Cerita Tribe Ultah

Keberhasilan Kasper Schmeichel Keluar dari Bawah Bayang-Bayang Sang Ayah

Hari-hari Kasper Schmeichel berada di bawah bayang-bayang sang ayah, Peter, telah lama berlalu. Penjaga gawang asal Denmark ini telah menuliskan kesuksesannya sendiri, terutama setelah kesuksesan fenomenalnya dalam beberapa tahun terakhir.

Schmeichel muda mempunyai modal postur tubuh yang nyaris sama dengan para penjaga gawang kelas dunia lain. Tinggi badannya sama dengan Marc-André ter Stegen dan hanya berbeda beberapa sentimeter dari Manuel Neuer.

Meski kemampuannya sebagai sweeper-keeper masih di bawah kedua pemain Jerman tersebut, Schmeichel memiliki kemampuan lebih baik dari keduanya. Kemampuannya mengirim tendangan jarak jauh, yaitu melebihi 50 meter, adalah salah satu yang terbaik di Eropa saat ini.

Kelebihan itu mungkin belum cukup untuk membuat orang tertarik membahas pria yang berusia 33 tahun pada hari ini.*

Namun, jika kita membicarakan sukses fenomenal Leicester City menjuarai Liga Premier Inggris 2015/16, nama Schmeichel tak boleh terlewatkan. Tanpa berbagai penyelamatan sang penjaga gawang, sukses ajaib skuat Claudio Ranieri pada waktu itu mungkin akan berbeda cerita.

Kasper Schmeichel lahir dan besar di bawah bayang-bayang sang ayah, Peter. Dan karena hal inilah, perjalanan kariernya cenderung terasa berat.

Maklum, prestasi sang ayah selama delapan tahun bersama Manchester United terbilang spektakuler. Peter memiliki lima gelar juara Liga Premier Inggris, serta satu gelar juara Liga Champions (1998/1999).

Wajar saja jika selama ini nama Kasper Schmeichel kerap berada di bawah bayang-bayang sang ayah dan selalu dianggap hanya seorang putra dari Peter Schmeichel, legenda Manchester United dan timnas Denmark.

Kasper sendiri harus melalui banyak hal sebelum membela Leicester City sejak 2011, sebab ia sempat menjalani masa-masa sulit di Manchester City dan Leeds United. Belum lagi pengalaman bermain selama bertahun-tahun di klub-klub divisi bawah seperti Falkirk, Bury, dan Notts County.

BACA JUGA: Para Jebolan Akademi Manchester City yang Sukses di Klub Lain

BACA JUGA: 2 Mei: Dilly Ding Dilly Dong dan Dongeng Leicester City Pun Lahir

Kariernya di Leicester-lah yang mengubah perjalanan hidupnya hingga lebih dikenal dunia. Setelah promosi ke Liga Premier Inggris pada tahun 2014, hanya butuh dua musim bagi Kasper untuk membawa The Foxes ke tangga juara liga. Di titik ini Kasper Schmeichel bisa keluar dari bawah bayang-bayang sang ayah.

Tentu saja kita masih ingat betapa tak satu orang pun di muka bumi ini berani menjagokan Leicester untuk memenangi gelar bergengsi tersebut. Namun, Kasper dan kawan-kawan telah mencapai hal yang mustahil ini beberapa tahun lalu.

Selepas kepergian Ranieri, Leicester mungkin tak pernah sama lagi. Mereka kembali menjadi klub medioker dan tak lagi diperhitungkan untuk menjuarai Liga Premier Inggris. Namun, Kasper sendiri masih menyimpan cerita menarik untuk terus dibicarakan.

Pada musim 2017/2018 ini, ia membuktikan dirinya sebagai salah satu penjaga gawang terbaik dalam urusan menahan penalti.

Schmeichel junior telah menyelamatkan tiga dari lima tendangan penalti terakhir yang dihadapinya di semua kompetisi. Kepastian itu didapatkannya ketika menahan penalti Romelu Lukaku di stadion Old Trafford di musim tersebut.

Hanya satu kiper dalam sejarah Liga Premier yang telah menyelamatkan lebih banyak penalti di Old Trafford daripada Schmeichel, yaitu David de Gea. Prestasi Kasper dalam urusan menahan penalti juga sudah jauh lebih baik dari ayahnya.

Namun tak selamanya Kasper Schmeichel bisa keluar dari bawah bayang-bayang sang ayah. Setidaknya di level timnas mau tak mau ia harus banyak belajar dari sang ayah, pemilik jumlah penampilan tim nasional Denmark sepanjang sejarah dan pemenang Piala Eropa 1992.

Tillykke med fødselsdagen, Kasper!

*Tulisan pertama kali diterbitkan oleh Football Tribe Indonesia pada 5 November 2017 dan disunting kembali dengan berbagai penyesuaian.