Kolom

Alfredo Di Stefano yang Abadi di Valdebebas

Tanggal 4 Juli bukan hanya diperingati sebagai hari lahirnya Amerika Serikat, melainkan juga salah satu legenda sepak bola terbesar abad ke-20, yaitu Alfredo Di Stefano.

Sang legenda yang semasa hidupnya dua kali berpindah kewarganegaraan ini lahir pada tahun 1926 di ibu kota Argentina, Buenos Aires. Ayahnya adalah imigran Italia yang pindah ke Argentina pada akhir abad ke-19, dan ibunya masih memiliki darah Prancis dan Irlandia.

Di Stefano dibesarkan oleh klub raksasa Buenos Aires, yaitu River Plate. Dalam dua tahun kariernya di klub tersebut, yaitu dari 1945 hingga 1949, ia ikut andil dalam dua kali menjuarai Argentina Primera Division.

Sebagai penyerang, koleksi golnya yang mencapai angka 50 membuatnya dilirik klub Kolombia, Millonarios. Di Liga Kolombia, statistik golnya pun semakin mencengangkan dengan mencetak hampir seratus gol dalam periode empat tahun.

Tawaran dari klub besar Eropa akhirnya menghampirinya ketika usia Di Stefano menginjak 27 tahun. Klub raksasa Spanyol, Real Madrid, menjadi rumahnya sejak tahun 1953. Ketika kompetisi antarklub Eropa yang kini dikenal sebagai Liga Champions memulai edisi perdananya pada 1955, Di Stefano menjadi pemain kunci ketika El Real keluar sebagai kampiun.

Prestasi pemain berjulukan Saeta Rubia atau ‘Anak Panah Pirang’ ini kemudian diakui dengan penganugerahan Ballon d’Or sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1957 dan 1959.

Di Real Madrid, Di Stefano bertemu dengan tandem sekaligus rivalnya asal Hungaria, Ferenc Puskas. Keduanya membentuk sebuah kombinasi mengerikan bagi lawan-lawan Real Madrid baik di Spanyol maupun di Eropa. Salah satu bukti keganasan mereka adalah ketika Los Blancos membantai Entracht Frankfurt di final kompetisi antarklub Eropa dengan skor 7-3. Di Stefano mencetak trigol dan Puskas memborong empat gol!

Di Stefano bermain di Real Madrid sampai berusia empat puluh tahun, sebelum menutup kariernya di klub kecil Barcelona, Espanyol, pada usia 42 tahun. Ia mempersembahkan 308 gol dari 396 pertandingan kompetitif, delapan kali gelar jura Liga Spanyol dan lima kali juara kompetisi antarklub Eropa semasa memperkuat Real Madrid.

Si Anak Panah Pirang sendiri sebenarnya tidak benar-benar dikenang sebagai legenda tim nasional Argentina, karena hanya memperkuat tim nasonal negara tersebut sebanyak enam kali. Di Stefano juga pernah bermain untuk tim nasional Kolombia, meskipun tidak diakui oleh FIFA.

Ia baru memperoleh kewarganegaraan Spanyol pada usia 30 tahun. Sayang, lagi-lagi prestasi di klubnya tidak semoncer di tim nasional. La Furia Roja gagal tampil di Piala Dunia 1958 dan ketika akhirnya sukses lolos ke Piala Dunia 1962, Di Stefano malah menderita cedera.

Setelah gantung sepatu, sang legenda banting setir menjadi pelatih dan menangani belasan klub. Dari klub-klub kelas dua Spanyol seperti Elche dan Valencia, lalu duo klub Buenos Aires, Boca Juniors dan River Plate, pernah dinakhodainya. Ia sempat sukses mempersembahkan beberapa gelar domestik bagi Boca, River dan Valencia. Namun, magisnya seolah gagal selama dua kali menangani klub yang mengharumkan namanya, Real Madrid. Di Stefano hanya sanggup mempersembahkan Piala Super Spanyol tahun 1990 kepada El Real.

Meski demikian, Di Stefano akan diingat sebagai pelatih genius yang menemukan potensi legenda El Real lain, yaitu Emilio Butragueno. Ia juga diangkat menjadi presiden kehormatan Real Madrid pada awal abad ke-21. Kebahagiaan menyertainya di saat-saat menjelang akhir hayatnya, dengan menjadi saksi keberhasilan Real Madrid meraih La Decima atau gelar Liga Champions kesepuluh sepanjang sejarah mereka.

Di Stefano meninggal di Madrid akibat serangan jantung pada 7 Juli 2014. Sebagai penghormatan terakhir, peti matinya dipajang di halaman depan stadion Santiago Bernabeu. Figur-figur penting El Real, seperti presiden klub, Florentino Perez dan kapten Madrid kala itu, Iker Casillas, juga hadir memberikan ungkapan duka cita.

Sekarang, nama sang legenda diabadikan menjadi stadion di Valdebebas, lokasi latihan bagi pemain-pemain muda Real Madrid. Sebuah patung untuk mengenang Di Stefano juga didirikan di luar stadion, sebagai inspirasi bagi pemain-pemain masa depan El Real.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.