Eropa Inggris

Aaron Ramsey dan Rasa Syukur Itu

Perasaan membutuhkan itu justru semakin kuat ketika seseorang yang kita sayangi sudah tidak ada. Ruang kosong yang ditinggalkan orang terkasih tidak begitu saja bisa ditutup. Rasa cinta itu, rasa kangen itu, justru semakin dalam. Maka, syukuri keberadaan orang-orang terkasih. Dan bagi Gooner, mensyukuri keberadaan Aaron Ramsey adalah keharusan.

Melawan Southampton, Arsenal tampil begitu buruk. Meski pada akhirnya tidak kalah, The Gunners tak menunjukkan diri bahwa mereka layak masuk empat besar. Hasil imbang tersebut tdak terasa layak, lantaran Soton yang bermain lebih baik. Dan, malam yang menyesakkan itu bertambah pilu ketika Aaron Ramsey kesulitan untuk berlari di pengujung babak kedua. Ia cedera.

Selepas laga, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa Ramsey menderita cedera hamstring. Pemain asal Wales tersebut diperkirakan akan absen selama tiga minggu, atau bisa lebih lama. Cedera pada tanggal 10 Desember 2017, Ramsey diperkirakan baru bisa bermain lagi di bulan Januari 2018.

Artinya, Ramsey bakal melewatkan periode festival, jadwal yang padat, yang menjadi ciri khas Liga Primer Inggris. Di saat Arsenal membutuhkan semua pemain untuk bugar, Ramsey justru cedera. Sebuah kerugian, apalagi di bulan Desember 2017, lawan-lawan Arsenal adalah mereka yang secara tradisi selalu menyulitkan armada kawalan Arsene Wenger ini.

Lawan-lawan di bulan Desember antara lain, West Ham United, Newcastle United, Liverpool, Crystal Palace, dan West Bromwich Albion. Di Januari 2018 nanti, Chelsea sudah menunggu.

Arsenal sudah empat kali bermain tanpa Ramsey, dengan hasil dua kali bermain imbang dan dua kali meraih kemenangan. Arsenal sendiri terbantu dengan menanjaknys performa Mesut Özil, Jack Wilshere yang  makin konsisten, dan beberapa kali Alexis Sanchez memberi kontribusi. The Gunners memang tidak kalah, namun ada sesuatu yang hilang dari proses menyerang Arsenal.

Arsenal merindukan late run khas Ramsey, merindukan pergerakan tanpa bola dari pemain berusia 26 tahun tersebut. Pengganti Ramsey adalah Alex Iwobi, yang bermain sangat baik ketika turun sebagai pemain pengganti kala Arsenal dikalahkan Manchester United. Bermain di sisi kanan, Iwobi belum membutikan diri sebagai salah satu pemain muda generasi baru Arsenal.

Iwobi tak konsisten, terutama di dua fase besar pertandingan, yaitu menyerang dan bertahan. Tak jarang, pemain berpaspor Nigeria ini tak memberikan dukungan yang dibutuhkan ketika transisi bertahan atau menyerang. Ia masih sering terlalu mudah kehilangan bola, terutama di wilayah lawan. Konsentrasinya sering buyar ketika tim sendiri tak bermain stabil.

Di saat seperti inilah absennya Ramsey begitu terasa. Ramsey sangat pandai bergerak di antara lini lawan, meyediakan diri untuk menerima bola. Ia begitu bijak ketika memilih waktu yang tepat untuk masuk ke kotak penalti. Stamina yang mumpuni membuat Ramsey bisa banyak terlibat dalam berbagai fase pertandingan.

Baca juga: Secuil Apresiasi untuk Aaron Ramsey

Kontribusi gol Ramsey adalah kedua yang terbaik di Arsenal setelah Alexandre Lacazette. Sebuah fakta yang seharusnya cukup untuk memberi gambaran betapa pentingnya keberadaan Ramsey musim ini.

Ingin tahu seberapa pentingnya Ramsey musim ini? Untuk mengakali absennya Ramsey, sekaligus berusaha memperbaiki performa tim, Wenger mengubah sistem, dari tiga bek menjadi empat bek, kembali ke 4-2-3-1 dengan sedikit penyesuaian, berubah menjadi 4-3-3 asimetris.

Lini tengah diisi Granit Xhaka, Wilshere, dan Özil. Lini tengah menjadi terisi empat orang ketika Iwobi bergerak turun dan menyesuaikan diri dengan tiga gelandang lainnya. Skema ini sudah cukup baik, apabila skuat Arsenal punya yang namanya kedisiplinan taktik dan kekompakan menjaga struktur, baik ketika menyerang, apalagi ketika bertahan.

Özil, yang justru berposisi lebih dalam dibandingkan Wilshere, membantu Arsenal memastikan progresi berjalan bersih. Wilshere, yang banyak berposisi di dekat Lacazette dan Alexis, bisa memaksimalkan teknik giringan bola menerobos lini lawan.

Sementara itu, Iwobi, di sisi kanan, memastikan Lacazette tak sendiri di kotak penalti, membantu lini tengah ketika bertahan, dan turun lebih dalam untuk membantu Hector Bellerin. Tugas inilah yang tak selalu bisa dikerjakan Iwobi dengan mulus. Tiga tugas yang sebelumnya dikerjakan dengan sangat baik oleh Ramsey.

Maka, jika nanti Xhaka, Özil, Wilshere, bisa ditopang Ramsey, tentu sistem 4-2-3-1 Wenger yang baru ini seharusnya bisa berjalan lebih sempurna.

Memang, Ramsey sendiri sering menjadi sasaran kritik yang sebetulnya tak sepenuhnya layak. Dahulu, ia cukup sering kehilangan bola di wilayah sendiri. Dan ini memang berbahaya lantaran lawan bisa balik menyerang ketika masih dekat dengan kotak penalti Arsenal.

Namun, di sini kemudian keluasan hati dan isi kepala kita diuji. Apakah Ramsey membuat kesalahan karena murni kesalahan dirinya? Apakah rekan-rekannya sudah bergerak ke ruang yang ideal untuk menerima umpan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu ditanyakan supaya kita tak dengan mudah membantu membangun pengadilan yang sesat.

Cara bermain Ramsey akan selalu diperdebatkan. Orang-orang banyak mendoakan supaya ia cedera dan tidak bisa bermain. Inilah jenis manusia jahat yang tak sepatutnya menonton sepak bola. Inilah orang-orang sesat yang sebaiknya kuku tangan dan kakinya dicabut satu per satu menggunakan linggis.

Kita semua tahu Ramsey memberi dimensi yang berbeda, yang akan kita rindukan ketika ia tak bisa bermain. Oleh sebab itu, ketika Ramsey bugar, syukuri keberadaannya. Kirim doa terbaik untuk seseorang yang sudah bekerja begitu keras untuk Arsenal. Terutama di hari ulang tahunnya, 26 Desember ini.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen