Sudah bukan rahasia lagi jika tim nasional Italia tak pernah kekurangan sumber daya jempolan di bawah mistar gawang. Dalam buku sejarah sepak bola dunia, ada begitu banyak pemain hebat dengan posisi kiper yang berasal dari Italia. Misalnya saja Gianpiero Combi, Enrico Albertosi, Dino Zoff, Walter Zenga, Gianluca Pagliuca, Gianluigi Buffon, sampai kini muncul nama Gianluigi Donnarumma.
Khusus di era 1990-an sampai 2000-an, selain nama Pagliuca dan Buffon, juga masih ada beberapa kiper lain yang kemampuannya sangat mumpuni. Di antaranya adalah Christian Abbiati, Marco Amelia, Angelo Peruzzi, dan Francesco Toldo.
Teruntuk nama yang disebut paling akhir, nasibnya bareng Italia terhitung lebih mujur karena punya momen untuk membuktikan kelasnya saat tampil gemilang di Piala Eropa 2000. Karena seperti yang sama-sama kita ketahui, era 1990-an dan 2000-an adalah fase di mana Pagliuca dan Buffon mendominasi pos utama di bawah mistar Gli Azzurri.
Berkat penampilan ciamik yang disuguhkannya ketika itu, Toldo sukses mengantar Italia menembus partai puncak guna berhadapan dengan Prancis. Sayang, gol Marco Delvecchio yang membawa Italia unggul di laga tersebut berhasil dibalas dengan tuntas oleh Prancis via sepasang gol Sylvain Wiltord dan David Trezeguet.
Baca juga: Tim Terbaik Piala Eropa 2000: Tembok Italia, Momen Dramatis Prancis dan Tajamnya Belanda
Lahir di Padova, Toldo belia mengejar karier di dunia sepak bola usai bergabung dengan tim junior Montebelluna di tahun 1985. Performanya yang cukup apik di sana lantas memikat pemandu bakat tim raksasa, AC Milan, dan merekrutnya dua tahun berselang.
Scout Milan ketika itu menyadari bahwa Toldo adalah sosok kiper muda yang begitu potensial. Postur tubuh menjulang yang dibarengi refleks, handling, dan keberanian melakoni duel (baik di udara ataupun situasi one-on-one dengan penggawa lawan) merupakan nilai plus yang dimiliki Toldo. Di akademi I Rossoneri, kemampuan Toldo dibina sedemikian rupa agar semakin mumpuni.
Akan tetapi, keberadaan Sebastiano Rossi sebagai penjaga gawang nomor satu I Rossoneri ketika itu bikin Toldo tak kunjung mendapat kesempatan mencicipi debut di tim senior. Selama tiga musim, pria berpostur 196 sentimeter ini ‘disekolahkan’ ke beberapa klub yang berlainan, mulai dari Hellas Verona, Trento, sampai Ravenna.
Merasa tak mendapat kesempatan yang dibutuhkannya, Toldo memilih pindah dari Milanello, markas latihan Milan. Beruntung, talenta ciamik Toldo ditangkap oleh manajemen Fiorentina jelang bergulirnya musim kompetisi 1993/1994. Pelatih baru La Viola, Claudio Ranieri, meyakini bahwa keberadaan Gianmatteo Mareggini sebagai portiere utama tidaklah cukup sehingga perekrutan Toldo adalah sebuah keharusan.
Hebatnya, pada musim perdananya berkostum ungu, Toldo langsung menjelma jadi andalan baru. Posisinya sebagai pengawal jala Fiorentina begitu krusial dan sulit digeser. Bersama pengggawa lain seperti Gabriel Batistuta, Stefan Effenberg, Giuseppe Iachini, dan Stefano Pioli, Toldo sukses mengantar Fiorentina kembali promosi ke Serie A dengan finis sebagai kampiun Serie B 1993/1994.
Pada musim-musim selanjutnya, posisi Toldo sebagai kiper inti Fiorentina semakin paten. Dirinya ikut membantu La Viola menggamit dua Piala Italia (1995/1996 dan 2000/2001) plus sebiji Piala Super Italia (1996). Secara keseluruhan, Toldo berlaga di 336 partai bersama La Viola pada seluruh kompetisi dalam kurun delapan musim.
“Milan tak pernah memercayaiku, bahkan sekadar memberi kesempatan bermain pun tidak. Hal itu juga yang membuatku tak berpikir dua kali saat menerima tawaran dari Fiorentina. Bersama La Viola, aku benar-benar mendapatkan kesempatan itu”, terang Toldo seperti dikutip dari thegentlemanultra.
Tragis buat sang kiper, manajemen Fiorentina terpaksa melegonya dengan harga tinggi pada musim panas 2001 akibat kondisi finansial tim di ambang kebangkrutan. Awalnya, Toldo dilepas dengan harga sekitar 55 juta lira (mata uang Italia sebelum euro) ke Parma buat menggantikan Buffon yang dibeli Juventus. Namun, ia menolak hal tersebut dan memilih bergabung ke Internazionale Milano lewat besaran mahar yang sama.
Walau memunculkan sedikit polemik, keputusan yang dibuat Toldo saat itu nyatanya berbuah manis karena I Nerazzurri langsung mendapuknya sebagai penjaga gawang utama, mensubstitusi Sebastien Frey yang berlabuh ke Parma. Toldo lantas menjadi idola baru di Stadion San Siro lantaran performanya yang konsisten, termasuk keahliannya dalam menepis sepakan penalti lawan.
Sembilan musim membela panji Inter, Toldo memainkan 241 pertandingan di seluruh kompetisi serta menyumbangkan beberapa titel prestisius seperti lima Scudetto, masing-masing tiga Piala Italia dan Piala Super Italia plus sebiji gelar Liga Champions serta Piala Dunia Antarklub (meski beberapa titel itu diperolehnya dengan status deputi Julio Cesar). Bersama sosok sekelas Cristian Chivu, Ivan Cordoba, Marco Materazzi, Walter Samuel, dan Javier Zanetti, Toldo didapuk sebagai legenda baru I Nerazzurri.
Toldo sendiri memutuskan pensiun dari dunia yang membesarkan namanya medio 2010 lalu, tepatnya setelah Inter merengkuh treble winners. Meski tak lagi aktif bermain, nama Toldo masih punya keterikatan dengan I Nerazzurri sebab manajemen menunjuknya sebagai salah satu ambassador klub.
Selayaknya bibit pemain outfield yang tak ada habisnya, Italia pun sudah membuktikan kepada dunia bila mereka takkan kehabisan stok kiper yang memiliki kualitas nomor satu. Dari sekian nama itu (ratusan atau bahkan ribuan), nama Toldo pasti terselip diantaranya.
Tanti auguri, Francesco.
Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional