Dunia Asia

Mengenal NFA Gang of Four, Kuartet Generasi Terbaik Sepak Bola Singapura

Ada masa ketika Singapura merajai sepak bola Asia Tenggara, bahkan Thailand saja saat itu kesulitan untuk meladeni permainan dari Singapura. Publik sepak bola Indonesia juga mengingat bagaimana di Piala Tiger (kini Piala AFF) 2004, harapan untuk memutus kutukan juara musnah setelah dihantam oleh Singapura di dua partai final. Kesuksesan pada masa tersebut bukan sesuatu yang instan dan berpegang kepada naturalisas belaka, tetapi merupakan proses pembinaan panjang yang juga dilakukan dengan tepat.

Di Singapura sana ada sistem pembinaan sepak bola usia muda melalui akademi yang mendapatkan pengawasan langsung dari asosiasi sepak bola Singapura, FAS. Akademi yang pertama kali diperkenalkan pada 13 Agustus 2000 ini menjadi tempat munculnya calon-calon bintang sepak bola negara kecil ini.

National Football Academy atau biasa dikenal sebagai NFA, begitu melegenda di Singapura. Ada pengetahuan yang muncul di sana bahwa ketika seorang anak bisa menimba ilmu di NFA, kemungkinan besar karier sepak bolanya akan berjalan sesuai harapan.

Kuartet NFA, kuartet legendaris sepak bola Singapura

Di antara para alumnusnya, salah satu yang terbaik kemudian melegenda adalah para lulusan di tahun-tahun awal NFA berdiri. Ada kuartet atau kelompok empat pemain yang dianggap merupakan lulus terbaik bahkan hingga saat ini. Apabila di Inggris sana dikenal kelompok pemain yang tergabung dalam Class of 92’, di Singapura ada kelompok pemain yang begitu legendaris dan dikenal dengan nama NFA Gang of Four.

Anggota dari Gang of Four tersebut adalah Hassan Sunny, yang berposisi sebagai kiper, Baihakki Khaizan yang merupakan palang pertahanan yang tangguh, Muhammad Ridhuan yang bisa bermain di seluruh sektor sayap, serta gelandang serang cerdik, Shahril Ishak. Dalam beberapa sumber juga disebutkan bahwa penyerang lincah Khairul Amri, juga masuk daftar ini. Tetapi karena mantan penyerang Persiba Balikpapan ini berusia setahun lebih muda ketimbang yang lainnya, ia terkadang tidak dimasukkan ke dalam daftar.

Menjadi fenomenal karena keempat pemain ini, di usia belum genap 25 tahun kala itu, sudah menjadi bagian penting dari kesuksesan timnas Singapura menjuarai Piala Tiger pada tahun 2004, dan disambung dengan kesuksesan meraih gelar juara kompetisi dengan nama baru yaitu Piala AFF pada tahun 2007.

Keempat pemain ini menjadi inspirasi bagi generasi sepak bola Singapura setelahnya. Karena baik Baihakki, Sunny, Shahril, maupun Ridhuan, tidak hanya berprestasi di lingkup domestik Singapura saja, tetapi mereka juga sempat berkarier di luar negeri.

Seperti yang diketahui bahwa Shahril dan Baihakki, sempat bermain di Indonesia bersama Persib Bandung, meskipun kemudian prestasi justru berhasil mereka raih ketika bermain untuk LionsXII di Liga Super Malaysia 2013. Sementara nama Ridhuan begitu dikenang di kota Malang karena berhasil membawa Arema Indonesia menjadi juara di Liga Super Indonesia pada tahun 2011.

Berpisah dengan para sahabatnya, meskipun sempat diincar oleh beberapa klub Indonesia, Hassan Sunny yang dijuluki Manuel Neuer-nya Asia Tenggara ini, cukup lama bermain di Thailand, dengan memperkuat Army United. Terhitung hanya Sunny yang belum pernah merasakan kerasnya sepak bola Indonesia.

Hal unik lain yang terjadi kepada NFA Gang of Four ini adalah mereka selalu dipertemukan meskipun sempat terpisah. Dimulai ketika lulus dari NFA, Shahril dan Ridhuan bergabung ke Young Lions. Sementara Sunny dan Baihakki mendarat di Geylang United (kini Geylang International FC). Meskipun demikian, pada kurun waktu 2004 hingga 2006, keempatnya kembali bermain bersama di Young Lions, hingga terpisah kembali.

Shahril dan Baihakki sempat bereuni ketika mereka bermain di Malaysia bersama LionsXII dan tim cadangan Johor Darul Ta’zim, JDT II. Bahkan sempat kembali bermain bersama dengan Ridhuan di Warriors FC di kurun waktu 2016 hingga 2017. Meskipun tahun 2018 ini, keempatnya kembali berada di jalan yang berbeda-beda.

Ridhuan seperti yang diketahui kembali mencoba peruntunganya di sepak bola Indonesia, dengan memperkuat Borneo FC. Shahril hijrah ke Home United, sementara Baihakki kabarnya akan segera bermain di Timur Tengah. Sunny sendiri sudah dipastikan akan kembali ke Thailand untuk memperkuat klub lamanya, Army United.

Bukan saja Indonesia, tetapi Singapura juga mencoba meraih kembali kejayaan mereka seperti yang dilakukan di masa sebelumnya. NFA Gang of Four masih menjadi inspirasi sekaligus patokan bagi generasi sepak bola Singapura untuk berprestasi di olahraga paling populer di planet ini.

NFA Gang of Four sendiri sudah berada dalam senja karier mereka. Saat ini keempatnya sudah berusia 33 tahun. Hanya tinggal sedikit lagi saja waktu mereka untuk bermain sepak bola secara profesional. Boleh jadi, mereka akan melanjutkan kebersamaan mereka di lapangan dan meneruskannya dengan berkarier sebagai pelatih.

Karena sepertinya akan sangat seru ketika misalnya Singapura yang seandainya nanti ditangani oleh NFA Gang of Four, berhadapan dengan Indonesia yang diasuh oleh Ponaryo Astaman atau Kurniawan Dwi Yulianto, misalnya.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia