Nasional Bola

Football Tribe Awards: 10 Pemain Terbaik Indonesia di 2017 (Peringkat 10-4)

Untuk melengkapi Football Tribe Awards yang telah kami anugerahkan untuk para pemain terbaik Asia dan Asia Tenggara, di pengujung tahun 2017 ini kami juga memberikan penghargaan serupa untuk 10 pemain terbaik Indonesia tahun ini.

Para pemain di daftar ini disusun oleh tim redaksi kami berdasarkan performa mereka selama tahun 2017, baik di klub maupun timnas. Kami juga menyertakan beberapa komentar dari para penulis kami dan followers Football Tribe Indonesia di Twitter, sebagai opini mengapa pemain tersebut layak masuk di kategori ini.

Tak perlu berlama-lama, karena kalender keburu berganti. Berikut adalah para pemain pilihan tersebut:

 

Terens Puhiri

Ada yang bilang dia The Flash-nya Indonesia, ada juga yang bilang dia seperti motor Ninja 2 Tak. Apapun julukannya, semua mengarah ke satu hal: kecepatan yang luar biasa. Keahlian yang ditunjukkan dengan sangat baik oleh Terens saat mencetak gol solo run ke gawang Mitra Kukar.

Terens adalah berlian terpendam yang tak kunjung muncul ke permukaan, yakni di tim nasional. Musim lalu ia mencetak 6 gol dan 9 asis dari 31 laga, dan akurasi tembakannya mencapai 59 persen, tapi belum mendapat kesempatan mengenakan lambang Garuda di dada.

Banyak orang mungkin berpendapat kalau Febri Hariyadi lebih baik dari Terens, karena Febri berkontribusi di tim nasional. Namun, statistik menunjukkan kalau Terens di tahun 2017 memang lebih baik dari kompetitornya itu.

Selain gol dan asis yang lebih banyak, pemain 21 tahun asal Jayapura ini juga turut membawa Borneo FC finis di peringkat 8 klasemen Liga 1. Ia kini juga telah go international dengan berlabuh di klub Thailand, Port FC.

“6 gol dan 9 asis yang dibuat di Liga 1 lalu adalah catatan impresif, sekaligus membuktikan bahwa Terens kini sudah menjadi tumpuan tim. Gol di derbi Kaltim adalah momen kecil yang menunjukkan kualitas hebat seorang Terens Puhiri.” –Aun Rahman

 

Ilham Udin Armaiyn

Satu lagi pemain yang luput dari pemanggilan timnas di ajang SEA Games 2017. Ilham Udin Armaiyn, di usia yang sama dengan Terens, musim lalu mencetak 8 gol dari 30 pertandingan, dan menjadi top skor ketiga Bhayangkara FC.

Ilham bahkan sempat menjadu tumpuan timnya di lini depan pada putaran pertama, sebelum Ilija Spasojević datang di putaran kedua. Menariknya, hampir separuh dari gol Ilham dicetaknya saat berstatus pemain pengganti.

Meski demikian, keterbatasan menit bermain tersebut tak membuatnya patah arang. Ia justru semakin terpacu meningkatkan performa, membawa Bhayangkara FC juara, dan kini sedang menatap musim baru bersama kontestan Liga Super Malaysia, Selangor FA.

“Cukup disayangkan jika Ilham Udin tak diberi kesempatan menunjukkan kehebatannya di luar negeri. Mantan andalan timnas Indonesia U-19 ini menjadi pemain penting Bhayangkara FC dalam meraih gelar juara Liga 1 2017, dengan koleksi 8 gol dan 1 asis.” –Mahir Pradana

 

Lerby Eliandry

Liga Indonesia jarang memproduksi penyerang jangkung yang sama tajamnya di bola bawah maupun udara. Untungnya, ada Lerby Eliandry yang mengakhiri pencarian komoditas langka tersebut. Ia bukan wajah baru di sepak bola Indonesia, tapi tahun 2017 bisa dibilang adalah periode terbaiknya sejauh ini.

16 gol dicetaknya musim lalu bersama Borneo FC, menjadikan penyerang setinggi 182 sentimeter ini menempati peringkat kelima top skor liga, dan menjadi penyerang lokal kedua tersubur di bawah Samsul Arif. Pencapaian yang sangat membanggakan bagi putra daerah Samarinda, di klub asal Samarinda.

“Lerby dapat dikatakan sebagai penyerang (asli) Indonesia terbaik saat ini. Berbekal fisik yang prima, kebolehannya dalam duel udara tentu menjadi opsi menarik lini depan timnas Garuda yang memiliki pemain-pemain mini. Perolehan 16 gol dan 4 asis bersama Borneo FC di Liga 1 musim lalu menjadi pembuktian Lerby bahwa ia kini sudah menjadi striker yang harus diperhitungkan.” –Ganesha Arif Lesmana

 

Choirul Huda

Satu Huda untuk satu Persela. Seorang legenda, yang tetap berkomitmen menjalankan tugas hingga akhir hayatnya. Choirul Huda, mengembuskan napas terakhirnya dengan masih mengenakan seragam Persela di usia yang ke-38, dan tidak kebobolan selama 44 menit berdiri di lapangan pada pekan ke-24.

Di Liga 1 musim lalu, Choirul Huda sempat bertengger di urutan atas kiper dengan penyelamatan terbanyak. Meski tak lagi muda, dan timnya berkali-kali diterpa hasil negatif, ia tetap setia memberikan yang terbaik, memimpin rekan-rekannya dengan memberi contoh. Sebuah loyalitas yang sangat sulit kita temukan di zaman sekarang.

“Choirul Huda adalah sosok ramah dan bersahaja yang layak dijadikan panutan. Terlebih, performanya di atas lapangan selalu konsisten dan pantas dinobatkan sebagai kiper legendaris. Kariernya mungkin tak bergelimang titel juara, namun setia di Persela sepanjang karier profesionalnya adalah prestasi tersendiri, sekaligus bentuk dedikasi luar biasa.” –Budi Windekind

 

Fadil Sausu

Di tengah gaya bermain keras yang melekat pada gelandang-gelandang lokal, Fadil mencuat dengan karakter yang berbeda. Ia mendasarkan permainannya pada visi. Jangkauan umpannya luas dan akurat, juga mampu mengeksekusi tendangan bebas. Cukup jarang kita menemukan gelandang Indonesia dengan teknik menendang bola mati yang lembut disertai akurasi yang memuaskan seperti Fadil.

Selain itu, perannya sebagai kapten kesebelasan juga sangat krusial menjaga keharmonisan tim Bali United, yang diisi pemain-pemain bintang dengan harga selangit. Ia menjadi teladan, baik di dalam lapangan maupun luar lapangan.

“Ia menjadi metronom lini tengah Bali United. Salah satu kelebihannya adalah umpan vertikal, baik mendatar atau melambung, membuat trio Belanda bisa menempatkan diri lebih dekat dengan gawang lawan. Ia juga punya jiwa kepemimpinan yang baik, mampu ‘memegang’ para pemain asing dan timnas seperti Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly.” –Yamadipati Seno

 

Samsul Arif

Mencetak 17 gol di tim sekelas Persela Lamongan yang perjalanannya di Liga 1 terseok-seok tidaklah mudah. Selain karena sokongan yang kurang memadai dari lini kedua, Samsul juga menanggung beban sebagai tumpuan gol seorang diri, usai cederanya Ivan Carlos.

Meski sudah berusia 32 tahun, Samsul sama sekali tidak terlihat “tua”. Ia masih sangat bertenaga, selalu bersemangat tiap berlaga, dan insting golnya masih sangat terjaga. Penyerang yang musim depan berseragam di Barito Putera ini menjadi salah satu pemain yang selalu bermain di tiap pekannya.

“Berada di antara pemain asing, Samsul Arif maju menjadi pemain lokal yang memiliki gol terbanyak. 17 gol yang dia cetak bersama Persela Lamongan sudah menjadi bukti sah bahwa dia adalah salah satu pemain terbaik Indonesia.” –Budy Darmawan

 

Andritany Ardhiyasa

Ia yang terbang menyelamatkan gawang Persija Jakarta. Kerja keras Andritany musim lalu berbuah pencapaian Persija sebagai kesebelasan dengan jumlah kebobolan terminim di Liga 1, dan secara individu membuatnya sebagai kiper kedua dengan penyelamatan terbanyak, di bawah Muhammad Ridho.

Peforma impresifnya juga sempat membuatnya masuk ke jajaran sebelas pemain terbaik di Asia bulan Juli 2017 versi seluruh edisi Football Tribe. Saat itu ia hanya kebobolan empat kali dari enam laga, dan dua kali terpilih di Best XI Liga 1 mingguan kami.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.