Eropa Spanyol

Ketika Gonçalo Guedes Mekar Sempurna

Usia masih 17 tahun ketika Gonçalo Guedes mulai bermain secara rutin bersama tim utama Benfica. Satu tahun kemudian, ketika berusia 18 tahun, Guedes mulai menjadi salah satu pemain penting raksasa Portugal tersebut. Bakat besar Guedes menjadi magnet bagi banyak klub besar dan kepindahannya pun memang sudah digariskan untuk terjadi.

Ketika masuk usia 19 tahun, Guedes diboyong Paris Saint-Germain (PSG). Dana besar untuk pemain muda, sekitar 30 juta euro mengantarkan Guedes ke salah satu panggung termegah di Eropa: PSG. Namun sayang, kepindahannya terasa terlalu cepat. Guedes memang salah satu bakat terbesar Portugal saat ini. Namun, ia belum sepenuhnya mekar.

Ketika berusia 18 tahun dan menjadi langganan tim utama Benfica, Guedes bermain di tengah situasi yang mendukungnya untuk bersinar. Dominasi Benfica atas banyak klub di Liga Portugal membuat Guedes bisa menunjukkan kemampuannya secara nyaman. Di tengah kemudahan, kepercayaan dirinya begitu meluap.

Seperti banyak pemain muda lainnya, terutama dengan kemampuan seperti Guedes, kepercayaan diri yang terlalu tinggi adalah penyakit. Ketika masih membela Benfica, ia bisa dengan mudah memmerkan kemampuan menggiring bola, melewat dua atau tiga pemain. Para lawan di Liga Portugal seperti sangat kesulitan mencegah Guedes berpesta.

Namun, situasi yang sangat berbeda terjadi ketika Benfica harus meladeni dua lawan berat di Liga Portugal, FC Porto dan Sporting CP. Ketika imajinasi dan kemampuannya sangat dibutuhkan, Guedes justru bermain begitu buruk. Ia terlihat sangat tertekan dengan rivalitas dan ekspektasi banyak orang di tengah pertandingan penting.

Karena alasan inilah, Benfica sangat berharap Guedes mau bertahan dan belajar untuk beberapa tahun lagi. Namun, seperti yang kita ketahui, kekuatan kapital di sepak bola, terkadang, sangat sulit untuk ditangkis. PSG, dengan kilau “klub besar karena uang”, datang menawarkan pesona glamor sepak bola Eropa.

Jendela transfer bulan Januari, tepatnya tanggal 25, tahun 2017, Guedes resmi menjadi warga Paris. Bergabung dengan klub baru di pertengahan musim memiliki risiko tersendiri, dan bisa menjadi beban, terutama bagi pemain muda. Dan memang itu yang terjadi. Guedes seperti sangat kesulitan beradaptasi di tengah Ligue 1 yang semakin memanas.

Setengah musim berseragam PSG, Guedes bermain di tujuh pertandingan, tanpa mencetak gol, dan hanya membukukan satu asis. Total menit bermain di tujuh pertandingan adalah 136 menit saja. Artinya, Guedes hanya tampil sebagaoi cameo, pemain pengganti saja, ketika PSG tak berhadapan dengan lawan-lawan berat.

Paruh kedua musim 2016/2017 berakhir pahit untuk PSG dan Guedes sendiri. PSG disalip AS Monaco dalam perebutan gelar juara dan Guedes kehilangan kepercayaan diri. Mentalnya belum sepenuhnya terasah ketika dengan gegabah meninggalkan rumah. Alhasil, semua kelebihan dirinya tertutupi olah kekecewaan.

Kekecewaan yang sama membuat PSG semakin gila berbelanja. Dua pemain paling sohor saat ini, Neymar dan Kylian Mbappe didatangkan di satu jendela transfer. Celakanya, dua pemain ini berposisi sama seperi Guedes, pemuda yang tengah kehilangan kepercayaan diri. Alhasil, manajemen PSG mengambil salah satu langkah logis untuk pemain yang kehilangan kepercayaan diri, yaitu melepasnya.

Namun PSG sendiri jelas menyadari bakat besar Guedes. Oleh sebab itu, PSG hanya mau menerima proposal peminjaman selama satu musim dari Valencia. Guedes sepakat dengan proposal tersebut dan Spanyol menjadi rumah barunya. Sebuah keputusan yang luar biasa jitu. Bersama Valencia, Guedes mekar sempurna.

Mekarnya kembang yang cantik itu

Valencia memberikan kesempatan yang begitu luas kepada banyak pemain muda musim ini. Tak hanya Guedes, beberapa pemain muda ini merasakan kebangkitan yang tengah menjadi narasi Valencia. Bahkan para pemain yang musim lalu menjadi pesakitan seperti Simone Zaza, menemukan kembali kepercayaan diri.

Kepercayaan diri membantu pemain untuk kembali yakin dengan bakat dan potensi dirinya sendiri. Jika Zaza kembali tajam di depan gawang, Guedes menemukan kembali “kakinya yang ringan” dan determinasi untuk berkembang.

Guedes adalah sosok pemain sayap modern. Tentu, sebagai pemain sayap kelas dunia, ia punya kelebihan di sisi akselerasi. Dari keadaan diam, Guedes tak membutuhkan waktu yang lama untuk tancap gas mencapai kecepatan tertinggi. Dan hebatnya, Guedes punya kecerdasan untuk kapan mengeluarkan kemampuan akselerasi dan kapan harus menginjak pedal rem.

Perubahan variasi lari ini membuat Guedes bisa mengecoh pemain lawan yang mencoba mengambil bola dari samping badan. Ketika pemain lawan menjulurkan kaki, Guedes akan meningkatkan kecepatan untuk berkelit. Ketika pemain lawan punya kecepatan untuk mengejar, Guedes memainkan teknik stop and move dengan baik. Silakan simak video di bawah ini:

https://www.youtube.com/watch?v=NH6c72kLcyY&feature=youtu.be

Sebagai pemain sayap modern, Guedes tak hanya punya kecepatan. Guedes juga punya determinasi yang tinggi. Perhatikan kebiasaan Guedes untuk memasukkan badannya di antara lawan dan bola. Ia seperti “memaksa” untuk menerjang. Namun jika diperhatikan, “terjangan” badannya ke celah antara lawan dan bola tak pernah berbuah pelanggaran.

Boleh dikata, ia punya level kecerdasan di atas rata-rata. Guedes dapat membaca jalannya permainan dengan baik. Kelebihan ini membantunya mendeteksi keberadaan kawan dan lawan hanya dengan sekali lihat. Dari video di atas terlihat kemampuannya mengeluarkan umpan matang secara tiba-tiba, menujuk kawan secara akurat.

Padahal, sebelumnya, Guedes tengah melakukan akselerasi. Jika kemampuan ini terus diasah, ditambah kewaspadaan posisi yang semakin tajam, Guedes bisa menjadi pemain yang amat berbahaya. Mengapa? Karena lawan akan kesulitan untuk mengambil keputusan, kapan harus menerjang, dan kapan harus cukup mengawasi saja.

Kemampuan umpan Guedes juga di atas rata-rata. Namun, terkadang ia terlalu memaksakan untuk menggunakan kaki kanan ketika sebenarnya lebih nyaman mengoper menggunakan kaki kiri. Jika terlalu memaksa, otot pergelangan kaki Guedes harus menanggung beban yang terlalu berat.

Kepercayaan diri yang muncul juga ikut membangkitkan kelebihan Guedes lainnya, yaitu kemampuannya menyelesaikan peluang (end product). Kecerdasan di atas rata-rata membantu Guedes bisa menemukan sudut untuk melepas tembakan, bahkan ketika lawan berdiri tepat di depannya.

Baca juga: Gonçalo Guedes, ‘The Next Cristiano Ronaldo’ yang Gemilang di Valencia

Ia hanya perlu gerakan sederhana dari tubuh bagian atas untuk membuat lawan bergeser dari tempatnya. Ketika lawan bergeser, setengah meter saja, dengan tiba-tiba, Guedes melepaskan tembakan melengkung ke tiang jauh.

Guedes paling suka melepaskan tembakan dari sisi kanan diagonal dari gawang, tepat di antara kotak enam meter dan batas kotak penalti sebelah dalam. Dari sudut itu, tembakan melengkung Guedes sulit diantisipasi kiper. Pun, jika jalur tembakan memang tak tersedia, pandangan matanya akan langsung mengarah ke kawannya yang berlari masuk ke kotak penalti.

Cerdas, punya kewaspadaan ruang, dan tajam di depan kotak penalti, Guedes sudah menjadi inverted winger kelas dunia. Ia bukan lagi kuncup yang masih hijau. Kesalahannya di awal tahun ini ditebus secara lunas seiring kepercayaan dari Valencia. Kini ia kembang yang cantik, dengan kelopak terbuka sepenuhnya dan wangi yang merangsang serangga-serangga kaya.

Jangan heran, apabila PSG masih tak bisa menyediakan ruang yang lega untuk kembang yang cantik ini, makan akan banyak klub Eropa yang mengantre hanya untuk sekadar menikmati harum semerbak bakat besar Guedes.

Author: Yamadipati Seno (@arsenalskitchen)
Koki Arsenal’s Kitchen