa ditempatkan sebagai gelandang bertahan dengan peran deep playmaker.
Intinya adalah kemampuan playmaking ketika ia berposisi sebagai gelandang paling dalam, ditemani satu gelandang bertahan ortodok. Lantas, apalah visi Mkhitaryan kalah jauh dibandingkan Cazorla? Tentu sulit membandingkannya. Namun yang jelas, melihat kemampuan individu secara spesifik, Mkhitaryan bisa saja bermain sebagai gelandang sentral, dalam formasi 4-3-3, namun dengan peran atau tugas yang tak kalah spesifik.
Peran yang dimaksud adalah peran offensive #8. Peran ini sama seperti peran ideal untuk Aaron Ramsey. Offensive #8 adalah pemain dengan starting point seperti gelandang serang, dengan ruang gerak vertikal yang dominan, lebih banyak mendekat ke kotak penalti lawan, dengan tugas bertahan yang minimal.
Berikut gambaran skema 4-3-3 dengan Mkhitaryan memerankan offensive #8:
Posisi awal Mkhitaryan adalah berdekatan dengan Jack Wilshere dan Mohamed Elneny. Di tengah pertandingan, pemain asal Armenia ini banyak bergerak, dari halfspace kanan, masuk ke tengah, berdekatan dengan penyerang tengah dan penyerang sayap.
Pergerakan Mkhitaryan ini tidak ajeg. Maksudnya, mempertimbangkan kemampuan individu pemain, baik Mkhitaryan dan Mesut Özil bisa bertukar tempat. Selama beberapa waktu, Wenger banyak menginstruksikan Özil untuk bermain lebih dalam, bahkan lebih dalam ketimbang gelandang bertahan, bergantian tempat dengan Wilshere.
Usaha Wenger ini bisa berbuah manis dengan kedatangan Mkhitaryan. Fleksibilitas posisi yang kini dimiliki Özil akan memudahkan Wenger dan pemain lain beradaptasi dengan situasi, dan membuka lebih banyak kemugkinan. Jadi, dengan pergerakan pemain yang lebih kaya, Mkhitaryan bisa bergerak dari tengah untuk masuk ke sisi kotak penalti, atau langsung melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti.
Olah bola Mkhitaryan akan membantunya melakukan banyak lari vertikal untuk mendobrak blokade lini lawan. Sebuah solusi lain nampaknya terbuka.
Kesimpulannya? Mkhitaryan dan Ramsey, meski sama-sama berperan ideal sebagai offensive #8, akan menunjukkan eksekusi yang berbeda terhadap peran tersebut. Mkhitaryan dan Cazorla, keduanya sama-sama gelandang dengan visi yang cemerlang. Namun, visi Cazorla cocok dimaksimalkan ketika bermain di depan bek, sementara Mkhitaryan lebih ideal jika digunakan di sepertiga akhir lapangan.
Satu catatan penting: Mengapa Elneny, bukan Granit Xhaka? Kemenangan Arsenal atas Crystal Palace memberi satu gambaran jelas. Cara bermain ala Wenger membutuhkan kehadiran gelandang bertahan ortodok, leluasa bergerak di wilayah luas di depan bek untuk mengawasi ruang-ruang kosong. Untuk ini, Elneny akan lebih cocok ketimbang Xhaka. Pun, sudah saatnya memberi Xhaka sebuah “rotasi”, bukan?
Integrasi ke 4-4-2 narrow
Nostalgia itu akan selalu direproduksi ketika Arsenal membeli pemain baru. Apakah si pemain baru ini, bisa membuat Arsenal kembali memainkan skema 4-4-2 yang termasyhur itu? Bagaimana dengan Mkhitaryan dan skuat yang ada saat ini? Apakah bisa?
Bila sekadar mengukur kemampuan individu dan mensimulasikannya ke dalam skema, tentu Mkhitaryan dan rekan-rekannya bisa menduplikasi BENTUK 4-4-2 zaman Arsenal tak pernah kalah dalam satu musim. Jika bentuk bisa diduplikasi, tentu cara bermainnya juga bisa? Tunggu dulu. Cara bermain adalah masalah yang sangat berbeda dengan sekadar membentuk 4-4-2.
Cara bermain berhubungan dengan ide pelatih, yang ditunjang karakteristik pemain yang ada. Untuk lini sayap dan depan, komposisi yang ada tentu bisa jika “diusahakan” untuk menduplikasi pergerakan-pergerakan Robert Pires, Freddie Ljungberg, Thierry Henry, dan Dennis Bergkamp. Kitra-kira, seperti ini bentuk yang dimaksud:
Tanda panah mengindikasikan pergerakan-pergerakan yang mungkin dibuat. Dari bek sayap yang agresif, dua wide-midfielder yang kreatif dan tajam, satu penyerang dengan akselerasi tinggi dan banyak bermain melebar, dan satu penyerang lagi yang fasih turun ke bawah menjadi jembatan dengan lini tengah.
Usaha menduplikasi BENTUK akan berjalan menyenangkan. Namun, soal eksekusi, akan menjadi masalah pelik, terutama apabila mencermati ilustrasi di atas. Dua gelandang serang era Invincibles adalah perpaduan kerja seorang kombatan dan arsitek cerdas yang banyak diremehkan. Bagaimana dengan komposisi saat ini?
Sulit membayangkan Ramsey berduet dengan Wilshere di posisi tersebut. Bagaimana dengan Xhaka dan Elneny? Tak akan berfungsi tanpa pergerakan yang kaya dari Wilshere dan Özil. Bagaimana dengan Elneny dan Wilshere? Mungkin, dua pemain inilah yang cocok untuk digunakan dalam usaha menduplikasi BENTUK dan cara bermain 4-4-2. Kombinasi gelandang seperti apa yang cocok untuk mengisi duet di tengah itu?
Lantas, bagaimana soal Mkhitaryan yang berperan sebagai wide-midfielder sebelah kanan? Tentu akan cocok.
Sekian.
Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen