Eropa Prancis

Marouane Chamakh, Surat Kaleng, dan Ekspektasi yang Tak Terpenuhi

Di tahun 2010, pesepak bola asal Maroko, Marouane Chamakh, terbang ke London untuk memenuhi salah satu mimpi terbesarnya. Ya, di tahun tersebut, Chamakh resmi direkrut oleh salah satu klub terbesar di Inggris, klub yang juga menjadi mimpinya, Arsenal. Meskipun datang tanpa biaya, ekspektasi yang berada di punggung Chamakh cukup tinggi, mengingat performa apik yang ia tampilkan bersama klub lamanya, Girondins Bordeaux. Sempat mengawali waktunya di London Utara dengan impresif, seiring waktu performanya pun meredup. Ekspektasi berat yang ia emban gagal terpenuhi barang sejengkal pun.

Lalu, sebenarnya, apa yang terjadi kepadanya?

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita membahas tentang awal mula karier sepak bola Chamakh. Pesepak bola yang terkenal akan rambut mohawk-nya ini lahir di Tonniens, Prancis, dari orang tua berkebangsaan Maroko.

Chamakh kecil sempat menimba ilmu sepak bola di beberapa akademi, sebelum akhirnya berlabuh ke klub profesional pertamanya, Bordeaux, di tahun 2000. Meskipun begitu, namanya ternyata cukup tenar di Prancis, dengan beberapa klub profesional lainnya seperti Lens, Toulouse, dan Lorient sempat mengincar tanda tangannya, sebelum ia akhirnya menambatkan hati ke Les Girondins. Dibanding klub-klub tersebut, Bordeaux memang memiliki fasilitas latihan yang lebih memadai.

Chamakh bertahan selama dua musim di tim junior Bordeaux. Di musim 2002/2003, pria kelahiran tahun 1984 ini mulai mendapat tempat di tim utama, tepat ketika paruh kedua musim berlangsung. Di tanggal 19 Januari 2003, ia mencatatkan debut profesionalnya bersama Bordeaux di laga Coupe de la Ligue melawan Metz.

Meskipun begitu, hingga akhir musim tersebut berakhir, Chamakh hanya tampil sebanyak 14 kali dan semua penampilannya datang dari bangku cadangan. Baru di musim berikutnya, ia menjadi penghuni tetap tim utama. Meskipun selalu tampil konsisten, Chamakh tak mampu untuk membantu klubnya bersaing di papan atas Ligue 1, terutama karena memang materi yang dimiliki Bordeaux tak sebanding dengan yang dimiliki Olympique Marseille, Olympique Lyonnais, dan Paris Saint-Germain. Hingga pada akhirnya, pengangkatan Laurent Blanc di awal musim 2007/2008 menjadi titik awal kebangkitan Les marine et blanc.

Baca juga: Laurent Blanc, Presiden di Dalam dan Luar Lapangan

Di awal musim tersebut, peran Chamakh memang harus tergeser oleh penyerang baru yang sebelumnya pernah memperkuat Manchester United, David Bellion. Tak hanya itu, Blanc pun kemudian merekrut Fernando Cavenaghi, pemain asal Argentina yang membuat menit bermain Chamakh semakin menipis. Akibatnya, di musim 2007/2008 tersebut, Chamakh tak mampu menunjukkan kebolehannya.

Baru di musim berikutnya, ia kembali sebagai penampil reguler di tim utama. Meskipun begitu, Blanc kemudian berinovasi dengan menduetkan Chamakh bersama Cavenaghi sebagai dua penyerang tengah, disokong oleh playmaker muda brillian Prancis, Yoann Gourcuff. Inovasi Blanc ini berhasil membawa Chamakh ke puncak performanya, dengan total 13 gol dari 34 pertandingan di Ligue 1 sebagai buktinya.

Tak hanya itu, penyerang timnas Maroko ini juga berkontribusi besar atas keberhasilan Bordeaux, secara mengejutkan, menjuarai liga, untuk pertama kalinya sejak musim 1998/1999. Tak hanya itu, mereka juga berhasil merengkuh double domestik setelah menjuarai Coupe de la Ligue.

Oleh karena itu, ketertarikan terhadap servis Chamakh mulai muncul. Arsenal, yang membutuhkan pesaing Robin van Persie, melayangkan tawaran, namun dirasa masih terlalu murah oleh presiden Bordeaux. West Ham pun juga tertarik, namun Chamakh sepertinya ngotot bahwa ia hanya ingin pindah ke Arsenal. Akibatnya, ia lebih memilih untuk membiarkan kontraknya habis sampai musim 2009/2010 usai, sebelum akhirnya bergabung bersama The Gunners.

Akhirnya, di bulan Mei 2010, Chamakh menyelesaikan perkara kontraknya bersama Arsenal, dan di awal bulan Juli, ia resmi menjadi bagian dari skuat asuhan Arsene Wenger. Seperti yang sudah disebutkan di awal tulisan ini, bahwa waktu Chamakh bersama Arsenal tidak menyenangkan bagi kedua pihak. Sang pemain merasa dirinya tak diberi cukup kesempatan, namun di sisi lain, Arsenal dan suporternya merasa Chamakh tak pernah tampil cukup baik.

Mungkin memang kualitas Chamakh berada di bawah level Liga Primer Inggris. Mungkin juga, Wenger tak memberikan kesempatan ekstra bagi penyerang gratisannya ini, seperti yang dilakukan Blanc. Mungkin Chamakh harus tampil sendirian di lini depan, tak seperti ketika di Bordeaux dulu. Kemungkinan-kemungkinan ini yang muncul ketika orang membahas mengapa Chamakh gagal di Arsenal. Namun, sang pemain memiliki alasannya tersendiri.

Di tahun 2013, lalu, dilansir dari Guardian, Chamakh mengatakan bahwa ada surat kaleng yang menghantuinya ketika ia pindah ke Arsenal. Surat ancaman yang dikirim oleh orang tak bertanggung jawab tersebut rumornya berisi tentang foto-foto sang pemain ketika tengah berpesta di Las Vegas. Kasus ini bahkan telah sampai ke tahap investigasi polisi. Bagi Chamakh, surat kaleng ini menjadi penyebab utama kehancuran kariernya di Arsenal.

“Hal ini tidak mudah bagi saya, karena seharusnya kehidupan pribadi saya tetap privat. Beberapa surat kabar telah mempublikasikan foto dan video saya, hal ini membuat saya terpuruk.”

Apabila benar seperti ini, maka sungguh malang nasib Chamakh. Berkaca dari penampilannya semasa di Prancis, ia memiliki potensi untuk menjadi penyerang top bersama Arsenal. Kini, ia tengah menganggur dan karier sepak bolanya pun benar-benar tak sesuai harapan. Meskipun begitu, bagi pendukung Bordeaux, legasinya barangkali tetap akan terkenang.

Happy birthday, Marouane Chamakh!

 

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket