Zlatan Ibrahimovic kembali merumput setelah cedera panjang yang ia alami musim lalu. Kemenangan Manchester United 4-1 atas Newcastle United pekan ke-12 Liga Primer Inggris menjadi penanda kembalinya Sang Singa. Merumputnya kembali Zlatan tentu menjadi tambahan bagus bagi United yang dalam empat pertandingan terakhir mereka hanya berhasil meraih satu kemenangan.
Di saat yang bersamaan, Romelu Lukaku, yang terakhir kali menyarangkan gol ke gawang lawan pada 30 September lalu, akhirnya berhasil menuntaskan pacekliknya. Empat gol kemenangan United satu di antaranya berhasil dicetak oleh Lukaku memanfaatkan umpan satu-dua dengan Juan Mata. Sebuah cara yang hebat untuk mengakhiri paceklik gol yang ia alami selama hampir dua bulan.
Selepas laga, Jose Mourinho dengan tegas menyebutkan bahwa dua penyerangnya tersebut bisa dimainkan bersamaan. Maka pertanyaan besarnya adalah, apakah memang Zlatan Ibrahimovic dan Romelu Lukaku memang bisa dimainkan bersama? Fenomena ketika Sir Alex Ferguson masih menangani United bisa jadi pembelajaran yang sangat bagus untuk Jose.
Sejarah perseteruan antara para penyerang United di era Sir Alex
Soal memadukan dua penyerang dengan ego tinggi sebenarnya Jose bisa melihat sejarah di masa sebelumnya. Lagi-lagi era Sir Alex Ferguson tentu menjadi patokan. Bagaimana tidak, manajer legendaris asal Skotlandia tersebut berkuasa di Old Trafford selama 26 tahun, tentu ia mengalami banyak hal, pemain datang dan pergi, serta pergeseran kekuatan dalam kancah sepak bola secara global.
Ada beberapa periode di mana Sir Alex mesti berurusan dengan fenomena yang serupa dengan yang terjadi antara Lukaku dan Zlatan ini. Yang pertama adalah ketika United menikmati treble winners pada musim 1998/1999. Kala itu, United memiliki empat penyerang dengan kualitas jempolan yaitu Andy Cole, Teddy Sheringham, Dwight Yorke, dan Ole Gunnar Solksjaer.
Permasalahan muncul karena Andy Cole tidak senang apabila dimainkan bersama Teddy Sheringham. Ia lebih senang dimainkan dengan Yorke atau Solksjaer yang memang tipe penyerang yang memberikan support atau dukungan kepada penyerang lain. Cole lebih menemukan rasa kecocokan dengan Yorke yang membuat mereka memiliki partnership hebat pada masa itu.
Masalah kemudian berlanjut ketika Sheringham hengkang, dan Ruud van Nistelrooy kemudian datang. Menjadi heboh, bahkan permasalahan antara Cole dan van Nistelrooy ini juga ditulis di buku autobiografi Sir Alex Ferguson. Cole dan van Nistelrooy merupakan tipe penyerang yang senang mencetak gol.
Keegoisan mereka membantu untuk bisa menyarangkan bola ke gawang lawan dalam situasi sesulit apapun. Karena keegoisan inilah, Cole dan penyerang asal Belanda tersebut tidak pernah akur, dan tidak pernah dimainkan bersamaan. Van Nistelrooy kemudian memenangkan pertarungan dengan cara yang kuantitatif. Ia mencetak gol lebih banyak dari Cole, dan Cole kemudian dilego ke Blackburn Rovers.
Berlanjut ketika van Nistelrooy menjadi penyerang utama di Old Trafford, ia tidak begitu senang dengan kehadiran Diego Forlan. Sama seperti kasus yang menimpa Cole, ini dikarenakan Forlan memiliki tipe yang hampir serupa dengan Ruudtje. Masalahnya adalah, Forlan akan tampil maksimal apabila bermain berpasangan di lini depan. Kisah selanjutnya, seperti yang sudah diketahui, Forlan kemudian dilepas ke klub lain.
Penyerang boleh jadi merupakan posisi di sepak bola yang memiliki kemungkinan egosentrisme yang cukup tinggi. Kasus antara Zlatan dan Lukaku ini mesti ditangani dengan baik oleh Jose. Bukan melulu soal skema tetapi juga soal mental dan psikologis dari kedua penyerang yang dimiliki oleh United tersebut.
Karena belum apa-apa, memainkan Zlatan dan Lukaku secara bersamaan sudah memakan korban. Antara Marcus Rashford, Anthony Martial, atau Henrikh Mkhitaryan mungkin tidak akan ada di daftar susunan pemain utama.
Terlebih, United kini tidak memiliki pemain-pemain seperti Ole Gunnar Solksjaer atau Javier Hernandez, yang tidak terlalu bermasalah apabila tidak dimainkan sejak menit awal pertandingan. Mereka akan memanfaatkan setiap menit yang diberikan untuk memberikan hasil yang maksimal untuk tim.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia