Di masa sekarang, seandainya tidak ada David Alaba dan Marko Arnautovic, bisa jadi orang tidak akan terlalu peduli terhadap sepak bola Austria, karena negara di Eropa Tengah ini tidak memiliki prestasi yang betul-betul mentereng. Selain itu, mereka tersohor karena pernah menjadi tuan rumah bersama Swiss untuk menggelar Piala Eropa tahun 2008 lalu.
Padahal, sejarah mencatat bahwa Austria pernah menjadi kekuatan superior di kancah sepak bola. Ya, setidaknya di benua Eropa. Austria yang dalam beberapa tahun terakhir lebih sering dianggap sebagai tim kelas dua, sekitar tahun 1930an, atau jelang Perang Dunia II, sempat merajai sepak bola Eropa. Bahkan mereka sempat mendapatkan julukan luar biasa yakni Wunderteam.
Soal rekor kemenangan menjadi sesuatu yang membuat Wunderteam timnas Austria ini menjadi spesial. Dalam kurun waktu kurang lebih selama satu tahun, dari April 1931 hingga Desember 1932 mereka berhasil meraih 14 kemenangan secara beruntun. Termasuk dua kemenangan besar atas Jerman dengan skor 5-0, 6-0, dan 8-2 atas Hungaria. Serta kemenangan 4-2 atas Italia di perebutan gelar juara turnamen antar-negara Eropa Tengah yang kemudian menjadi cikal bakal dari Piala Eropa.
Rekor Wunderteam timnas Austria kemudian berhasil dihentikan oleh negara yang mendaku sebagai pencipta sepak bola, Inggris. Dalam laga yang digelar di Stadion Stamford Bridge pada tahun 1932 tersebut, Wunderteam timnas Austria mesti menyerah dari Inggris dengan skor 4-3.
Ada banyak literasi terkait Wunderteam timnas Austria ini. Dikisahkan bagaimana mereka merajai sepak bola Eropa masa itu dengan permainan yang memikat mata. Wunderteam timnas Austria ini menjadi begitu populer, bahkan orang-orang dari negara lain sampai ada yang menyempatkan waktu untuk menyaksikan tim yang diasuh oleh Hugo Meisl ini. Inti utama dari permainan Wunderteam ini adalah peran sentral dari centre-half dalam skema 2-3-5 atau yang lebih dikenal sebagai formasi W-M.
Cikal bakal sepak bola modern
Hugo Meisl, sang arsitek tim, disebutkan bahwa racikannya banyak dipengaruhi oleh Herbert Chapman, legenda Arsenal, yang juga merupakan inovator masalah taktik. Lalu ada nama Vittorio Pozzo, pelatih yang membawa Italia menjadi juara dunia dua kali, serta Jimmy Hogan, pelatih asal Inggris yang mengenalkan sepak bola di Eropa Tengah terutama Austria, Hungaria, dan Jerman.
Wunderteam kemudian mengalami kemunduran atau bahkan sebenarnya terpecah, terutama ketika Perang Dunia II. Selain karena sosok Hugo Meisl yang mangkat karena serangan jantung, pada masa itu, para pemain Austria diwajibkan untuk memperkuat timnas Jerman yang saat itu berada di bawah kekuasaan Nazi.
Austria sebagai tempat kelahiran sang pemimpin, Adolf Hitler, dianggap semestinya bermain untuk tim Jerman, bukan sebagai negara sendiri. Juga tentang kematian Matthias Sindelar, yang hingga saat ini masih misterius. Era Nazi menjadi waktu berakhirnya dari Wunderteam timnas Austria yang kemudian melegenda.
Ada sebuah teori dimunculkan bahwa sepak bola modern mesti berterima kasih kepada Wunderteam Austria ini. Pelatih asal Austria, Ernest Happel, di mana kehidupan awal sepak bolanya banyak terpengaruh oleh Wunderteam asuhan Meisl ini, adalah contoh mutlaknya. Perlu diketahui, Happel sempat melatih Ajax, di mana kemudian pada era ketika Happel berada di sana, Total Football kemudian mengemuka. Dan seperti yang diketahui pula, banyak yang menyebut bahwa Total Football inilah yang kemudian menjadi akar dari tiki-taka yang disematkan media kepada kedigdayaan Barcelona.
Tinta emas yang dibuat oleh Wunderteam timnas Austria ini jelas sesuatu yang monumental dan akan tercatat dalam sejarah sepak bola. Seluruh raihan hebat dari Wunderteam timnas Austria ini dimulai pada 22 Desember 1912 ketika Hugo Meisl pertama kali menangani tim tersebut, dan Austria berhasil menang atas Italia dalam pertandingan yang digelar di Genoa.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia