Nasional Bola

Liga 1 Berakhir, Saatnya Persib Bandung dan Bobotoh Membenahi Diri

Liga 1 sudah berakhir. Bhayangkara FC dengan segala kontroversinya sudah resmi keluar sebagai juara. Sementara itu, Persib Bandung yang digadang-gadang keluar sebagai juara malah mengakhiri musim ini dengan lara. Maung Bandung dengan komposisi pemainnya yang bertabur bintang hanya mampu finish di posisi 13 klasemen akhir.

Persib gagal total dalam kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1 2017. Di laga terakhir melawan Perseru Serui pada Minggu (12/11) pun Maung Bandung tak mampu mengaum di kandangnya sendiri, di Stadion Si Jalak Harupat, yang memang tak keramat lagi musim ini. Laga perpisahan yang seharusnya berakhir manis justru membuat menangis.

Di hadapan Bobotoh, Maung Bandung tampil seperti tanpa nyali. Melawan tim papan bawah yang terancam degradasi itu, Persib pun kocar-kacir. Anak asuh Emral Abus ini takluk dari Perseru dengan hantaman dua gol tanpa balas. Saya pun merasa Persib benar-benar tak berkelas. Dikalahkan2-0 oleh Perseru saya pikir bukan hasil yang pantas. Ya, meskipun stastistik sepak bola yang tertuang di kertas memang takkan selalu sejalan dengan hasil di lapangan.

Tentu ini menjadi musim yang tragis. Dan betapa sakitnya menjadi Bobotoh. Disuguhi launching tim super mewah bak perayaan juara menjelang dimulainya kompetisi, Bobotoh justru dihadiahi lara hati di akhir kompetisi. Ya, di awal diberi yang manis, di akhir dibuat menangis.

Liga 1 musim ini memang sudah berakhir. Namun, bagi Bobotoh pencapaian buruk Persib ini tetap tidak mudah dilupakan. Kalahnya kemarin, tetapi rasa kecewanya bisa datang kapan saja. Maka, musim depan Persib tak boleh mengulang kesalahan yang sama. Persib harus mengevaluasi diri secara total.

Silakan jor-joran belanja pemain mewah nan mahal, tetapi jangan lupa bahwa prestasi di atas segalanya. Sebab, sepak bola memang saat ini bukan sekadar olahraga. Di mana strategi untuk terus eksis bukan sekadar strategi di atas lapangan. Sebagaimana yang dikatakan Iswandi Syahputra dalam bukunya yang berjudul “Pemuja Sepak Bola’’ sebagai indutri, sepak bola merupakan usaha padat modal dan berjangka panjang namun menjanjikan keuntungan yang sangat besar. Karena itu pertimbangan bisnis dengan hitungan untung dan rugi merupakan varian yang tidak bisa dipisahkan dari industri sepak bola itu sendiri.

Baca juga: Menuju Industri Sepak Bola Indonesia

Dengan membeli pemain kelas dunia, seperti Michael Essien misalnya, eksistensi Persib memang terangkat. Persib tidak hanya menjadi buah bibir di Indonesia, tetapi juga dunia. Persib menjadi semakin terkenal. Ketika sudah semakin terkenal, kita tahu sendiri apa yang akan terjadi, bukan?

Dan pemain kelas dunia juga menjadi salah satu magnet yang kuat untuk menarik sponsor. Sebab, masih seperti yang dikataka Iswandi Syahputra dalam buku “Pemuja Sepak Bola”, bintang sepak bola yang dimiliki sebuah klub bukan lagi sebagai aset tetapi komoditas. Sebagai komoditas, seorang bintang sepak bola tidak lagi menjadi olahragawan murni. Dia merupakan komoditi dan selebritis sekaligus secara bersamaan.

Jika memang benar membeli pemain bintang nan mewah adalah salah satu strategi Persib di luar lapangan, boleh saja. Namun, Persib tak boleh lupa bahwa yang diinginkan Bobotoh adalah Persib menjadi juara. Prestasi adalah segala-galanya. Dan tanpa manajemen yang baik, prestasi akan sulit dicapai meski dengan komposisi pemain yang ciamik. Inilah pekerjaan rumah Persib untuk musim depan. Jika tak ingin kembali dipermalukan, Persib harus berbenah.

