Turnamen antarnegara benua biru yang digelar di Belgia-Belanda ini menjadi yang pertama kalinya digelar oleh dua negara. Piala Eropa 2000 juga dikenal sebagai turnamen neraka karena Jerman dan Inggris gagal total di ajang ini. Bersama tuan rumah Belgia, mereka gagal lolos dari penyisihan grup.
Meski kehilangan dua tim kuat secara dini, turnamen empat tahunan ini tidak kehilangan pamor sama sekali, bahkan menghadirkan beragam kejadian menarik.
Di penyisihan grup terjadi adu skor yang sangat seru antara Spanyol kontra Yugoslavia. La Furia Roja yang sempat tertinggal 2-3 dapat membalikkan keadaan di tambahan waktu babak kedua lewat gol Gaizka Mendieta dan Alfonso Pérez.
Kedua, jangan lupakan momen-momen dramatis Prancis di partai final. Ketika para pemain Italia sudah bersiap merayakan gelar juara, Sylvain Wiltord datang sebagai penyelamat dengan golnya di menit ketiga tambahan waktu babak kedua. Di babak perpanjangan waktu, Prancis akhirnya keluar sebagai juara setelah golden goal David Trezeguet merobek jala Francesco Toldo.
Italia sendiri membuktikan diri sebagai tim yang alot saat itu. Sepanjang turnamen, mereka hanya kebobolan tiga gol di waktu normal. Hanya Okan Buruk (Turki), Henrik Larsson (Swedia) dan Wiltord yang sanggup merayakan gol di tengah kepungan bek-bek kelas dunia macam Paolo Maldini, Fabio Cannavaro dan Alessandro Nesta.
Dua nama pertama kemudian terpilih sebagai penggawa lini belakang di Team of The Tournament, menemani Lilian Thuram dan Laurent Blanc. Jika ditilik lebih lanjut, keempat bek yang terpilih di tim terbaik itu bermain di Serie A semua. Ditambah Francesco Toldo yang terpilih di posisi kiper, praktis membuat Serie A menjadi gudangnya para permain bertahan jempolan saat itu.
Di lini tengah, Prancis kembali mengirim dua wakil yakni Patrick Vieira dan Zinedine Zidane. Vieira menjadi penggawa Les Bleus kelima yang dapat menembus 100 penampilan bersama timnas Prancis. Di turnamen tersebut, ia bermain dalam semua pertandingan dan berkontribusi dalam gol kemenangan yang dicetak Youri Djorkaeff ke gawang Spanyol di perempat-final.
Bagaimana dengan Zidane? Ia saat itu masih bermain di Juventus dan membuat dua gol sepanjang turnamen. Satu dari tendangan bebas saat melawan Spanyol dan satu golden goal dari sepakan penalti kala menyingkirkan Portugal di semifinal.
Dua slot tersisa di lini tengah diisi oleh Luis Figo dan Edgar Davids. Sebelum era Cristiano Ronaldo, Figo adalah dewa di Portugal. Ia berhasil membawa timnya melaju hingga semifinal Piala Eropa 2000. Begitu pula dengan Davids, ia kembali menyentuh semifinal bersama Belanda setelah melaju hingga babak yang sama di Piala Dunia 1998. Namun lagi-lagi adu penalti meruntuhkan mimpi Davids untuk membawa Belanda ke final.
Berstatus sebagai tuan rumah, Belanda gagal menyingkirkan Italia karena hanya satu dari empat algojo penalti yang sukses menunaikan tugasnya. Sebaliknya di kubu lawan, hanya Paolo Maldini yang gagal menaklukkan Edwin van der Sar.
Di lini depan, Patrick Kluivert dan Francesco Totti menjadi duo penyerang terbaik sepanjang turnamen. Totti sepanjang turnamen hanya mencetak dua gol, namun perannya sangat krusial dalam membawa Italia melaju ke partai puncak. Ia mencetak gol pembuka saat melawan Belgia dan Rumania, serta sukses menunaikan tugasnya sebagai algojo penalti saat berhadapan dengan Belanda di semifinal.
Patrick Kluivert yang menjadi tandem Totti berpredikat top skor bersama Savo Milošević (Yugoslavia) dengan torehan lima gol. Dua gol dicetak penyerang Belanda itu di fase grup saat melawan Denmark dan Prancis, lalu tiga sisanya diborong saat pesta enam gol ke gawang Yugoslavia di perempat-final. Di kandang sendiri, Belanda menjadi tim tersubur dengan mencetak 13 gol.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.