Kredit: Liga 1

Bukan hanya Persib, Bobotoh juga harus berbenah

Evaluasi total memang harus dilakukan Persib untuk musim depan. Namun, bukan hanya Persib, Bobotoh juga harus ikut berbenah. Tentu kita tahu apa yang terjadi pada Bobotoh sepanjang musim ini. Bobotoh berulah beberapa kali.

Katakanlah insiden yang terjadi pada 4 Juni 2017 lalu. Ketika Persib dikalahkan Bhayangkara FC dengan skor 2-0 di Stadion Patriot Bekasi, beberapa Bobotoh merangsek masuk ke lapangan, bahkan sebelum pertandingan benar-benar usai. Tidak hanya masuk ke lapangan, ada juga oknum Bobotoh yang membakar flare dan melemparkannya ke lapangan. Atau ketika Persib melawan Persiba Balikpapan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada 11 Juni 2017. Saat itu Maung Bandung hanya mampu bermain imbang 1-1. Usai pertandingan, Bobotoh melakukan aksi pelemparan botol air mineral ke lapangan.

Aksi pelemparan botol juga terjadi ketika Persib menjamu PSM Makasar pada 5 Juli 2017 di Stadion GBLA. Pelemparan botol itu diakukan kepada pemain PSM karena diduga ada aksi provokasi dari kapten PSM, Hamka Hamzah. Sebagaimana diberitakan vikingpersib.co.id, Hamka tertangkap kamera mengacungkan salam jempol telunjuk milik The Jakmania (pendukung Persija Jakarta) dan jari tengah ke arah Bobotoh.

Di laga selanjutnya melawan Persela Lamongan pada 12 Juli 2017 di Stadion GBLA, pelemparan botol juga kembali dilakukan Bobotoh. Saat itu Bobotoh kecewa lantaran Persib ditahan imbang 1-1. Pelemparan botol kembali terjadi saat Persib menjamu Persija Jakarta di Stadion GBLA pada 22 Juli 2017. Alasan serupa, di laga sarat gengsi itu Persib hanya bermain imbang 1-1. Dari hujan botol itu, Persib pun harus berulang kali menanggung sanksi denda dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI.

Di laga pamungkas Persib pada 12 November kemarin, Bobotoh juga kembali berulah. Dikutip dari vikingpersib.co.id, sesaat setelah laga usai, sejumlah Bobotoh turun dan masuk ke areal pertandingan yang seharusnya steril. Para Bobotoh mendekati skuat Maung Bandung. Sempat terjadi kericuhan melibatkan petugas keamanan dengan Bobotoh. Bahkan, sejumlah Bobotoh melakukan pelemparan terhadap bus Persib dengan menggunakan botol air mineral.

Sebelumnya, di kompetisi Liga 1 U-19, Bobotoh juga berulah. Di laga final Persib U-19 kontra Persipura U-19 di Stadion Wibawa Mukti Cikarang pada Selasa (7/11), ada insiden pembakaran flare dan kursi-kursi stadion yang melayang.

Tak ada asap jika tak ada api. Ulah Bobotoh takkan terjadi tanpa ada sebab yang membuat mereka emosi. Namun, apapun alasannya, entah karena kecewa atau provokasi, tidak seharusnya Bobotoh melakukan aksi tidak terpuji.

Apa yang Bobotoh lakukan tersebut memang menjadi bagian dari cara mereka mencintai Persib. Namun, bersikap dewasa sejatinya akan lebih baik. Jika Bobotoh menuntut Persib bermain cantik, Bobotoh juga harus mau berlaku tertib. Apalagi, Bobotoh pernah dilabeli sebagai suporter terbaik pada ajang Piala Presiden 2015 silam.

Akan tetapi, musim sudah berakhir. Segala kisah buruk sudah selesai. Lupakan kegagalan Persib juga rasa kecewa sepanjang musim ini. Setelah itu, bukalah kembali harapan baru.  Dan yang pasti, Persib dan Bobotoh harus sama-sama membenahi diri. Musim depan, tak boleh ada kisah lusuh macam ini.

Sepak bola Indonesia tidak berhenti sampai di sini. Tetap semangat, Persib! Tetap semangat, Bobotoh!

Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)